Quantcast
Channel: Doa Qunut
Viewing all 149 articles
Browse latest View live

Doa Zakat Fitrah Dan Pembahasannya

$
0
0
Doa Zakat Fitrah. Sahabat budiman kali ini admin akan sedikit menyajikan informasi mengenai doa zakat pitrah dan pembahasannya. tapi sebulum membahas kepada doa, kita ulasan mengenai zakat fitrah. Zakat fitrah adalah salah satu dari ibadah mahdhah yang bersifat maliyyah, yang ketentuannya telah diatur dalam Al-quran dan sunah Rasul. 


Zakat fitrah wajib dikeluarkan oleh setiap orang yang mampu, yakni yang memiliki satu sha' atau + 3 liter atau seharga dan senilai dengan itu. Bagi mereka yang berada dibawah tanggungan orang lain, maka zakatnya menjadi kewajiban penanggungnya, baik ia seorang pembantu rumah tangga, seorang dewasa, ataupun seorang kanak-kanak, bahkan bayi yang telah bernyawa, yang masih didalam rahim, semuanya wajib mengeluarkan zakat fitrahnya, baik dari hartanya sendiri, ataupun oleh penanggung yang bertanggung jawab atasnya. 

Doa Zakat Fitrah
Zakat Fitrah

Dan bila orang yang menjadi tanggungannya itu banyak, maka penuhilah dalam ukuran yang telah ditetapkan hukum sebagaimana mestinya. Sedangkan dalam masalah "kemampuan", maka diri sendirilah yang lebih layak ditanya. 

Kita semua meyakini bahwa Nabi saw. mengeluarkan zakat fitrah dan memerintahkan agar mengeluarkannya setelah salat subuh. Namun pada kenyataannya tidak sedikit orang atau lembaga-lembaga jami zakat ('amil) yang merasa kesulitan untuk melaksanakan pembagian zakat fitrah sesuai dengan ketentuan diatas, dengan alasan alokasi waktunya terlampau singkat, serta ruang lingkup masyarakat yang kian luas. 

Kenyataan ini telah mendorong kalangan para ulama, di antaranya Dr. Yusuf Qardhawi, untuk meneliti kembali serta mengkaji ulang maksud nash Nabi yang berhubungan dengan ketentuan waktu pelaksanaan zakat fitrah tersebut. Pada akhirnya menurut analisis penulis beliau berkesimpulan bahwa hadis yang menerangkan waktu pembagian zakat fitrah itu bersifat temporer atau situasional, artinya ketentuan tersebut hanya berlaku bagi anggota masyarakat di masa itu, mengingat sedikitnya jumlah anggota masyarakat dimasa itu, sementara mereka saling mengenal satu sama lain, dan karena itu pula dengan mudah dapat mengetahui siapa-siapa yang memerlukan zakat fitrah tersebut. Jadi, tidak ada problem apapun yang berkaitan dengan sempitnya waktu untuk itu. (lihat, bagaimana memahami Hadis Nabi, 1993 : 144) 

Pemikiran ini telah mendorong penulis untuk menelaah kembali kemutlakan makna "amara" yang digariskan oleh Rasulullah dalam hadis berikut ini. 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِي اللَّه عَنْهمَا أَنَّ النَّبِيَّ (صلعم) أَمَرَ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلَاةِ – رواه البخاري - 

Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, mengkritik, apalagi membantah pemikiran Syekh al- Qardhawi yang sudah diakui secara meluas sebagai seorang ahli fiqih terkemuka masa ini, atau para ulama yang sependapat dengan beliau, tetapi lebih diarahkan untuk menjadi bahan perbandingan, khususnya bagi mereka yan.g bergelut dalam bidang perzakatan di lembaga-lembaga jami' zakat, yang merasa kesulitan untuk melaksanakan pembagian zakat fitrah sesuai dengan instruksi dari Rasulullah saw. 
Waktu pembagian zakat fitrah 

Zakat fitrah adalah ibadah yang "mudhayyaq", tertentu dan terbatas waktunya. Untuk itu membagikan zakat fitrah harus tepat pada waktunya. 

Abu Sa'id pernah menjelaskan : 

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كُنَّا نُخْرِجُ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ (صلعم) يَوْمَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ – رواه البخاري - 

Dari Abu Said al-Khudri, ia berkata, “Pada zaman Rasulullah saw., kami (para sahabat) mengeluarkan (zakat fitrah sebanyak) satu sha' dari makanan pada hari fitri”. H.r. Al-Bukhari. 

Keterangan Abu Sa'id di atas menjadi petunjuk bahwa ketentuan waktu mengeluarkan zakat fitrah yang berlaku di zaman Rasulullah adalah pada siang hari raya fitri, bukan pada malam hari. 

Perbuatan para sahabat diatas merupakan pengalaman dari instruksi Rasulullah, sebagaimana yang pernah diterangkan oleh ibnu Umar : 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِي اللَّهم عَنْهمَا أَنَّ النَّبِيَّ (صلعم) أَمَرَ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلَاةِ – رواه البخاري - 

Dari Ibnu Umar, "Sesungguhnya Nabi saw. telah memerintah mengeluarkan zakat fitrah sebelum orang keluar untuk salat (hari raya)". H.r. Al-Bukhari 

Sedangkan di dalam redaksi At-Tirmidzi diterangkan sebagai berikut : 
كَانَ يَأْمُرُ بِإِخْرَاجِ الزَّكَاةِ قَبْلَ الْغُدُوِّ لِلصَّلَاةِ يَوْمَ الْفِطْرِ 

"Sesungguhnya Rasulullah saw. memerintah untuk mengeluarkan zakat (fitrah) pada hari fitri sebelum pergi salat (hari raya)". H.r. Tirmidzi. 

Berdasarkan keterangan Ibnu Umar diatas, maka semakin jelaslah makna "yaumal fitri" itu, ialah bukan sepanjang hari raya, tapi sebagiannya saja, yaitu sejak terbit fajar hingga selesai salat hari raya (Ied) setempat. 

Untuk lebih jelasnya, Ibnu Tin menyatakan sebagai berikut :
أَيْ قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إِلَى صَلاَةِ الْعِيْدِ وَبَعْدَ صَلاَةِ الْفَجْرِ 

"(maksud hadis itu) ialah sebelum orang keluar untuk salat Idul Fitri (siang hari) dan setelah salat subuh". Fathul Bari, III : 439) 

Kemudian 'Ikrimah menegaskan pula : 

"Seseorang mendahulukan zakatnya pada "hari raya fitri" dihadapan salatnya, karena Allah telah berfirman, 'Sungguh beruntung orang yang membersihkan (berzakat) dan mengingat Tuhannya, kemudian ia salat'". (Ibid,.) 

Berdasarkan keterangan-keterangan diatas, maka ketentuan waktu untuk menyampaikan zakat fitrah kepada para mustahiq itu adalah dimulai sejak fajar hari raya fitri sampai selesai salat 'ied setempat. Hal itu bukan hanya dicontohkan saja, melainkan diperintahkan, yang kemudian senantiasa dipraktekkan oleh para sahabat, baik pada zaman Rasulullah maupun sesudahnya. Ketentuan ini berlaku, baik bagi perorangan ataupun kelembagaan (jami' zakat). 

Yang menjadi permasalahan, apakah ketetapan ini berkaitan dengan suatu 'illah (alasan, sebab) tertentu ? Dalam hal ini, penulis tidak sependapat dengan pemikiran Syekh al-Qardhawi di atas, mengingat tidak adanya dalil dari seorang sahabat pun yang menetapkan tentang perubahan waktu tersebut setelah Rasulullah saw. wafat, sekalipun situasi dan kondisinya telah berubah. 

Adapun tindakan mereka yang mengeluarkannya sehari atau dua hari sebelum hari raya, maka keterangan ini tidak bisa dipakai dalil bahwa ketentuan waktu di atas hanya berlaku bagi masyarakat di zaman Rasul saja. 

Adapun alasannya adalah sebagai berikut : 

وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِي اللَّهم عَنْهُمَا يُعْطِيهَا الَّذِينَ يَقْبَلُونَهَا وَكَانُوا يُعْطُونَ قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ – رواه البخاري - 

"Dan Ibnu Umar menyerahkan zakat fitrah kepada mereka yang menerimanya, dan mereka menyerahkannya sehari atau dua hari sebelum hari raya". H.r. Al-Bukhari 

Riwayat ini belum menerangkan secara jelas, kepada siapa zakat itu diserahkan ? Namun di dalam riwayat Imam Malik, hal itu dijelaskan sebagai berikut : 

عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَبْعَثُ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ إِلَى الَّذِي تُجْمَعُ عِنْدَهُ قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمَيْنِ أَوْ ثَلَاثَةٍ 

Dari Nabfi "Sesungguhnya Ibnu Umar mengirimkan zakat fitrahnya kepada yang mengumpulkan zakat (jami' zakat) dua hari atau tiga hari ( menjelang hari raya)". 

Berdasarkan keterangan diatas, maka sehari, dua hari, atau tiga hari sebelum hari raya itu bukan waktu untuk membagikan kepada para mustahiq, tapi kepada jami zakat sebagai amanat untuk di bagikan kepada para mustahiq, nanti pada waktunya. Hal ini sebagaimana yang telah di praktekkan oleh Abu Sa'id beserta semua para sahabat lainnya. 

Bahkan lebih di tegaskan lagi di dalam riwayat Ibnu Khuzaemah, melalui jalan Abu Harits, dari Ayyub. "Aku bertanya, 'Kapan Ibnu Umar menyerahkan zakat fitrah ? 'Ia menjawab, 'Apabila amil zakat telah ada (dibentuk)'. Aku bertanya lagi, 'Kapan amil itu di bentuk?'. Ia menjawab, 'satu hari atau dua hari lagi menjelang idul fitri'". Fathul Bari, III : 440-441 

Oleh karena itu, Abu Abdullah (Imam Al-Bukhari) menegaskan dalam naskah al-Shaghani bahwa "mereka memberikan zakat fitrah (sebelum hari raya) lil jam'i (untuk di kumpulkan) la lil fuqara (bukan kepada fakir-miskin)". (Ibid,.). 

Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa ketentuan waktu mengeluarkan zakat fitrah - setelah salat subuh hingga selesai salat ied setempat - adalah ketentuan yang berlaku secara umum, tidak dibatasi oleh sebab keadaan situasi dan kondisi suatu daerah tertentu. 
Ketentuan Waktu Tidak Membatasi Teknis 

Kita memaklumi bahwa di masa sahabat, lingkup masyarakat kian meluas, tempat-tempat kediaman makin berjauhan dengan penghuni yang makin banyak. 

Situasi dan kondisi masyarakat yang seperti ini tidak di jadikan sebab atau alasan oleh mereka untuk mengubah ketentuan waktu mengeluarkan zakat fitrah yang telah di gariskan oleh Rasulullah saw., tapi justru keadaan ini menjadi pendorong bagi mereka untuk mengatur langkah serta menyusun strategi yang sedemikian rupa sehingga zakat fitrah yang diamanatkan itu dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 

Berdasarkan pengetahuan mendalam para sahabat akan hikmah ajaran agama, maka instruksi Rasulullah dalam masalah ini tidak hanya dipahami sebagai syarat maqbul dan tidaknya zakat tersebut, tapi lebih jauh dari itu merekapun menangkap isyarat dari perintah tersebut tentang teknis pelaksanaan agar diperhatikan dan dipikirkan secara matang, sehingga dalam waktu yang sudah ditentukan zakat fitrah tersebut dapat ditunaikan. 

Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat di zaman Ibnu Umar berdasarkan riwayat di atas, mereka (para amil) dibentuk atau mulai melaksanakan tugasnya adalah dua atau tiga hari sebelum hari raya. Berarti waktu sebanyak itu dianggap cukup atau memungkinkan bagi mereka untuk bekerja, yaitu mengurus, menagih, dan membagikan zakat kepada para mustahiq yang ada pada masa itu. 

Berdasarkan petunjuk diatas, maka jelaslah bagi kita bahwa para sahabat tidak mengkondisikan hukum syara’ (ketentuan waktu) sesuai dengan keadaan ruang lingkup masyarakat, tetapi mereka lebih menitik-beratkan perhatiannya pada pengefektifan fungsi serta tugas 'amilin agar zakat fitrah tersebut dapat diterima oleh para mustahiq dalam lingkup masyarakat yang kian meluas, sesuai dengan ketentuan waktu yang telah digariskan oleh Rasulullah saw., Wallahu A'lam. (Ust. amin Mukhtar)


Pengertian Zakat Fitrah 

Zakat berasal dari kata zaka yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, atau berkembang. Menurut terminologi syariat (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula. Firman Allah

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ 

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Q.s. At-Taubah:103

Fitrah

Dalam Alquran kata fitrah dalam berbagai bentuknya disebut sebanyak 28 kali, 14 di antaranya berhubungan dengan bumi dan langit. Sisanya berhubungan dengan penciptaan manusia, baik dari sisi pengakuan bahwa penciptanya adalah Allah, maupun dari segi uraian tentang fitrah manusia. Sehubungan dengan itu Allah berfirman pada surat Ar rum ayat 30:


فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ 

“Maka hadapkanlah dirimu dengan lurus kepada agama itu, yakni fitrah Allah yang telah menciptakan manusia atas fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.”

Ayat ini memberikan gambaran bahwa sejak diciptakan manusia itu telah membawa potensi beragama yang lurus, yaitu bertauhid (mengesakan Allah). Keadaan inilah yang disebut al-fitrah. Karena itu Nabi bersabda 


كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلىَ الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ - رواه البخاري - 

Setiap manusia dilahirkan atas fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan dia Yahudi, Nashrani, atau Majusi. H.R. Al-Bukhari.


Kewajiban zakat fitrah

Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari :


قَالَ ابْنُ عُمَرَ : فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ اَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى اْلعَبْدِ وَالْحُرِّ وَالذَّكَرِ وَالأُنْثَىْ وَالصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَاَمَرَ اَنْ تُؤَدَّي قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ اِلَى الصَّلاَةِ - رواه البخاري - 

Ibnu Umar mengatakan, "Rasulullah saw. mewajibkan zakat fitrah satu sha' dari kurma, atau satu sha dari syair (gandum) atas hamba sahaya, orang yang merdeka, laki-laki, perempuan, anak kecil dan dewasa dari kalangan muslimin. Dan beliau memerintahkan untuk ditunaikan sebelum orang-orang keluar melaksanakan shalat ied. (H.R.Al-Bukhari) 

Berdasarkan hadis ini jelaslah bahwa mengeluarkan zakat itu diwajibkan kepada setiap individu muslim, sebesar satu sho' atau + 3 liter atau seharga dan senilai dengan itu. Apabila ternyata mengeluarkannya lebih, itu menjadi sadaqah dan hal itu lebih baik daripada kurang. 

Kata shagir (anak kecil) itu menyakup bayi yang masih berada didalam kandungan ibunya apabila pada tanggal 1 Syawal usia kandungan itu telah mencapai umur 120 hari atau empat bulan. 

Waktu membagikan Zakat Fitrah 

Menyampaikan zakat kepada para mustahik atau arang-orang yang berhak menerimanya adalah setelah salat subuh sampai saat orang-orang keluar untuk mengerjakan salat iednya pada waktu setempat. 

Hal ini berdasarkan keterangan-keterangan sebagai berikut, dari Abu Sa'id Al-Khudri

كُناَّ نُخْرِجُ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الفِطْرِ صَاعًا مِنَ الطَّعَامِ - رواه البخاري - 

Kami (para sahabat) mengeluarkan zakat firtah di zaman Rasulullah saw. pada (waktu) hari raya fitri (berupa) satu sho' dari makanan. (H.R. Al-Bukhari) 

Hadis ini menggunakan kata yaum yang artinya hari ied, dan yang disebut hari itu adalah setelah masuk waktu subuh. Seperti kalau orang mengatakan yaumul jum'ati atau hari jum'at, tentu saja maksudnya setelah masuk waktu subuh sampai sore harinya. Di dalam hadis lain diterangkan 

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِزَكَاةِ الفِطْرِ قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلىَ الصَّلاَةِ. -رواه مسلم - 

Sesungguhnya Rasulullah saw. memerintah dengan zakat fitrah, supaya dilakukan sebelum orang keluar (pergi) ke salat (hari raya). (H.R. Muslim, I : 393) 

Dengan kedua keterangan ini jelaslah bahwa waktu mengeluarkan zakat fitrah dan diserahterimakan kepada para mustahiqnya adalah sejak waktu subuh sampai sebelum orang-orang keluar menuju tempat shalat. Dan kita sama-sama telah mafhum bahwa yang namanya qobla atau sebelum itu tentulah waktunya tidak jauh, seperti qabla dzuhur, qabla magrib dan lain-lain. Maka demikian pula sebelum orang-orang keluar menuju tempat 'iednya. 

Didalam hadis diatas sahabat menjelaskannya dengan menggunakan kata amara (Rasululah memerintah). Maka mengeluarkan zakat fitrah sebelum orang-orang keluar untuk melaksanakan waktu subuh itu adalah perintah Rasulullah yang telah dilaksanakan oleh para sahabatnya. 

Jadi sehari atau dua hari sebelum hari raya itu bukan waktu untuk membagikan atau untuk menserahterimakannya kepada yang berhak menerima, seperti fakir, miskin, dan lain-lain. Melainkan memberikan atau menitipkannya kepada jami' zakat. 

Ada yang suka memberikan zakat itu pada waktu sehari atau dua hari sebelum hari raya. Perbuatan ini tentulah tidak salah apabila yang dimaksud memberikan itu kepada jami' zakat dan bukan penyerahan sebagai pengalihmilikan kepada para mustahiqnya, bahkan boleh dititipkan sebulan sebelumya. dan praktek seperti ini sama dengan yang dikerjakan oleh Ibnu Umar, bahwa beliau suka mengeluarkan zakat kepada jami' zakat sehari atau dua hari sebelumya. 

وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ الله ُ عَنْهُمَا يُعْطِيهَا الَّذِينَ يَقْبَلُونَهَا وَكَانُوا يُعْطُونَ قَبْلَ الفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ. 

Dan adalah Ibnu Umar r.a. menyerahkan zakat fitrah kepada yang diberi tugas untuk menerimanya (jami'z zakat) dan adalah meraka menyerahkannya sehari atau dua hari sebelum hari raya (H.R.Al-Bukhari). 

Berdasarkan keterangan-ketarangan tersebut tersebut, dapat kita ringkaskan bahwa zakat fitrah boleh terlebih dahulu diserahkan kepada jami'uz zakat untuk dibagikan pada waktunya, yaitu pada hari raya antara salat subuh dan salat ied. Karenanya orang yang mau memberikan zakat fitrah langsung kepada fakir miskin, hendaklah ia memberikannya pada waktu yang telah ditetapkan, yaitu pada hari raya, antara subuh dan salat hari raya setempat. 

Lebih lanjut Imam Al-Bukhari menegaskan dalam naskah Shagani, bahwa mereka memberikan zakat fitrah sebelum hari raya itu lil jam'i (untuk dikumpulkan) la lil fuqara (bukan kepada faqir miskin). (Fathul Bari, III : 293) 

Dalam Riwayat Ibnu Huzaimah dan riwayat Imam Maliki, Ibnu Umar menerangkan, bahwa penyerahan zakat fitrah sebelum hari raya sehari atau dua hari itu kepada "aladzina yajma'u indahum" yaitu kepada orang yang menampung zakat tersebut. Kemudian di dalam riwayat Muslim ada keterangan bahwa Abu Hurairah pernah dititipi zakat Ramadhan, yang dapat dikatakan sebagai wakil jami'uz zakat. 

Abu Hurairah berkata, "Rasulullah telah mewakilkan kepada saya untuk menjaga zakat Ramadhan (zakat fitrah)". (Misykat : 185) 

Ibnu Tin mengatakan bahwa yang dimaksud dengan "qabla khurujinnas..." adalah sebelum orang keluar untuk salat hari raya fitri setelah fajar. 

Karena itu orang yang memberikan zakat itu sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya maka akan menjadi sadaqah biasa. 

"Seseorang mendahulukan zakatnya pada hari raya fitri (bukan malam) dihadapan sembahyangnya, karena Allah telah berfirman ; Sungguh beruntung orang yang membersihkan (berzakat) dan mengingat Tuhannya. Dan kemudian ia sembahyang. (Fathul Bari, III : 292) 

Para Mustahik Zakat 

Kata mustahiq berasal dari kata haq yang artinya benar. Maka kata mustahiq digunakan untuk orang yang berhak menerima zakat. Sedangkan muzaki artinya orang yang membersihkan diri dan hartanya dalam arti yang khusus, yaitu yang membersihkan diri dan hartanya dengan cara mengeluarkan sebagian hartanya sesuai dengan ketentuan zakat. Jika bagi muzaki wajib mengeluarkan zakat maka bagi mustahik sekedar boleh menerima zakat. Maka yang dibenarkan menerima zakat atau dengan kata lain yang berhak menerima zakat adalah yang ditentukan oleh Allah swt. karena AlIah-lah yang menetapkan kewajiban zakat dengan segala ketentuan dan peraturannya. 

Tentang orang-orang yang berhak menerima zakat ini telah ditetapkan oleh Surat Al-Baraah ayat 60. Allah swt berfirman. 

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنِ وَالْعَامِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَاْلغَارِمِيْنَ وَفِي سَبِيْلِ اللهِ وَابْنِ السَّبِيْلِ، فَرِيْضَةً مِنَ اللهِ وَالله ُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ. 

Hanyalah zakat-zakat itu untuk para fakir, para miskin, amil-amil zakat, orangorang yang dijunakan hati mereka, memerdekakan hamba sahaya, orang-orang yang tenggelam di dalah hutang, fi sabilillah, dan Ibnu sabil, sebagai suatu kewajiban dari Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha bijaksana. Q.s. At-Taubah:60 

Kriteria Ashnaf 

1. Fuqara (Fakir) 
orang yang tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (primer). 

2. Masakin (Miskin) 
orang yang mempunyai harta dan tenaga, tapi tidak mencukupi keperluan hidupnya (primer). 
Dengan menerima bagian zakat tersebut diharapkan mereka (fakir & miskin) akan terlepas dari keadaan tersebut. 

3- Amilin 
'Amilin ialah yang mendapat tugas untuk mengambil, memanggul, mengangkut yang berkaitan dengan tenaga kasar, dan diberi bagian zakat sekedar untuk mengganti dan menutup keperluan belanjanya. 

4- Mu'alafatu Qulubuhum (yang dijinakkan hati mereka) 
a. Orang kafir yang apabila diberi Zakat dapat menghentikan gangguannya atau bahkan mendukung terhadap Islam dan Muslimin 
b. Orang Muslim yang dikhawatirkan kemurtadannya atau masih perlu dukungan dan dorongan agar tetap di dalam keislaman. 

5- Riqab 
Untuk membebaskan hamba sahaya baik dengan cara dibeli langsung atau melalui proses mukatabah, yaitu si hamba diberikan kesempatan untuk bebas tetapi harus berusaha mencari biaya sendiri untuk menebus kebebasan dirinya. 

6- Gharimin 
Orang yang tenggelam di dalam hutang, yaitu orang yang pada waktu mampu ia banyak berhutang dan pada waktu ia jatuh manjadi fakir dalam ukuran tidak mampu untuk membayar hutang. Dan ia diberi seukuran utangnya agar terbebas dari penderitaannya. 

7- Fi Sabilillah 
Sabilillah itu ialah jalan yang menjadi perantara sampainya kepada keridoan Allah swt. baik melalui perang fisik ataupun melalui pengkajian dan penyebaran ilmu Islam dan lain-lain yang bersifat memperjuangkan dan meninggikan kalimat Allah. 

8- Ibnu Sabil 
Orang yang kehabisan bekal atau ongkos di perjalanan sehingga terlantar, ia tidak dapat kembali ke kampungnya. 


Kesimpulan 

1. Zakat fitrah merupakan kewajiban setiap individu muslim, bukan karena kaya atau miskinnya. 
2. Besarnya adalah 1 sho' atau + 3 liter atau seharga dan senilai dengan itu untuk setiap muslim 
3. Dikeluarkan atau diserahkan kepada mustahiq setelah salat subuh sebelum shalat iedul fitri, apabila dikeluarkan sebelum atau sesudah waktu yang telah ditetapkan menjadi shadaqah biasa dan berarti tidak menunaikan zakat. 
4. Boleh dititipkan kepada amil atau Jami’ zakat, dengan syarat amil tersebut amanah, yaitu tepat aturan (waktu pembagian seperti pada point 3) dan sasaran (mustahiq sesuai Alquran dan asas skala prioritas) 
5. Siapa pun boleh menerima zakat selama termasuk kepada salah satu mustahik yang delapan macam itu. 
6. Penerima zakat boleh mewakilkan/diwakili karena ada sebab syar’i, dan selama wakil itu dapat dipercaya (amanah).


Doa Zakat Fitrah
Untuk Masalah Doanya saya kutif dari beberapa website islam dianatara sebagai berikut: 

Bagaimana doa zakat fitrah (zakat fitri)
Adakah doa zakat fitrah pada waktu menjelang idul fitri?

Jawaban:
Tidak ada doa khusus ketika membayar zakat fitri (zakat fitrah).
Lajnah Daimah (Komite Tetap untuk Fatwa dan Penelitian Islam) ditanya, “Apakah ada bacaan khusus ketika membayar zakat fitri? (doa zakat fitrah)”

Mereka menjawab, “Alhamdulillah, kami tidak mengetahui adanya doa tertentu (doa zakat fitrah) yang diucapkan ketika membayar zakat fitri. Wa billahit taufiq.”

Fatwa Lajnah yang tercantum di http://www.islamqa.com/ar/ref/27015

Bagi yang ingin berdoa (doa zakat fitrah), memohon kepada Allah agar Dia mengabulkan amalnya. Misalnya, bisa dengan membaca doa,

اللّهُمَّ تَقَبَّل مِنِّي إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ العَلِيمُ

“Ya Allah, terimalah amal dariku. Sesungguhnya, Engkau Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.”

Hanya saja, doa ini berlaku untuk semua bentuk ibadah, tidak hanya pada zakat (doa zakat fitrah) Allahu a’lam.


Demikianlah yang admin bisa sajikan mengenai Zakat Fitrah dan Doa Zakat Fitrah, Mudah-mudah di fahami, amdin yakin bahwa anda semuanya pasti lebih bijak dalam memilih mana yang mesti diamalkan dan mana yang harus kita tinggalkan. Terimakasih

Bacaan Doa Bercermin dan Artinya

$
0
0
Bacaan Doa Bercermin dan Artinya. Sahabat yang dirahmati Allah, Untuk pembahasan kali ini admin akan menyajikan doa bercermin. Bercermin adalah aktivitas sehari-hari yang mungkin kita tidak pernah melewatkannya, baik muda-tua-remaja-bahkan ibu-ibu muda sekalipun. Itu udah menjadi kebiasaan yang mesti dilakukan karena untuk melihat seberapa pantas pakaian atau perangkat yang menempel ditubuh kita saat kita keluar rumah maupun didalam rumah. 

Nah buat Sobat semuanya berikut ini adalah Doa bercermin atau berkaca atau berhias. Doa ini mudah dihafal, karena doa ini terbilang cukup pendek dan sobat semuanya mudah untuk menghafalnya.  

 Doa Bercermin
 Doa Bercermin / berkaca


Doa Ketika Berhias/ Bercermin


اَللَّهُـمَّ كَمَا حَسَّـنْتَ خَلْقِـيْ فَحَسِّـنْ خُلُقِـيْ

Allaahumma kamaa hassanta kholqii fa hassin khuluqii


Artinya : “Ya Allah sebagaimana Engkau telah ciptakan aku dengan baik, maka perbaikilah akhlakku”

Mudah-mudahan dengan kita membaca doa kita otomatis bersyukur kepada Allah SWT karena dianugrahkan kesehatan fisik jasmani yang sempurna, dibanding mahluk lain, dari segi tubuh dan akal, selain mendapatkan rahmat dan phala dari membaca doa,mudah kita juaga terjauh dari godaan setan yang senantiasa menggiring kita untuk maksiat kepada Allah. 

Demikianlah yang admin bisa sajikan mengenai Doa bercermin atau berkaca, semoga bermanfaat dan mudah-mudah kita bisa menerapkan doa ini disetiap waktu saat kita berkaca atau bercermin. Aamiin. Terimakasih

Bacaan Doa Tahlil Berserta Penjelasannya

$
0
0
DoaTahlil. Sahabat yang diridhoi Allah, Kali ini admin akan sedikit mengupas mengenai Bacaan Doa Tahlilah, Nah supaya lebih singkron dan terarah admin kutip dari beberapa sumber mengenai hal tersebut, tujuannya supa tidak terjadi salah faham diantara kita semuanya. Akhir-akhir ini kita sering mendengar kegiatan tahlil bersama, sehubungan dengan perginya orang penting di negara ini, atau saudara kita, atau guru kita. Kegiatan tahlilan marak dilakukan oleh sebagian orang yang ingin mendoakan agar amal ibadah yang bersangkutan diterima oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.

Berikut ini adalah Bacaan Doa Tahlil yang biasa di amalkan oleh sebagian orang : 

Susunan bacaannya terdiri dari dua unsur yang disebut dengan syarat dan rukun, yang dimaksud dengan syarat ialah bacaan :
1. Surat al-Ikhlas
2. Surat al-Falaq
3. Surat an-Nas
4. Surat al-Baqarah ayat 1 sampai ayat 5
الم ذلك الكتاب …….
5. Surat al-Baqarah ayat 163
والهكم إله واحد ……..
6. Surat al-Baqarah ayat 255
الله لاإله إلا هو الحي القيوم ……..
7. Surat al-Baqarah ayat dari ayat 284 samai ayat 286
لله مافي السموات ……
8. Surat al-Ahzab ayat 33
إنما يريد الله ……..
9. Surat al-Ahzab ayat 56
إن الله وملائكته يصلون على النبي ……..
10. Dan sela-sela bacaan antara Shalawat, Istighfar, Tahlil da Tasbih

Adapun bacaan yang dimaksud dengan rukun tahlil ialah bacaan :
1. Surat al-Baqarah ayat 286 pada bacaan :
واعف عنا واغفر لنا وارحمنا
2. Surat al-Hud ayat 73:
ارحمنا ياأرحم الراحمين
3. Shalawat Nabi
4. Istighfar
5. Kalimat Thayyibah
لاإله إلاالله
6. Tasbih

Teks Bacaan Tahlil

إلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (اَلْفَاتِحَة)
ثُمَّ إلَى حَضْرَةِ إِخْوَانِهِ مِنَ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَاْلأَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَاْلعُلَمَاءِ وَاْلمُصَنِّفِيْنَ وَجَمِيْعِ اْلمَلاَئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ خصوصا سيدنا شيخ عبد القادر رضي الله عنه (اَلْفَاتِحَة)
ثُمَّ إلى جَمِيْعِ أَهْلِ اْلقُبُوْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ مِنْ مَشَارِقِ اْلاَرْضِ إلى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا خُصُوْصًا أبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادَنَا وَجَدَّاتِنَا وَمَشَايِخَنَا وَمَشَايِخَ مَشَايِخِنَا وَلِمَنِ اجْتَمَعْنَا هَهُنَا بِسَبَبِهِ وَخُصُوْصًا 
(Nama arwah yang dikirimi hadiah tahlil) (اَلْفَاتِحَة)
بـــــــسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ * اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَد * وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَد
لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ اَللهُ أَكْبَرْ وَلِلّهِ اْلحَمْدُ
بـــــــسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ * مِن شَرِّ مَا خَلَقَ * وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ * وَمِن شَرِّ النَّفَّـثاتِ فِى الْعُقَدِ * وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ اَللهُ أَكْبَرْ وَلِلّهِ اْلحَمْدُ
بـــــــسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ * مَلِكِ النَّاسِ * إِلَهِ النَّاسِ * مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ * الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ * مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ اَللهُ أَكْبَرْ وَلِلّهِ اْلحَمْدُ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ * الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ * مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ * إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ * اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ * صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّين. أمِينْ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. الم ذَلِكَ اْلكِتَابُ لاَرَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ. اَلَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ. وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْاخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ. اُولئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَاُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ. وَإِلهُكُمْ إِلهُ وَاحِدٌ لاَإِلهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ اللهُ لاَ إِلَهَ اِلاَّ هُوَ اْلحَيُّ الْقَيُّوْمُ لاَتَأْخُذُه سِنَةٌ وَلاَنَوْمٌ. لَهُ مَافِى السَّمَاوَاتِ وَمَافِى اْلأَرْضِ مَنْ ذَالَّذِى يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَابَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَيُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَلاَ يَؤدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ. لِلّهِ مَافِى السَّمَاوَاتِ وَمَا في اْلأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوْا مَافِى أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللهِ فَيُغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ. وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. امَنَ الرَّسُوْلُ بِمَا أُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَبَّهِ وَالْمُؤْمِنُوْنَ. كُلٌّ امَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَنُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ. لاَيُكَلِّفُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَاكَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَااكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَتُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَ أَوْ أَخْطَعْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَطَاقَةَ لَنَا بِهِ
وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا (7 مرة)
أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
برحمتك يا أرحم الراحمين إِرْحَمْنَا يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ (7 مرة)
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. إِنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمَا.
أَللّهُمَّ صَلِّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ عَلَى أَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ نُوْرِ الْهُدَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ. عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ. وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ.
أَللّهُمَّ صَلِّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ عَلَى أَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ شَمْسِ الضُّحَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْعَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ. وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ
أَللّهُمَّ صَلِّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ عَلَى أَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ بَدْرِ الدُّجَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ. عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ. وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ.
وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ سَادَتِنَا أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ. وَحَسْبُنَا الله وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ. وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْم (7 مرة)
أَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ حَيٌّ مَوْجُوْدٌ لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ حَيٌّ مَعْبُوْدٌ لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ حَيٌّ بَاقٍ ,
لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ (7/11/33 مرة)
لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ
لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله
أَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ أَللّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ (2 مرة)
أَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ يَارَبِّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ
سُبْحَانَ الله وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ 33
أَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى حَبِيْبِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
أَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى حَبِيْبِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ
أَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى حَبِيْبِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ أَجْمَعِيْنَ. (اَلْفَاتِحَة)

Doa Tahlil

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْد الشَّاكِرِيْنَ حَمْدَ النَّاعِمِيْنَ، حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ.
اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِى اْلاَوَّلِيْنَ. وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِى اْلآخِرِيْنَ. وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِيْ كُلِّ وَقْتٍ وَحِيْنٍ. وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِى الْملاَءِ اْلاَعْلَى اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اَللهُمَّ اجْعَلْ وَاَوْصِلْ وَتَقَبَّلْ مَا قَرَأْنَاهُ مِنَ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَمَا هَلَّلناهُ وَمَا سَبَّحْنَاه وَمَا صَلَّيْنَاهُ عَلَى النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَدِيَّةً وَّاصِلَةً وَّرَحْمَةً نَّازِلَةً وَّبَربكَةً شَامِلَةً وَصَدَقَةً مُتَقَبَّلَةً نُقَدِّمٌ ذَالِكَ وَنُهْدِيهِ اِلَى حَضْرَةِ سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ أعْيُنِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِلَى جَمِيْعِ إِخْوَانِهِ مِنَ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسلِيْنَ، وَاْلاَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالْعُلَمَاِءِ الْعَامِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلَصِيْنَ وَجَمِيْعِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالْمَلاَئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ خُصُوْصًا اِلَى سَيِّدِنَا الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْجَيْلاَنِي رضي الله عنه

Jika berkendak ditujukan kepada ruh seseorang, maka baca :

وَخُصُوْصًا اِلَى حَضْرَةِ رُوْحِ ………….. (sebutkan nama ruh yang dituju)

Lalu melanjutkan bacaan doa :

ثُمَّ إلَى جَمِيْعِ أَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ مِنْ مَشَارِقِ اْلاَرْضِ وَمَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا خُصُوْصًا إِلَى آبَائِنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَاتِنَا وَجَدَّاتِنَا وَنَخُصُّ خُصُوْصًا إِلَى مَنِ اجْتَمَعْنَا هَاهُنَا بِسَبَبِهِ وَلأَجْلِهِ. أَللهُمَّ اغْفِرْلَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ. أَللهُمَّ اَنْزِلِ الرَّحْمَةَ وَالْمَغْفِرَةَ عَلَى أَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنْ أَهْلِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلْفَاتِحَةُ

Admin tidak ingin berpolemik dengan membahas tentang si orang penting ini, tetapi yang saya kupas adalah mengenai prosesi tahlilan tersebut, dan bacaan-bacaan doa yang khusus. Timbul pertanyaan: apakah benar amaliah itu di syariatkan oleh agama ini? dan Bagaimanakah Status doa Diatas?  Dan benarkah bahwa imam Syafi’i yang diklaim sebagai madzab yang diikuti oleh sebahagian besar oleh umat Islam di negeri ini menganjurkannya atau justru malah melarahnya. 

Di kutip dari sebuah hadits dari Jabir : Ternyata kegiatan tahlilan ini dari sejak jaman sahabat dianggap sebagai kegiatan meratap yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.

Dari Jabir bin Abdillah Al Bajaliy, ia berkata:”Kami (yakni para Sahabat semuanya) memandang/menganggap (yakni menurut mazhab kami para Sahabat) bahwa berkumpul-kumpul di tempat ahli mayit dan membuatkan makanan sesudah ditanamnya mayit termasuk dari bagian meratap.”

Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ibnu Majah (no 1612) dengan derajat yang shahih.

Dan an niyahah/ meratap ini adalah perbuatan jahiliyyah yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam;

Diriwayatkan dalam sahih Muslim dari Abu Hurairah radiyallahu anhu. bahawa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Ada dua perkara yang masih dilakukan oleh manusia, yang kedua duanya merupakan bentuk kekufuran: mencela keturunan, dan meratapi orang mati”.

Pandangan Imam Syafii.

Nah, bagaimana dengan pandangan imam Syafii sendiri –yang katanya- mayoritas ummat Islam di Indonesia bermadzab dengannya, apakah ia sepakat dengan kebanyakan kaum muslimin ini atau justru beliau sendiri yang melarang kegiatan tahlilan ini?

Didalam kitab al Umm (I/318), telah berkata imam Syafii berkaitan dengan hal ini;

“Aku benci al ma’tam, yaitu berkumpul-kumpul di rumah ahli mayit meskipun tidak ada tangisan, karena sesungguhnya yang demikian itu akan memperbahrui kesedihan.”

Jadi, imam Syafii sendiri tidak suka dengan kegiatan tahlilan yang dilakukan sebagaimana yang banyak dilakukan oleh ummat Islam sendiri.

 Membaca Al Qur’an untuk orang mati (menurut Imam Syafi’i).
Dalam Al Qur’an, di surat An Najm ayat 38 dan 39 disebutkan disana;
[53.38] (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain,
[53.39] dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.

Berkaitan dengan hal ini maka Al Hafidh Ibnu Katsir menafsirkannya sebagai berikut;

“Yaitu, sebagaimana seseorang tidak akan memikul dosa orang lain, demikian juga seseorang tidak akan memperoleh ganjaran/pahala kecuali apa-apa yang telah ia usahakan untuk dirinya sendiri.

Dan dari ayat yang mulia ini, al Imam Asy Syafii bersama para ulama yang mengikutinya telah mengeluarkan suatu hukum: Bahwa Al Qur’an tidak akan sampai hadiah pahalanya kepada orang yang telah mati.

Karena bacaan tersebut bukan dari amal dan usaha mereka. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tidak pernah mensyariatkan umatnya (untuk menghadiahkan bacaan Qur’an kepada orang yang telah mati) dan tidak juga pernah menggemarkannya atau memberikan petunjuk kepada mereka dengan baik dengan nash (dalil yang tegas dan terang) dan tidak juga dengan isyarat (sampai-sampai dalil isyarat pun tidak ada).

Dan tidak pernah dinukil dari seorang pun Sahabat (bahwa mereka pernah mengirim bacaan Al Qur’an kepada orang yang telah mati).

Kalau sekiranya perbuatan itu baik, tentu para Sahabat telah mendahului kita mengamalkannya.

Dan dalam masalah peribadatan hanya terbatas kepada dalil tidak bileh dipalingkan dengan bermacam qiyas dan ra’yu (pikiran).”

Jadi, dari keterangan ibnu Katsir ini jelas bahwa perbuatan membaca Al Qur’an dengan tujuan pahalanya disampaikan kepada si mayit tidak akan sampai, dan demikianlah pandangan ulama besar yang dianut oleh sebahagian besar kaum muslimin di negeri ini.


Demikianlah Ulasan mengenai DoaTahlil, Mudah-mudahan dengan sajian ini kita lebih bijak dalam mengambil keputusan, mana yang mesti kita amalkan, dan mana yang mesti kita tinggalkan. 

Bacaan Doa Ziarah Kubur dan Pembahasannya

$
0
0
Bacaan Doa Ziarah Kubur. Sahabat yang di rahmati Allah Kali ini admin akan sedikit membahasa mengenai ziarah kubur, Ziarah Kubur Merupakan sebuah kebiasaan di masyarakat Indonesia saat bulan Ramadhan ataupun Idul Fithri berbondong-bondong ziarah kubur (nyekar) yang seolah-olah perbuatan tersebut pada waktu itu lebih utama padahal pada hakikatnya ziarah kubur bisa dilakukan kapan saja, karena inti dari ziarah kubur adalah untuk mengingat mati agar setiap manusia mempersiapkan bekal dengan amal shalih, jadi bukan kapan dan dimana kita akan mati tapi apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadapi kematian. Sebab jika kematian itu telah datang maka tidak akan ada yang mampu memajukan atau memundurkannya walau sesaat pun.


Dalam pandangan Islam, ziarah kubur termasuk ibadah yang pada awalnya diharamkan, yaitu diawal perkembangan Islam. Namun kemudian dianjurkan dalam agama. Pengharaman ziarah kubur sebelumnya disebabkan para shahabat masih baru saja meninggalkan pola kepercayaan jahiliyah, yang salah satu bentuknya seringkali meminta-minta kepada kuburan.


Hal tersebut termasuk  perbuatan syirik yang dosanya tidak akan diampuni bila terbawa mati dan belum bertaubat. Termasuk kebiasaan mereka mengkeramatkan kuburan serta melakukan berbagai ritual lainnya yang hukumnya haram.
Namun ketika para shahabat sudah lebih kuat keimanannya, lebih dewasa cara berpikirnya serta sudah tidak ingat lagi masa lalunya tentang ritual aneh-aneh terhadap kuburan, maka Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa sallam pun membolehkan mereka berziarah kubur.

Berziarah kubur adalah sesuatu hal yang disyariatkan dalam agama berdasarkan (dengan dalil) hadits-hadits Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa sallam dan ijma’.

Dalil-dalil dari hadits Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa sallam tentang disyariatkannya ziarah kubur di antaranya:

Hadits Buraidah bin Al-Hushaib radhiyallâhu ‘anhu dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa sallam beliau bersabda,


إِنِّيْ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوْهَا
”Sesungguhnya aku pernah melarang kalian untuk menziarahi kubur, maka (sekarang) ziarahilah kuburan.” Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Muslim (3/65 dan 6/82) dan Imam Abu Dâud (2/72 dan 131) dengan tambahan lafazh,


فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمْ الْآخِرَةَ
“Sebab ziarah kubur itu akan mengingatkan pada hari akhirat.”
Dan dari jalan Abu Dâud hadits ini juga diriwayatkan maknanya oleh Imam Al-Baihaqy (4/77), Imam An-Nasâ`i (1/285-286 dan 2/329-330), dan Imam Ahmad (5/350, 355-356 dan 361).

Anjuran untuk berziarah tersebut tak lepas dari dua tujuan pokok utama dalam berziarah.

1. Untuk mengingat kematian

Anjuran untuk selalu mengingat mati sebenarnya bukan disaat kita sedang berziarah semata, akan tetapi disetiap saat dan disetiap waktu kita dianjurkan untuk senantiasa ingat bahwa kelak cepat atau lambat ajal kita akan datang juga. Akan tetapi dengan berziarah ke makam, tentu hal tersebut seharusnya membuat kita sadar bahwa kita nantinya juga akan dikubur seperti halnya para pendahulu kita yang saat ini sedang dikubur.

2. Untuk mendoakan ahli kubur.

Dianjurkan Untuk Kita mendoakan ahli kubur kita. ingat. mendoakan.Bukan meminta doa kepada ahli kubur. barang siapa meminta kepada selain Allah SWT, maka perbuatan tersebut merupakan kesyirikan. Jadi disaat kita berziarah, kita hendaknya mendoakan ahli kubur tersebut kepada Allah SWT.

Yang jadi catatan bagi kita jangan keluar dari batasan-batasan yang diajarkan baik aturan dan tata cara yang diajarkan oleh Rasulullah sallahu'alaihi wasallam.

Doa Ziarah Kubur
Doa Ziarah Kubur

Bacaan Doa Ziarah Kubur. Disunnahkan kepada peziarah kubur untuk menyampaikan salam kepada ahli kubur, mendoakan mereka agar mendapatkan rahmat, ampunan dan afiyah (kekuatan). Di antara doa yang dianjurkan untuk dibaca adalah:

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَاللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِيْنَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِيْنَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ.

Assalamu’alaikum ahladdiyaari minal mu’miniina wal muslimiina, wa inna insyaa Alloohu bikum laahiquuna wa yarhamulloohul mustaqdimiina minnaa wal musta’khiriina as alullooha lanaa walakumul ‘aafiyata.

“Semoga kesejahteraan untukmu, wahai penghuni kubur dari kaum mukminin dan muslimin. Sesungguhnya kami Insya Allah akan menyusul, ( semoga Allah Ta’ala memberikan rahmat kepada orang-orang yang (telah meninggal) terlebih dahulu diantara kami dan orang-orang yang akan datang)." (lafazh ini berdasar riwayat Imam Muslim). dikutip dari "solusimuslim"

Demikianlah ulasan mengenai Doa Ziarah Kubur atau Doa masuk ke kuburan, yang bisa admin sajikan pada kesempatan kali ini, Mengenai Tata cara ziarah kubur lain waktu admin akan bahas Semoga bermanfaat. 

Bacaan Doa Pernikahan dan Terjemahnya

$
0
0
Doa Pernikahan. Sahabat yang dirahmati Allah, Kali ini admin akan sedikit membahasan mengenai doa Pernikahan, Sebelum kepada doa pernikahan alangkah baik kita tahu dulu lebih jauh apa dimaksud dengan Pengertian pernikahan dan bagaimana prosesi pernikahan, serta hukum pernikahan. yang  dianjukan oleh Rosulullah Saw.  Dalam  Alquran menggunakan kata nikah untuk makna “Perjanjian antara laki-laki dan wanita untuk bersuami istri”, di samping -secara majazi- diartikan dengan “hubungan seks”. Kata ini dalam berbagai bentuknya ditemukan sebanyak 23 kali. Secara bahasa pada mulanya kata nikah digunakan dalam arti “berhimpun”. 


Alquran juga menggunakan kata zawwaja dari kata zauj yang berarti “pasangan” untuk makna di atas. Ini karena pernikahan menjadikan seseorang memiliki pasangan. Kata tersebut dalam berbagai bentuk dan maknannya terulang tidak kurang dari 80 kali. 

Secara umum Alquran hanya menggunakan dua kata ini untuk menggambarkan terjalinnya hubungan suami istri secara sah. Dan kata-kata ini mempunyai kaitan hukum dengan ijab qabul pernikahan, sebagaimana akan dijelaskan kemudian. bukan sekedar perjanjian atau sahnya hubungan syahwat. Tetapi nikah itu merupakan mitasqan ghalizha, yaitu perjanjian suci, perjanjian sakral yang menunjukkan kepada kesanggupan untuk melaksanakan segala aturan Allah dalam urusan rumah tangga. Karena itulah Rasulullah bersabda 

النِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِي فَمَنْ رغب عن سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي – رواه ابن ماجة - 

Nikah itu bagian dari sunnahku. Barangsiapa membenci sunnahku, maka dia bukan dari golonganku. 

Hadis ini hendak menegaskan bahwa pernikahan dalam Islam itu sangat berbeda dengan pernikahan yang biasa dilakukan oleh kaum jahiliyyah, di antaranya sepuluh orang berzina dengan seorang wanita. Apabila ia hamil kemudian melahirkan, ia menunjuk salah seorang di antara laki-laki itu sambil berkata:”ini adalah anakmu”. Sejak itu laki-laki tersebut sah menjadi suaminya. 

Ketika Allah mengutus Nabi Muhamad, segala bentuk pernikahan jahiliyyah dihapus dan ditetapkan cara pernikahan menurut Islam. 

Lafazh Ijab Qabul 

A. Nabi saw. pernah bersabda kepada seorang laki-laki yang mau nikah kepada seorang wanita. 

زوجتكها -رواه البخاري و مسلم - 

Lafazh ini dapat diartikan dua macam: 
1. Aku nikahkan kamu (laki-laki) dengan dia (wanita). 
2. Aku nikahkan dia (wanita) dengan kamu (laki-laki). 

B. Nabi saw. pernah bersabda: 

ملكتكها - رواه مسلم - 

Lafazh ini dapat diartikan dua macam 
1. Aku menjadikan kamu (laki-laki) sebagai milik dia (wanita). 
2. Aku menjadikan dia (wanita) sebagai milikmu (laki-laki) 

C. Rasul juga pernah mengucapkan: 

أمكناكها -رواه البخاري- 

Lafazh ini dapat diartikan dua macam: 
1. Aku menyerahkan kamu (laki-laki) kepada dia (wanita). 
2. Aku menyerahkan dia (wanita). kepadamu (laki-laki). 

Ketiga macam lafazh di atas menunjukkan bahwa boleh menikahkan laki-laki kepada wanita atau sebaliknya. Meskipun demikian, dalam ayat-ayat Alquran dan hadis Nabi seringkali kita dapatkan wanita yang dinikahkan kepada laki-laki. 

Terlambat Menjawab Penghulu 
Tidak ada halangan bagi pengantin laki-laki terlambat dalam menyambut ijab penghulu dan tidak terbatas kapan saja pengantin laki-laki menjawab ijab tersebut selama si wanita setuju, maka nikahnya tetap sah. 

Menikahi dan Menikahkan Wanita Yang Hamil 
Istri yang sedang hamil bila ditalak oleh suaminya, maka iddahnya habis dan boleh nikah dengan laki-laki yang ia sukai setelah melahirkan. Dengan perkataan lain, iddah wanita yang hamil itu sampai anak yang dikandungnya dilahirkan. 

Dalam Alquran Allah berfirman dalam  (Ath-Thalaq:4) 

artinya: Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. [QS. ATH THALAQ 65:4]

Namun wanita yang hamil padahal ia tidak mempunyai suami, karena hamil hasil perzinahan, tentu ia tidak mempunyai iddah, sebab tidak ada yang mentalaqnya. 

Bila ia hamil oleh si A dan akan dinikahi oleh si B, maka perbuatan itu terlarang. 

Rasulullah saw. bersabda: 

لايحل لإمرإ يؤمن بالله و اليوم الآخر أن يسقي ماءه زرع أخيه 

“Tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya atas tanaman orang lain.” - H.R. Abu Daud dan At-Tirmidzi - 

لا توطأ حامل حتى تضع 

“Tidak boleh dicampuri yang hamil sehingga ia melahirkan.” - H.R. Abu Daud - 

Kemudian diriwayatkan: “Dalam suatu peperangan Rasulullah melewati sebuah kemah. Dekat pintunya terlihat seorang wanita yang hamil. Kemudian Rasulullah saw. bertanya, ‘Mungkinkah penghuni kemah ini bermaksud akan nikah dengan dia?’ Beliau mendapat jawaban: ‘Betul’. Kemudian beliau bersabda, ‘Sungguh aku telah bermaksud mengutuk dia dengan suatu kutukan yang akan dibawa masuk ke dalam kuburnya.’- H.R. Muslim - 

Hadis di atas menjelaskan bahwa Rasulullah marah atau mengutuk orang yang menikahi wanita hamil oleh orang lain. Beliau tidak mungkin mengutuk perbuatan itu bila hukumnya tidak haram. 

Kemudian bagaimana hukum seorang laki-laki nikah dengan wanita yang dizinahinya? 

Perbuatan semacam itu akan membukakan pintu perzinahan dan kejahatan yang lebih luas. Dan dalam hal ini sungguh tepat bila perbuatan semacam itu dimasukkan kepada golongan “membantu syetan” yang terlarang. 

لا تكونوا عون الشياطين على أخيكم 

“Jangan kamu menjadi pembantu syaitan atas saudaramu.” - H.R. Al-Bukhari - 

Kemudian agama telah menetapkan bahwa bagi orang yang melakukan perzinahan itu mesti didera 100 kali bila orang tersebut belum nikah. Dan dirajam hingga mati bila pernah nikah. 

Diriwayatkan: “Pada zaman Umar ada seorang laki-laki bernama Siba’ bin Tsabit yang nikah dengan seorang wanita anak Mauhib bin Rabah. Kedua orang tersebut masing-masing mempunyai anak. Siba’ membawa anak laki-laki dan binti Mauhib mempunyai anak wanita. Kemudian terjadilah apa yang tidak diharapkan. Anak wanita itu hamil. Maka dibawalah kehadapan Umar, dan ia menjalankan undang-undang Islam, yaitu mereka didera masing-masing 100 kali. Maka Umar mendesak agar anak tersebut dinikahkan kepada laki-laki itu, tetapi laki-laki itu tidak mau.” 

Dalam hal ini Ibnu Umar pernah diminta fatwa tentang menikahi wanita hamil yang dizinahinya. Beliau menjawab, “Boleh, bila keduanya tobat dan memperbaiki diri.” 

Jabir bin Abdullah berkata, “Bila kedua orang itu tobat dan memperbaiki diri maka tidak ada halangan.” 

Bila mereka nikah sebelum tobat, maka Aisyah, Albarra bin Azib, dan Ibnu Mas’ud mengatakan, “Tidak putus-putus dalam hukum berzina.” 

Sehubungan dengan ini, A.Hasan perpendapat, “Bahwa perkawinannya ditangguhkan hingga ia melahirkan. Sebab mengamankan desa adalah diutamakan daripada membangunnya. Memperbaiki bocor kapal hendaknya diutamakan daripada merencanakan perjalanannya. Qaidah ushul fiqh menyatakan: 

درء المفاسد مقدم على جلب المصالح 

“Menolak kerusakan didahulukan daripada menarik kemaslahatan” 

Bacaan Doa Pernikahan

Bacaan Doa Pernikahan
Bacaan Doa Pernikahan

Didalam hadits Hadits Tirmidzi 1011, Rosulullah Saw Bersabada:

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَفَّأَ الْإِنْسَانَ إِذَا تَزَوَّجَ قَالَ بَارَكَ اللَّهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي الْخَيْرِ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَقِيلِ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

BARAKALLAH LAKA WA BARAKA 'ALAIKA WA JAMA'A BAINAKUMA FIL KHAIR (semoga Allah memberi berkah kepadamu & keberkahan atas pernikahan kamu, & mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan). (Abu Isa At Tirmidzi) berkata; Hadits semakna diriwayatkan dari 'Aqil bin Abu Thalib. Abu Isa berkata; Hadits Abu Hurairah merupakan hadits hasan sahih.
[HR. Tirmidzi No.1011].

Hadits Tirmidzi No.1011 Secara Lengkap

[[[Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah], telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin Muhammad] dari [Suhail bin Abu Shalih] dari [Bapaknya] dari [Abu Hurairah] bahwa jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mendo'akan orang yang baru menikah beliau membaca: "BARAKALLAH LAKA WA BARAKA 'ALAIKA WA JAMA'A BAINAKUMA FIL KHAIR (semoga Allah memberi berkah kepadamu dan keberkahan atas pernikahan kamu, dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan)." (Abu Isa At Tirmidzi) berkata; "Hadits semakna diriwayatkan dari 'Aqil bin Abu Thalib." Abu Isa berkata; "Hadits Abu Hurairah merupakan hadits hasan sahih."]]] Tulisan : ust. Amin Mukhtar.

Demikianlah pembahasan mengenai Doa Pernikahan dan Pembahasannya yang dapat admin sajikan mudah-mudan tulisan bermanfaat menjadi pegangan bagi kita untuk hidup lebih lurus dengan cara mengikuti apa yang dianjurkan oleh Rosullullah Saw. Terimakasih

Bacaan Doa Penutup Majelis dan Artinya

$
0
0
Doa Penutup Majelis. Sabahat yang dirahmati Allah SWT, Kali ini admin akan menyajikan mengenai doa. Doa merupakan salah satu senjata yang paling ampuh untuk kita selaku orang muslim, Karena tiada hari dan waktu tanpa doa, kalo kita mengingat kembali masa-masa belajar waktu masih duduk di bangku TK. Masih ingat dibenak kita dengan perkataan guru-guru kita tercinta waktu ini: Perkataan seperti ini: 

"Di tangan ini ada doa, di mulut ini ada doa di seluruh tubuh ada doa" 

 Doa Penutup Majelis
 Doa Penutup Majelis 


Jadi penting bagi kita untuk senantiasa memanjatkan doa kepada Allah SWT, tentunya doa-doa yang diajarakna Oleh Rosululloh SAW. Spt Halnya doa Penutup Majlis. Dibawah ini adalah Bacaan Doa Penutup Majlis, Silahkan simak bersama: 


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

(Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa-atuubu ilaik)

Artinya :
Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan memujiMu, aku bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepadaMu

Catatan:
Doa ini diambil dari hadits riwayat Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad
Doa ini disebut pula Kaffaratul Majlis, karena keutamaannya adalah sebagai penebus dosa dalam majelis tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah :

عَنْ أَبِى بَرْزَةَ الأَسْلَمِىِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ بِأَخَرَةٍ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَقُومَ مِنَ الْمَجْلِسِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ. فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ لَتَقُولُ قَوْلاً مَا كُنْتَ تَقُولُهُ فِيمَا مَضَى. قَالَ كَفَّارَةٌ لِمَا يَكُونُ فِى الْمَجْلِسِ

Dari Abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu ’anhu ia berkata: “Jika Rasulullah SAW hendak bangun dari suatu majelis beliau membaca: Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika. Seorang sahabat berkata: “Ya Rasulullah, engkau telah membaca bacaan yang dahulu tidak biasa engkau baca?” Beliau menjawab: “Itu sebagai penebus dosa yang terjadi dalam sebuah majelis.” (HR Abu Dawud)

Demikianlah Ulasan mengenai Bacaan Doa penutup majlis dan Artinya yang bisa admin sajikan mudah-mudahan bermanfaat. Terimakasih

Bacaan Doa Keluar Rumah, Arab, Latin dan artinya

$
0
0
Doa Keluar Rumah. Sobat Budiman untuk kajian kali ini masih seputar doa yaitu doa keluar rumah, Keluar rumah atau masuk rumah adalah salah satu rutinitas sehari-harei. Kita Sebagai seorang muslim yang senantiasa taat Allah dan Rosulnya yakni Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang senantiasa mengajarkan kita, membimbing kita dengan Sunnahnya. 


Ada sebuah haditsriwayat Muslim (III/1598) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Jika seseorang memasuki rumahnya, lalu menyebut Nama Allah Ta’ala (Bismillaah) ketika masuk dan ketika makannya, maka syaithan berkata : ‘Tidak ada tempat bermalam dan makan malam bagi kalian.’ Jika ia tidak menyebut Nama Allah ketika masuk, maka syaithan berkata : ‘Kalian menemukan tempat bermalam…”

Setiap langkah kita dan perbuatan kita jangan sampai lupa untuk menyebut nama Allah (Bismillaah) begitu juga ketika ketika masuk rumah Supaya kita akan slalu dilindungi Allah dari godaan syaithan. Yang senantiasa mengajak, menggiring kita kepada, maksiat kepada Allah. Karena setan pernah berjanji akan menggagnggu semua manusia, kecuali orang yang muhlis diantara hamba Allah, Orang yang muhlis tidak pernah terlewatkan sedikitpun kesempatan untuk senantiasa berdoa kepada Allah.

Doa Keluar Rumah
Doa Keluar Rumah

Mengenai Bacaan doa masuk rumah. Mungkin kita sudah tahu apa yang diajarkan oleh Rosulullah Saw. Dalah SEbuat hadits Beliau bersabda, “Barangsiapa ketika keluar dari rumahnya mengucapkan :

بِسْمِ الله, تَوَكَّلْتُ عَلَى الله, لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّتَ إلاَّبِا الله

(Bismillaahi, tawakkaltu ‘ala Alloh, Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah)

[Dengan menyebut Nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak akan ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah]

Maka dikatakan kepadanya, ‘Engkau talah dicukupi dan telah dijaga,’ dan syaithan pun menjauhinya.” (Hadits Shahih, lihat Shahiih Sunan at-Tirmidzi (III/151)

Ada seuah hadits shahih  dalam kitab Shahiih Sunan Abi Dawud (III/959) yakni :

اللهُمَّ إنِّي أعُوْذُ بِكَ أنْ أضِلَّ أوْ أُضَلَّ, أوْ أزِلَّ أوْ أزَلَّ, أوْ أظْلِمَ أوْ أظْلَمَ, أوْ أجْهَلَ أوْ تُجْهَلَ عَلَيَّ

(Alloohumma innii a’udzubika an adhilla aw udholla, aw azilla aw uzalla, aw azhlima aw uzhlama, aw ajhala aw tujhala ‘alayya)

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tersesat atau disesatkan, atau tergelincir atau digelincirkan, atau menganiaya atau dianiaya, atau berbuat bodoh atau dibodohi.”

Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik ucapan, perbuatan maupun penetapan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang ditujukan sebagai syariat bagi umat Islam.

Keutamaan Kita Menghidupkan Sunah Rosul, Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun“

"Barang siapa menghidupkan sunahKu sungguh dia cinta kepadaku,dan barang siapa yang cinta kepadaKu akan bersamaKu didalam syurga"

Diantara sunnah-Sunnah beliau adalah berdoa disetiap aktivitas baik sebelum,sedang ataupun setelahnya. tidak pernah  lupa akan doa. Kata orang TK mah, Di tangan ini ada doa, Di mulut ini ada doa, disemua ini ada doanya. 

Demikianlah Ulasan mengenai Doa keluar rumah Mudah-mudah kita bisa mengamalkan disetiap kali keluar rumah, dan jangan lupa Ucapkan salam ketika masuk rumah sendiri, ataupun rumah orang. Terimakasih 

Bacaan Doa Nabi Yunus dan Terjemahnya

$
0
0
Doa Nabi Yunus . Sahabat Budiman kali ini admin akan menyajikan Doa Nabi, Yaitu Nabi Yunus. Nabi Yunus as adalah salah seorang dari nabi-nabi Ilahi. Beliau as menyeru umat kepada tauhid dan pengesaan Tuhan dalam jangka waktu yang lama. Akan tetapi seruan dan tabligh lama ini tidak memberikan hidayat kepada umat dan mereka berkeras kepala kepada kekafiran. Pada saat inilah nabi Yunus as merasa marah terhadap kebodohan dan kekafiran mereka, sebelum meminta izin kepada Allah swt beliau as telah keluar dari kota tersebut dan menuju ke gurun. Beliau as terus pergi hingga sampai ke laut. Dengan kekuasaan Ilahi seekor ikan besar membuka mulutnya dan menelan nabi Yunus. Nabi Yunus as terpenjara di perut ikan tanpa dikunyah olehnya dan beliau as menyadari ini adalah balasan perbuatan kepada beliau as yang melepaskan tugas tanpa seizin Allah swt.


Doa Nabi Yunus
Doa Nabi Yunus

Berikut ini adalah Bacaan Doa Nabi Yunus . 

لا إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحانَكَ إِنّى‏ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمينَ

“Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang lalim.”

Allah swt di dalam al-Qur’an berfirman: “Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.”

Nabi Yunus as yang selamat dari perut ikan dan laut yang dalam, kembali ke tempat yang diperintahkan semula dan umat yang telah sadar semasa kepergian beliau as, mengerumuni beliau as dan memilih jalan suci dan penyembahan kepada Allah swt di depan mereka.

Beberapa Poin Penting Dalam Doa Nabi Yunus

1- Pada akhir kisah nabi Yusuf as Allah swt berfirman: “وكذلكَ نُنجِى المؤمنين” (Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman). Seakan-akan kisah nabi Yunus as terdapat di dalam al-Qur’an untuk menyatakan hukum universal dan sunnatullah yang abadi ini yaitu: Menyelamatkan kaum Mukminin yang tertimpa musibah adalah sebuah program continyu Allah swt yang berjalan pada setiap masa, tempat dan seluruh generasi.

Sangat jelas bahwa ini adalah berita gembira dan menyenangkan bagi kita semua.

Nabi Islam kita Muhammad saw bersabda: “Apakah kalian ingin aku tunjukkan kepada “ism a’dham Ilahi” (nama agung Allah) yang setiap kali Allah swt diseru dengan nama itu akan memberikan jawaban dan setiap kali dimohonkan dari-Nya dengan nama tersebut akan ditimpali? Itulah doa nabi Yunus as yang beliau baca dalam kegelapan: 

“لا إِلهَ إلّا أنتَ سُبْحانَكَ إِنِّى‏ كُنْتُ مِنَ الظّالمينَ”

Seseorang bertanya: Wahai Rasulallah! Apakah doa ini khusus untuk nabi Yunus ataukah bagi seluruh kaum Mukminin?

Nabi saw menjawab: Apakah engkau tidak mendengar lanjutan ayatnya: 

“وَكَذلِكَ نُنْجِى المُؤمِنينَ”.[3]

2- Kaum Urafa’ Ilahi memiliki perhatian luar biasa terhadap doa nabi Yunus as dan menamakannya dengan “Zikir Yunusiyah”.

3- Doa-doa para maksum (orang-orang yang terjaga dari perbuatan dosa) memiliki akan Qur’ani. Karena mereka adalah putera-putera al-Qur’an dan menimba manfaat dari makrifat jernih Qur’ani. Imam Husain as dengan mengutip doa nabi Yunus mengatakan di dalam doa Arafah:

لا إلهَ إلّا أنْتَ سُبْحانَكَ إنّى‏ كُنْتُ مِنَ الظالمينَ. لا إلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ اِنّى‏ كُنْتُ مَنَ المُسْتَغْفِرينَ. لا إلهَ إلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ إنّى‏ كُنْتُ مِنَ المُوَحِّدينَ. لا اِلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ اِنّى‏ كُنْتُ مِنَ الخائِفينَ. لا اِلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ اِنّى‏ كُنْتُ مِنَ الوَجِلينَ. لا اِلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ اِنّى‏ كُنْتُ مِنَ الرَّاجينَ. لا اِلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ اِنّى‏ كُنْتُ مِنَ الرّاغِبينَ. لا اِلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ اِنّى‏ كُنْتُ مِنَ المُهَلِّلينَ. لا اِلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ اِنّى‏ كُنْتُ مِنَ السّائِلينَ. لا اِلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ اِنّى‏ كُنْتُ مِنَ المُسَبِّحينَ. لا اِلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ اِنّى‏ كُنْتُ مِنَ المُكَبِّرينَ. لا اِلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ رَبّى‏ ورَبُّ آبائي الأَوَّلينَ

“Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim. Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang meminta pengampunan. Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang meng-Esakan-(Mu). Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang khawatir (terhadap azab-Mu). Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang takut (kepada-Mu). Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berharap (kepada-Mu). Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menginginkan(Mu). Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang bertahlil (mengucapkan la ilaha illallah [Tiada Tuhan Selain Allah]). Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang meminta (kepada-Mu). Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang bertasbih (kepada-Mu). Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang bertakbir. Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau Tuhanku dan Tuhan ayah-ayahku yang terdahulu.”

Beberapa Hadis Seputar Keutamaan Doa Ini

1- Nabi Islam Muhammad saw bersabda: “Setiap orang Muslim sakit yang membaca doa ini, bila dalam sakitnya (tidak memperoleh kesembuhan dan) meninggal dunia maka akan diberikan pahala orang yang syahid, dan bila mendapatkan kesembuhan dan membaik maka seluruh dosanya diampuni.”[4]

2- Rasulullah saw bersabda: Apakah kalian ingin aku beritahukan tentang sebuah doa yang setiap kali kalian baca dalam setiap kondisi sedih dan bencana maka kelapangan akan diperoleh? Para sahabat menjawab: Ya, Wahai Rasulallah. Beliau saw bersabda: “(Yaitu) doa nabi Yunus as yang menjadi santapan ikan: “لَا اِلهَ اِلَّا اَنْتَ سُبْحَانَکَ اِنِّی کنْت مِنَ الظّالِمِیْنَ”.[5]

3- Imam Shadiq as berkata: “Aku heran terhadap orang yang tertimpa kesedihan, bagaimana tidak membaca doa ini “لَا اِلهَ اِلَّا اَنْتَ سُبْحَانَکَ اِنِّی کنْت مِنَ الظّالِمِیْنَ”, karena Allah swt selanjutnya berfirman: “فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَ نجََّيْنَاهُ مِنَ الْغَمّ‏ِ وَ كَذَالِكَ نُنجِى الْمُؤْمِنِين‏”.[6]

4- Almarhum Kulaini menukil: Seseorang berasal dari Khurasan bertemu dengan Imam Shadiq as antara Mekah dan Madinah di Rabadhah dan menyatakan: Semoga aku menjadi taruhan Anda! Hinnga kini aku masih belum dikaruniai anak, apa yang harus aku lakukan?


Imam Shadiq as menjawab: “Ketika engkau kembali ke negerimu dan ingin mendatangi isterimu maka bila engkau menginginkah demikian bacalah ayat: “وَ ذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَضِبًا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى‏ فىِ الظُّلُماَتِ أَن لَّا إِلَاهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنىّ‏ِ كُنتُ مِنَ الظَّلِمِين‏”, Insya Allah engkau akan dikarunia anak.”[7] sumber: http://www.quran.al-shia.org/id/dua-quran/15.htm

Demikianlah Pembahasan mengenaiDoa Nabi yunusAS, Semoga bermanfaat dan mampou mengamalkan doa tersebut disetiap kondisi yang terjadi dengan kita. Terimakasih.

Bacaan Doa Penerang Hati dan Terjemahannya

$
0
0
Doa Penerang Hati. Sahabat yang dirahmati Allah Untuk pembahasan kali ini admin akan sedikit mengulas mengenai Doa Penerang hati. Doa Penerang hati merupakan doa yang sangat baik sekali,  Berikut ini Bacaan Doa penerang Hati yang dia jarkan Oleh Rosululloh SAW. 

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي . وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي . يَفْقَهُوا قَوْلِي

Artinya : "Wahai Tuhanku, lapangkanlah bagiku, dadaku; "Dan mudahkanlah bagiku, tugasku; "Dan lepaskanlah simpulan dari lidahku, "Supaya mereka faham perkataanku"


Kadang Kala hati ini terasa resah, gelisah dan ada perasaan khawatir, meski kita tidak tahu apa yang kita khawatirkan. Kondisi ini membuat kita tidak bisa tidur dan bahkan berpotensi menyebabkan penyakit.
Jika hal itu terjadi, yang bisa kita lakukan adalah berdoa kepada Allah. Berdoa minta diberi ketenangan hati. Dan berikut ini adalah doa mohon ketenangan hati yang bisa and abaca:


DOA MINTA KETENANGAN HATI


اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ نَفْسًا بِكَ مُطْمَئِنَّةً، تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ، وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ، وَتَقْنَعُ بِعَطَائِكَ


(Allohumma inni as-aluka nafsaa bika muthma-innah, tu'minu biliqoo-ik, watardlo bi qodloo-ik, wataqna'u bi'athoo-ik)

Artinya:
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu jiwa yang merasa tenang kepadaMu, yang yakin akan bertemu denganMu, yang ridha dengan ketetapanMu, dan yang merasa cukup dengan pemberianMu.

Demikian ulasan selintas mengenai doa Penerang Hati dan Doa minta Ketenangan. yang diambil dari hadits riwayat Thabrani. Semoga bermanfaat. Terimakasih

Bacaan Doa Untuk Anak dan Artinya

$
0
0
Doa Untuk Anak.  Sahabat yang dirahmati Allah SWT. Pada kesempatan kali ini admin akan sedikit membahas mengenai Doa Untuk Anak, Sebleum kepada doa kami silahkan simak berikut ini. Anak adalah anugerah terindah sekaligus amanah (titipan) yang Allah berikan kepada setiap orang tua. Oleh karena itu orang tua hendaknya memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak-anaknya, agar mereka tumbuh menjadi anak yang sehat, baik jasmani maupun rohani, dan barakhlaqul karimah serta taat dalam menjalankan ibadahnya.

Namun anak juga dapat membuat susah kedua orang tuanya manakala anak tersebut tidak berbakti kepadanya, serta tidak taat beribadah, apalagi kalau sampai terlibat atau tersangkut dalam masalah kriminalitas atau kenakalan remaja yang lain.

Doa Untuk Anak
Doa Untuk Anak
Dalam Al-Quran, Allah swt. mengklasifikasikan kedudukan anak menjadi empat golongan, yaitu :

1. Ada anak sebagai musuh.

Dalam Alqur'an surat At-Tagobun ayat 14 Allah Berfirman yang artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman..!! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.”

Yang dimaksud anak sebagai musuh adalah apabila ada anak yang menjerumuskan bapaknya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama.

2. Anak sebagai fitnah atau ujian.

Dalam surat At-Tagobun ayat 15, Allah berfirman yang artinya :

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anamu hanyalah cobaan (bagimu) , dan di sisi Allah pahala yang besar.”

Fitnah yang dapat terjadi pada orangtua adalah manakala anak-anaknya terlibat dalam perbuatan yang negative. Seperti mengkonsumsi narkoba, pergaulan bebas, tawuran antar pelajar, penipuan, atau perbuatan-perbuatan lainnya yang membuat susah dan resah orang tuanya dsb.

3. Anak sebagai perhiasan.
Allah jelaskan dalam surat Al-Kahfi ayat 46, yang artinya :

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”

Perhiasan yang dimaksud adalah bahwa orangtua merasa sangat senang dan bangga dengan berbagai prestasi yang diperoleh oleh anak-anaknya, sehingga dia pun akan terbawa baik namanya di depan masyarakat.

4. anak sebagai penyejuk mata (qorrota a’yun) atau penyenang hati.

 Allah jelaskan dalam surat Al Furqon ayat 74, yang artinya:

“Dan orang-orang yang berkata” Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”

Kedudukan anak yang terbaik adalah manakala anak dapat menyenangkan hati dan menyejukan mata kedua orangtuanya. Mereka adalah anak-anak yang apabila disuruh untuk beribadah, seperti shalat, mereka segera melaksanakannya dengan suka cita. Apabila diperintahkan belajar, mereka segera mentaatinya. Mereka juga anak-anak yang baik budi pekerti dan akhlaknya, ucapannya santun dan tingkah lakunya sangat sopan, serta memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.

Dari ke-empat kedudukan anak tersbut, tentu sebagai orang tua menginginkan agar anak-anaknya termasuk ke dalam kelompok qurrota a’yun. Namun untuk mencapainya diperlukan keserisuan dan ketekunan orang tua dalam membina mereka. Orang tua hendaknya menjadi figure atau contoh buat anak-anaknya. Karena anak merupakan cermin dari orang tuanya. Jika orangtuanya rajin shalat berjama’ah misalnya, maka anak-pun akan mudah kita ajak untuk shalat berjama’ah.

Jika orang tua senantiasa berbicara dengan sopan dan lembut, maka anak-anak mereka-pun akan mudah menirunya. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah orangtua hendaknya memperhatikan pergaulan anak-anaknya di dalam masyarakat. Karena teman juga sangat berpengaruh kepada perkembangan kepribadian serta akhlak anak-anak mereka.

Semoga kita semua diberi kekuatan dan kemudahan dalam membina dan mengarahkan anak-anak kita kepada kelompok qurrota a’yun, sehingga mereka menjadi penyejuk hati, dan pembawa kebahagiaan bagi kedua orangtuanya baik di dunia maupun di akhirat.

Terkadang Kita tak perlu heran terhadap mereka yang telah menyia-nyiakan perintah Allah SWT di dalam hak anak dan keluarga mereka.

Seandainya api dunia mengenai anaknya atau nyaris menyentuhnya, pasti ia akan berjuang sekuat tenaga untuk menghindarkan anaknya dari api tersebut, dan buru-buru pergi ke dokter untuk segera mengobati luka-lukanya.

Adapun api akhirat, maka ia tidak mau mencoba untuk membebaskan anak-anak dan keluarganya darinya. Wallahu al Musta’an. Padahal Allah ‘Azza Wajalla telah berfirman, artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6).

Seorang ayah adalah penanggung jawab pertama, lantaran ia sebagai pemimpin dalam rumah tangganya, maka ia akan ditanya oleh Allah ‘Azza Wajalla tentang rumah tangganya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُوْلَةٌ عَنْهُمْ

“Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya, dan ia akan ditanya atas kepemimpinannya, dan seorang istri adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan anaknya, maka ia akan ditanya tentang mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh sebab itu, kedua orang tua harus bangkit melaksanakan kewajibannya terhadap anak, berupa perhatian, pengawasan, dan pendidikan yang baik, agar kelak menjadi generasi yang baik dapat memberi manfaat bagi orang tua dan kaum Muslimin yang lain.


HAL PERTAMA YANG PERLU DIAJARKAN KEPADA ANAK.

Orang tua, terutama ibu, memiliki peranan terbesar dalam pendidikan anak-anaknya. Akan tetapi seringkali mereka tidak mengetahui dari mana mereka harus mulai menanamkan akidah Islam pada buah hatinya, bagaimana mengajarkannya dan bagaimana menancapkannya pada hati mereka.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah teladan terbaik bagi kita dalam segala hal, termasuk dalam pergaulan beliau dengan anak-anak. Dalam masalah ini, kita bisa memetik lima pokok dalam pendidikan beliau terhadap akidah anak-anak :

1. Membiasakan anak mengucapkan dan mendengarkan kalimat tauhid dan memahamkan maknanya jika ia telah besar.

Wajib atas orang tua untuk menumbuhkan tauhid terhadap Allah pada anak-anaknya sedari dini.
Oleh karena itu, ajarkan dan pahamkan anak bahwa Rabb mereka adalah Allah ‘Azza Wajalla, Dialah yang menciptakan, yang memberi rejeki, yang menghidupkan dan makna-makna rububiyyah Allah lainnya.
Setelah mengenal keagungan Allah dalam rububiyah-Nya, iringilah dengan mengajarkan bahwa Allah-lah yang berhak untuk disembah, diibadahi, disyukuri, diharapkan dan hanya kepada-Nya pula ditujukan segala jenis ibadah.
Tak kalah pentingnya memperingatkan mereka dari syirik dan menjelaskan bahayanya pada mereka.

2. Menanamkan Kecintaan anak terhadap Allah SWT.

Dalamnya kecintaan kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan tertanamnya keimanan terhadap takdir-Nya membawa seorang anak untuk bisa menghadapi hidupnya dengan optimis dan tawakkal. Benih cinta kepada Allah SWT yang tertanam akan menumbuhkan keberanian, karena dia akan menyadari bahwa tidak ada yang pantas ditakuti kecuali kemurkaan-Nya. Gambaran keberanian yang menakjubkan ini terlukis pada diri seorang anak kecil, hasil didikan generasi mulia, Abdullah bin Az-Zubair.

Suatu saat Abdullah dan anak-anak sebayanya berkumpul dan bermain-main di suatu jalan. Ketika melihat Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhum lewat di jalan tersebut, semua anak berlarian kecuali Abdullah bin Az-Zubair.

Menyaksikan peristiwa itu, Umar merasa takjub sehingga bertanya kepada anak kecil itu, apa sebabnya ia tidak lari seperti anak-anak lainnya...?

Abdullah kecil pun menjawab, “Aku tidak bersalah sehingga aku harus lari, dan aku tidak takut pada Anda, sehingga aku harus meluaskan jalan bagi Anda.”

Inilah sosok mungil Abdullah bin Az-Zubair, tidak ada yang ditakutkannya kecuali kemurkaan Rabbnya karena melanggar larangan atau meninggalkan perintah-Nya.

3. Menanamkan kecintaan anak pada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.

Dalam riwayat Bukhari dari Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhum bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدَكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dia cintai daripada ayahnya, anaknya dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari).

Betapa pentingnya kecintaan terhadap Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sampai-sampai tidak akan sempurna iman seseorang tanpanya. Membacakan sirah (sejarah) Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan mengenalkan mereka akan sifat-sifat beliau yang mulia merupakan upaya terbaik untuk menumbuhkan kecintaan mereka pada beliau.

4. Mengajarkan pada anak Al Qur’an Al Karim.

Sepantasnya bagi orang tua untuk memulai pelajaran bagi putra-putrinya dengan Al Qur’an sejak dini. Yang demikian itu untuk menanamkan pada mereka bahwa Allah adalah Rabb mereka dan Al Qur’an adalah firman-Nya. Menancapkan ruh Al Qur’an pada hati-hati mereka dan cahaya Al Qur’an pada pikiran-pikiran mereka, sehingga mereka tumbuh di atas kecintaan kepada Al Qur’an. Hati mereka menjadi terikat padanya sehingga mereka siap untuk mengikuti perintahnya dan berhenti dari larangan-larangan yang ada padanya, berakhlak dengan akhlak Al Qur’an dan berjalan di atas manhajnya.

Imam As-Suyuthi mengatakan bahwa mengajarkan Al Qur’an pada anak merupakan salah satu pokok Islam agar mereka tumbuh di atas fitrahnya, dan cahaya hikmah itu lebih dahulu menancap di hati mereka sebelum menetapnya hawa nafsu, kotoran-kotoran maksiat dan kesesatan. Para salafus shaleh biasa mengajari anak-anak mereka Al Qur’an sebelum mencapai usia 3 tahun, sehingga kita akan dapati pada usia yang masih belia, mereka telah menghapal Al Qur’an. Sebut saja Imam Syafi’i, beliau telah hapal Al Qur’an pada usia 10 tahun, demikian pula Imam Nawawi rahimahumallah.

5. Mendidik anak untuk berakhlak yang baik.

Islam sebagai agama yang sempurna dan relevan di setiap tempat dan zaman sangat menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebagaimana sabdanya,

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

“Aku diutus oleh Allah tidak lain untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Al Albani).

Akhlak merupakan tolok ukur iman seseorang.

Sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling sempurna akhlaknya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani).

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah ditanya tentang penyebab yang paling banyak orang masuk surga. Beliau menjawab,

تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ

“Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad, dishahihkan oleh Al Albani).

مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ

“Tidak ada sesuatu yang paling berat dalam timbangan melebihi akhlak yang baik.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

Bacaan Doa Untuk Anak dan Artinya: 



Demikianlah Pembahasan Mengenai Bacaan doa untuk Anak dan Cara Mendidik anak Mudah dengan keterangan melalui Hadits-hadits di atas menunjukkan betapa akhlak yang baik memiliki keutamaan dan ketinggian derajat.Terimakasih

Bacaan Doa Dimudahkan Segala Urusan Lengkap

$
0
0
Doa Dimudahkan Segala Urusan. Sahabat yang dirahmati Allah SWT, kali ini admin akan sedikit berbagi mengenai doa yang tentunya doa ini di inginkan oleh setiap orang,. Do’a ini adalah do’a yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berisi permohonan berbagai kemudahan dalam segala urusan. 

Doa Dimudahkan Segala Urusan
Doa Dimudahkan Segala Urusan

Berikut ini adalah bacaan Doa Dimudahkan Segala Urusan. yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, beliau berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً
Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa

[artinya: Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah].

Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya (3/255). Dikeluarkan pula oleh Ibnu Abi ‘Umar, Ibnus Suni dalam ‘Amal Yaum wal Lailah. (Lihat Jaami’ul Ahadits, 6/257, Asy Syamilah)
Sanad hadits ini shahih sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam tahqiqnya terhadap Shahih Ibnu Hibban.

 Faedah singkat dari do’a di atas:
  1. Yang namanya kemudahan hanya datang dari Allah. Sesuatu yang sulit sekalipun bisa menjadi mudah jika Allah kehendaki.
  2. Hendaklah hati selalu bergantung pada Allah, bukan bergantung pada diri sendiri yang lemah. Jika hati terlalu yakin atau terlalu PD (percaya diri) sehingga melupakan Rabb di atas sana, maka sungguh urusan tersebut akan semakin sulit. Ingatlah bahwa barangsiapa yang senantiasa bertawakkal pada Allah, maka Allah akan mempermudah urusannya.
  3. Manusia punya kehendak. Namun kehendak tersebut bisa terealisasi dengan baik dan sempurna, jika Allah menghendakinya. Oleh karena itu, hati seharusnya bersandar pada Sang Kholiq, Allah Ta’ala.
  4. Perlunya beriman kepada takdir ilahi dengan baik sehingga tidak membuat seseorang semakin sedih atas musibah atau kesulitan yang menimpanya.
  5. Takdir di satu sisi terasa menyakitkan. Namun jika kita memandang dari sisi lain, pasti ada yang terbaik dan hikmah yang besar di balik itu semua. Yakinlah!
Demikianlah ulasan mengenai Bacaan Doa dimudakahkan Segala Urusan dan Artinya, yang bisa admin sajikan mudah-mudahan bermanfaat, sekaligus kita bisa mengamalkan doa tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita. terimakasih.

Bacaan Doa Turun Hujan | Doa Istisqo atau Minta Hujan

$
0
0
Doa Turun Hujan. Sahabat yang dirahmati Allah, Kali ini admin akan sedikit berbagi mengenai Doa turun Hujan atau doa supaya diturunkan hujan, Sebelum mebahas mengenai doa Turun Hujan, alangkah baiknya kita tahu dulu apa arti hujan. Pengertian Hujan Hujan adalah peristiwa turunnya butir-butir air dari langit ke permukaan bumi. Hujan juga merupakan siklus air di bumi.

Proses Terjadinya Hujan

Proses terjadinya dan turunnya hujan dapat dijelaskan sebagai berikut :
  • Mula - mula sinar matahari menyinari bumi, energi sinar matahari ini mengakibatkan terjadinya evaporasi atau penguapan di lautan, samudra, sungai, danau, dan sumber - sumber air lainnya.
  • Uap - uap air yang naik ini pada ketinggian tertentu akan mengalami kondensasi. Peristiwa kondensasi ini diakibatkan oleh suhu sekitar uap air lebih rendah daripada titik embun uap air.
  • Uap - uap air ini kemudian akan membentuk awan. Kemudian, angin (yang terjadi karena perbedaan tekanan udara) akan membawa butir - butir air ini.
  • Butir - butir air ini menggabungkan diri (proses ini dinamakan koalensi) dan semakin membesar akibat turbelensi udara, butir - butir air ini akan tertarik oleh gaya gravitasi bumi sehingga akan jatuh ke permukaan bumi.
  • Saat jatuh ke permukaan bumi, butir - butir air akan melewati lapisan yang lebih hangat di di bawahnya sehingga butir - butir air sebagian kecil menguap lagi ke atas dan sebagian lainnya jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan.
  • Inilah yang dinamakan hujan. 

Sedang Untuk Siklus Air
  • Hujan ( butir - butir air yang jatuh ) ke permukaan bumi sebagian akan diserap oleh tumbuhan dan sebagian lagi akan mengalir menuju ke sungai dan akhirnya ke laut.
  • Air yang diserap oleh tumbuhan akan membentuk sungai bawah tanah yang pada akhirnya akan keluar ke permukaan bumi sebagai mata air.
  • Air dari lautan, samudra, sungai, danau dan sumber air lainnya akan mengalami proses evaporasi setelah disinari sinar matahari dan terjadilah siklus air.
  • Macam - Macam Hujan
  • Hujan siklonal adalah hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai dengan angin berputar.
  • Hujan zenithal adalah hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara.
  • Hujan orografis adalah hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air yang bergerak horizontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.
  • Hujan frontal adalah hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan massa udara yang panas.
  • Hujan muson adalah hujan yang terjadi karena Angin Musim ( Angin Muson).

Jadi Tidak bisa dipungkiri bahwa  Air memang merupakan salah satu sumberdaya yang sangat penting bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup.kekeringan dan musim kemarau menjadi masalah yang cukup serius,ditambah lagi dengan hujan yang tak kunjung turun.Untuk mengatasi masalah ini kita tidak bisa hanya mengandalkan ilmu pengetahuan saja,akan tetapi dalam hal ini yang harus kita perhatikan adalah bahwa hujan adalah rizki dari Allah SWT. Dan jika kita menginginka rizki dari Allah maka kita harus memintanya dengan washilah doa. Berikut ini doa minta turun hujan yang diajarkan Rasulullah SAW kepada Umatnya.

Doa Turun Hujan

Berikut ini Adalah Bacaan Doa Minta Hujan / Doa Turun Hujan.


«اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا»

“Ya Allah, berilah kami hujan! Ya Allah, berilah kami hujan! Ya Allah, berilah kami hujan!

Riwayat mengenai Doa ini adalah "Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ada seseorang (Arab badui) masuk ke dalam masjid pada hari Jum’at dari arah pintu yang mengarah kepada mimbar. Pada saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam sedang berdiri di mimbar dan menyampaikan khutbah.

Orang itu berdiri dan menghadapkan wajahnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam, lalu berkata: “Wahai Rasulullah, binatang ternak telah mati dan jalan-jalan penghidupan telah terputus, maka berdoalah kepada Allah agar menurunkan hujan kepada kami.”

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam mengangkat kedua tangannya dan berdoa:

«اللَّهُمَّ اسْقِنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا»

“Ya Allah, berilah kami hujan! Ya Allah, berilah kami hujan! Ya Allah, berilah kami hujan!”
Dalam lafal lain:

«اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا»

“Ya Allah, berilah kami hujan! Ya Allah, berilah kami hujan! Ya Allah, berilah kami hujan!”

Anas bin Malik berkata: “Demi Allah, sebelum itu kami tidak melihat di langit awan yang berkumpul maupun awan yang terserak-serak, tidak juga tanda-tanda lainnya (suara guntur atau angin kencang, pent). Antara kami dengan bukit Sala’ juga tidak ada rumah dan gubuk (yang menghalangi kami dari melihat tanda-tanda hujan di langit,. Tiba-tiba dari arah belakang bukit Sala’ muncul awan tebal bagaikan perisai. Ketika awan itu telah berada di tengah langit, tiba-tiba ia berserak-serak, kemudian turun hujan yang sangat lebat. Demi Allah, selama enam hari penuh, kami tidak melihat matahari (selalu berawan tebal dan hujan deras, ).

Pada hari Jum’at berikutnya kembali ada seorang laki-laki yang memasuki masjid dari arah pintu yang sama. Saat itu Rasulullah shallallahu ‘alahi wa salam sedang berdiri di atas mimbar dan menyampaikan khutbah. Sambil berdiri, orang itu menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam dan berkata: “Wahai Rasulullah, harta benda telah binasa dan jalan-jalan telah terputus (akibat hujan deras dan banjir selama tujuha hari, pent), maka berdoalah kepada Allah agar menahan hujan!”

Demikianlah Pembahasan mengenai Bacaan Doa Turun Hujan dan Doa Minta Hujan, Semoga bermanfaat dan terimakasih.

Doa Doa Mustajab dan Tempatnya

$
0
0
Doa Doa Mustajab. Sahabat yang di rahmati Allah, kali ini admin akan menyajikan mengenai doa-doa yang mustajab dan tempatnya, Doa merupakan salah satu bentuk permohonan ke pada Allah SWT, Hidup tanpa doa bagaikan manusia yang sombong dan angkuh. Nah buat sobat yang ingin mengetahui siapa orang yang mudah di ijaban doanya. Ada dalam sebuh hadits riwayat termidzi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Ada tiga doa yang mustajab, tanpa keraguan didalamnya: Doa orang yang terdzalimi, doa seorang musafir, dan doa orang tua untuk anaknya” (HR. At-Tirmidzi, dihasankan oleh Al-Albani).

Doa Mustajab

Ternyata masih banyak lagi siapa saja yang doanya mustajab, Berikut uraian mengenai Doa Mustajab
1. Setiap muslim yang berdoa bagi saudaranya sesama muslim dari kejauhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Tidak seorang muslimpun berdoa dari kejauhan untuk saudaranya muslim lainnya, melainkan malaikat “petugas/penjaga” akan berucap: Aamiin, dan engkaupun akan mendapatkan yang seperti (isi doamu) itu pula” (HR. Muslim dari sahabat Abud-Darda’ ra.).

2. Doa orang yang terdzalimi/teraniaya. Salah satu pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada sahabat Mu’adz bin Jabal ra. saat diutus untuk berdakwah ke Yaman ialah sabda beliau (yang artinya): “Dan waspadalah terhadap doa orang yang terdzalimi. Karena tidak ada hijab penghalang antara doanya itu dan Allah” (HR. Al-Bukhari).
3. Doa seorang musafir.

4. Doa orang tua untuk anaknya, berupa doa baik atau doa buruk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Ada tiga doa yang mustajab, tanpa keraguan didalamnya: Doa orang yang terdzalimi, doa seorang musafir, dan doa orang tua untuk anaknya” (HR. At-Tirmidzi, dihasankan oleh Al-Albani).

5. Doa anak yang saleh untuk kedua orang tuanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Apabila seseorang meninggal, maka terputuslah (pahala) amalnya, kecuali dari tiga jalur amal: amal sedekah jariyah, ilmu yang tetap dimanfaatkan, dan anak saleh yang mendoakannya” (HR. Muslim).Dan di dalam hadits lain: “Sesungguhnya Allah akan meninggikan derajat seorang hamba yang saleh di Surga, sampai sang hamba itu berkata: Ya Rabbi, bagaimana aku bisa mendapatkan derajat setinggi ini? Maka Allah menjawab: Itu berkat doa istighfar putramu untukmu!” (HR. Ahmad, dan sanadnya dishahihkan oleh Ibnu Katsir).
6. Doa orang yang sedang berpuasa sampai berbuka.

7. Doa pemimpin yang adil. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Tiga orang yang doanya tidak tertolak adalah: orang yang sedang berpuasa sampai berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang terdzalimi/teraniaya. Allah mengangkatnya ke atas awan, dibukakan baginya pintu-pintu langit, dan Allah berfirman (yang artinya): “Demi keagungan-Ku, pasti Aku akan menolongmu meski setelah beberapa waktu” (HR. At-Tirmidzi dan lainnya, dan dishahihkan oleh Al-Albani).

8. Doa orang mudhtharr (yang sedang dalam kesulitan, terhimpit, terdesak atau kepepet). Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Atau siapakah (selain Allah) yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan…?” (QS. An-Naml: 62).

9. Orang yang tidur dalam kedaan suci (berwudhu, insya-allah termasuk yang dalam keadaan junub dan berhalangan sekalipun) dan berdzikir kepada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Tidak seorang muslimpun tidur malam dengan berdzikir kepada Allah dan dalam keadaan suci (berwudhu dan berdzikir sebelum tidur), lalu terbangun pada malam hari dan berdoa kepada Allah memohon kebaikan dunia dan akherat, melainkan Allah akan memberikan kepadanya apa yang dipintanya itu” (HR. Abu Dawud dan Ahmad, serta dishahihkan oleh Al-Albani).

10. Orang yang berdoa dengan wasilah doa Nabi Yunus ‘alaihis-salam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Doa Dzun-Nun (Nabi Yunus as.) yang dibaca saat berada di dalam perut ikan ialah: “La ilaha illa Anta, subhanaka, inni kuntu minadz-dzalimin” [Tiada tuhan yang berhak diibadahi secara benar kecuali hanya Engkau. Maha sucilah Engkau. Sesungguhnya aku termasuk golongan orang-orang yang dzalim/aniaya] – QS. Al-Anbiyaa’: 87-88). Sesungguhnya tidak seorang muslimpun berdoa dengan wasilah doa tersebut dalam hal apapun, kecuali Allah akan mengabulkannya” (HR. At-Tirmdzi dan lainnya dari sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash ra, dan dishahihkan oleh Al-Albani).

11. Doa orang yang berdzikir saat terbangun di tengah malam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Barangsiapa terbangun di tengah malam lalu membaca dzikir ini: La ilaha illallahu wahdahu la syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa Huwa ‘ala kulli syai-in qadir. Alhamdu lillah, wa subhanallah, wa la ilaha illallah, wallahu akbar, wa la haula wa la quwwata illa billah (Tiada tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya seluruh kerajaan/kekuasaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maha Suci Allah. Tiada tuhan yang benar kecuali Allah. Allah Maha Besar. Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah). Kemudian ia membaca istighfar: Allahummaghfirli (ya Allah ampunkanlah daku), atau berdoa dengan doa apapun. (Barangsiapa yang membaca dzikir tersebut lalu berdoa), maka doanya akan dikabulkan. Sedangkan yang lebih semangat lagi, lalu berwudhu (dan shalat), maka shalatnya diterima” (QS. Al-Bukhari).
12. Doa jamaah haji.
13. Doa jamaah umrah.

14. Doa mujahid yang berperang di jalan Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Mujahid yang berperang di jalan Allah, jamaah haji dan jamaah umrah, adalah tamu Allah. Dia (Allah) mengundang mereka (untuk berjihad, berhaji dan berumrah), lalu merekapun menyambut undangan. Maka jika mereka berdoa memohon kepada-Nya, Dia-pun akan memenuhi doa permohonan mereka” (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Al-Albani).

15. Doa ahli dzikir (orang yang banyak berdzikir kepada Allah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Tiga orang yang (termasuk) doanya tidak tertolak adalah: orang yang banyak berdzikir kepada Allah, doa orang yang terdzalimi, dan pemimpin yang adil” (HR. Al-Baihaqi dan Ath-Thabrani, dan dihasankan oleh Al-Albani).

16. Doa waliyyullah (seorang mukmin yang telah sampai derajat dicintai oleh Allah karena derajat ketaatan dan kesalehannya yang tinggi serta istimewa). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman (dalam hadits qudsi – yang artinya): “Barangsiapa yang memusuhi seorang wali-Ku, maka Aku-pun memusuhinya. Dan tiada cara taqarrub (pendekatan diri) kepada-Ku yang lebih Aku sukai selain dengan melakukan apa-apa yang Aku wajibkan. Dan (setelah yang wajib dan fardhu itu) hamba-Ku akan terus ber-taqarrub kepada-Ku melalui amal-amal nafilah (sunnah), sampai Aku mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi pendengaran untuk ia mendengar, penglihatan untuk ia melihat, tangan untuk ia beraktifitas, dan kaki untuk ia berjalan. Apabila ia meminta kepada-Ku, pasti Aku penuhi permintaannya, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi…” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah ra.).
17. Selain itu sebenarnya setiap muslim atau muslimah siapapun dia tetap berpotensi doanya juga mustajab, selama syarat-syarat pengkabulannya terpenuhi, serta unsur-unsur penghalangnya terhindari. Apalagi jika ditepatkan dengan faktor-faktor pengijabahan doa, seperti waktu-waktu mustajab, tempat-tempat mustajab, situasi-situasi dan kondisi-kondisi mustajab, dan lain-lain. Perhatikan misalnya beberapa contoh firman Allah Ta’ala dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang (siapapun dia) yang berdoa apabila ia (benar-benar) berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam petunjuk” (QS. Al-Baqarah: 186).

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan (doa) bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong diri dari beribadah (berdoa) kepada-Ku, akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Al-Mukmin/Ghaafir: 60).

“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah ra.).

“Doa seorang hamba senantiasa akan dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk perbuatan dosa ataupun untuk memutuskan tali silaturahim dan tidak tergesa-gesa.” Seorang sahabat bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan tergesa-gesa? ‘ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Yang dimaksud dengan tergesa-gesa adalah apabila orang yang berdoa itu mengatakan; ‘Aku telah berdoa dan terus berdoa tetapi tidak kunjung dikabulkan juga’. Setelah itu, iapun merasa putus asa (mutung) dan tidak mau berdoa lagi.’ (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra.).

“Tidak ada seorang muslimpun yang berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa atau pemutusan tali silaturrahim, kecuali Allah akan memberinya tiga kemungkinan; disegerakan pengabulan doanya (di dunia ini), atau disimpan pahalanya baginya (untuk diberikan) di akhirat kelak, atau ia dijauhkan dari keburukan yang setara nilainya (dengan yang dipinta)”. Para sahabat berkata: “Jika demikian kita perbanyak (berdoa yang banyak) saja”, beliau bersabda: “Allah memiliki yang lebih banyak (sebagai balasan dan pengkabulan” (HR. Ahmad dan Al-Hakim). 
 Menganai Tempatnya, Ada Tempat-tempat yang mustajab spt: 

1. Multazam
Multazam adalah sebuah tempat diantara Hajar Aswad dan Pintu Ka'bah. Tempat ini diyakini oleh semua ulama sebagai tempat yang paling mustajab untuk berdoa di sekitar Ka'bah. Hal ini didasari dengan sebuah hadits riwayat sahabat Abdullah Bin Abbas, Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

"Multazam adalah tempat dikabulkannya do'a. Tak ada satu pun do'a seorang hamba di Multazam kecuali akan dikabulkan" (HR. Ahmad)

2. Hijir Ismail
Tempat ini juga tidak kalah ramainya dengan Multazam, Karena tempat ini adalah tempat favorit kedua setelah Multazam. Tak jarang di tempat ini selalu penuh sesak dengan jamaah yang ingin sholat dan berdoa disana.

Dulunya, Hijir Ismail memang masih termasuk bagian dari Ka'bah. Sholat di Hijir Ismail sama saja dengan anda sholat di dalam Ka'bah. Pernah ada cerita menarik, Waktu itu ada seorang ustadz yang sholat di Hijir Ismail, Namun sholatnya tidak menghadap Ka'bah melainkan membelakangi Ka'bah. Para polisi yang bertugas di sekitar Hijir Ismail langsung menggiring ustad tidak ternama tersebut ke bagian Kantor Haiah Amar Ma'ruf Nahi Munkar yang berada di Masjidil Haram.
 3. Di bawah Pancuran (Talang Emas)

Di area Hijir Ismail ada sebuah tempat yang mana dulunya Istri Nabi Ibrahim dan anaknya. Nabi Ismail pernah tinggal disitu, Tempat ini ditandai dengan sebuah pancuran yang terbuat dari emas.


Dibawah pancuran atau talang emas ini adalah salah satu tempat yang paling mustajab jika kita berdoa disana. Pada waktu hujan turun para jamaah biasanya akan berebutan mengambil air yang jatuh dari talang emas tersebut.

Jadi setelah anda sholat dan berdoa di Hijir Ismail jangan langsung keluar dari area tersebut, Seyogyanya sempatkan sebentar untuk berdoa di bawah talang emas seperti gambar diatas.

4. Belakang Maqam Ibrahim
Tempat paling mustajab selanjutnya adalah di belakang Maqam Ibrahim. Biasanya setelah melaksanakan thawaf tujuh kali para jamaah haji dan umrah akan melakukan shalat dan berdoa di belakang Maqam Ibrahim ini.


Dalam kitab Qadhaya fi al Hajj wa al Umrah, Dr. Abla Muhamad Al Kahlawi mengatakan bahwa "di antara fadhilah Maqam Ibrahim adalah dikabulkannya setiap do'a yang dipanjatkan di tempat tersebut".

5. Sewaktu Mengerjakan Sai
Sai adalah salah satu rangkaian dari ibadah umrah dan haji. Walaupun tempat sai bukan termasuk bagian dari Masjidil Haram namun tempat ini juga termasuk tempat paling mustajab. Perlu anda ketahui, bahwa ibadah thawaf dulunya yang memulai dan mencontohkan adalah para Malaikat.

Sedangkan ibadah Sa'i yang mencontohkan pertama kali adalah Ibunda Nabi Ismail yang bernama Siti Hajar. Dalam kitab kitab Sejarah Islam dikatakan bahwa Siti Hajar berlari-lari antara shafa dan marwa 7 putaran untuk mencarikan air buat anaknya, Nabi Ismail, yang ketika itu masih bayi.


Jika anda sedang berhaji atau berumrah dan sedang melaksanakan Sa'i maka sudah seharusnya untuk berdoa di tempat ini, Karena juga merupakan tempat yang mustajab,
 
6. Di Bukit Shafa
Shafa adalah tempat start atau dimulainya ibadah Sa'i, para jamaah biasanya akan berdoa disini sebelum prosesi ibadah Sai dimulai.


Jangan lewatkan untuk berdoa di Shafa karena tempat ini adalah tempat paling mustajab di sekitar Masjidil Haram. 
7. Di Bukit Marwa
Sedangkan Marwa adalah tempat dimana Sai berakhir dan biasanya para jamaah akan bertahallul atau memotong rambut di tempat ini setelah semua proses ibadah umrah selesai.
Mengenai Bacaan Doa doa  yang diajarkan oleh Nabi yang shohih, Silangkan anda lihat di : Doa doa atau Doa Harian
Demikian beberapa tempat yang paling mustajab  dan orang yang mustjab saat dia berdoa, Terimakasih, mudah-mudah jadi pelajaran bagi kita semuanya untuk senantiasa hati-hati dalam segala hal, Terimakasih.

Surah Yaseen Arabic and English and Urdu Translation

$
0
0
Surah Yaseen. Tafsir from ibn Abbas, Ikrimah, Dahhak, Hasan Basri and Sufyan bin Uyainah have opined that it means, “O man”, or “O person”. Some other commentators have regarded it as an abbreviation of “Ya Sayyid” as well, which, according to this interpretation, would be an address to the Prophet (peace be upon him).

To begin a discourse like this does not mean that the Prophet (peace be upon him), God forbid, had some doubt about his Prophethood, and Allah had to say this in order to reassure him of it. But the reason is that the disbelieving Quraish at that time were most vehemently refusing to believe in his Prophethood. Therefore, Allah at the very beginning of the discourse has said: You are indeed one of the Messengers, which implies that the people who deny your Prophethood are misled and mistaken. To further confirm the same, an oath has been taken by the Quran and the word “wise” has been used as an epithet of the Quran, which means this: An obvious proof of your being a Prophet is this Quran, which is full of wisdom. This itself testifies that the person who is presenting such wise revelations is most surely a Messenger of God. No man has the power to compose such revelations. The people who know Muhammad (peace be upon him) can never be involved in the misunderstanding that he is himself forging these discourses, or reciting them after having learned them from another man. For further explanation, see Surah Yunus, Ayats 16-17, 37-39; Surah Bani-Israil, Ayat 88; Surah An-Naml, Ayat 75; Surah Al-Qasas, Ayats 44-46, 85-87; Surah Al-Ankabut, Ayats 49-51; Surah Ar-Rum, Ayats 1-5 and the relevant E.Ns.

Here, two of the attributes of the Sender of the Quran have been mentioned. First, that He is All-Mighty; second, that He, is All-Merciful. The first attribute is meant to impress the reality that the Quran is not the counsel of a powerless preacher, which if you overlook or ignore, will not bring any harm to you; but this is the Edict of that Owner of the Universe, Who is All-Mighty, Whose decrees cannot be withheld from being enforced by any power, and Whose grasp cannot be avoided by anyone. The second attribute is meant to make one realize that it is all due to His kindness and mercy that He has sent His Messenger for your guidance and instruction and sent down this great Book so that you may avoid errors and follow the right path which may lead you to the successes of the world and the Hereafter.

Another translation can be: You should warn the people of the same of which their forefathers had been warned, because they live in heedlessness. If the first meaning, as given above in the text, is taken, the forefathers would imply the forefathers of the immediate past, for in the ancient time several Prophets had appeared in Arabia. And if the second meaning is adopted, it would imply this: Revive and refresh the message that had been conveyed to the forefathers of this nation by the Prophets in the past, for these people have forgotten it. Obviously, there is no contradiction between the two translations, and, as to meaning, each is correct in its own place.
 
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
يٰسۤۚ‏ ﴿۱وَالۡقُرۡاٰنِ الۡحَكِيۡمِ ۙ‏ ﴿۲اِنَّكَ لَمِنَ الۡمُرۡسَلِيۡنَۙ‏ ﴿۳عَلٰى صِرَاطٍ مُّسۡتَقِيۡمٍؕ‏ ﴿٤تَنۡزِيۡلَ الۡعَزِيۡزِ الرَّحِيۡمِ ۙ‏ ﴿۵لِتُنۡذِرَ قَوۡمًا مَّاۤ اُنۡذِرَ اٰبَآؤُهُمۡ فَهُمۡ غٰفِلُوۡنَ‏ ﴿٦لَقَدۡ حَقَّ الۡقَوۡلُ عَلٰٓى اَكۡثَرِهِمۡ فَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ‏ ﴿۷اِنَّا جَعَلۡنَا فِىۡۤ اَعۡنَاقِهِمۡ اَغۡلٰلاً فَهِىَ اِلَى الۡاَ ذۡقَانِ فَهُمۡ مُّقۡمَحُوۡنَ‏ ﴿۸وَجَعَلۡنَا مِنۡۢ بَيۡنِ اَيۡدِيۡهِمۡ سَدًّا وَّمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدًّا فَاَغۡشَيۡنٰهُمۡ فَهُمۡ لَا يُبۡصِرُوۡنَ‏ ﴿۹وَسَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ ءَاَنۡذَرۡتَهُمۡ اَمۡ لَمۡ تُنۡذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ‏ ﴿۱۰اِنَّمَا تُنۡذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكۡرَ وَخَشِىَ الرَّحۡمٰنَ بِالۡغَيۡبِۚ فَبَشِّرۡهُ بِمَغۡفِرَةٍ وَّاَجۡرٍ كَرِيۡمٍ‏ ﴿۱۱اِنَّا نَحۡنُ نُحۡىِ الۡمَوۡتٰى وَنَكۡتُبُ مَا قَدَّمُوۡا وَاٰثَارَهُمۡؕ وَكُلَّ شَىۡءٍ اَحۡصَيۡنٰهُ فِىۡۤ اِمَامٍ مُّبِيۡنٍ‏ ﴿۱۲وَاضۡرِبۡ لَهُمۡ مَّثَلاً اَصۡحٰبَ الۡقَرۡيَةِ  ‌ۘ اِذۡ جَآءَهَا الۡمُرۡسَلُوۡنَۚ‏ ﴿۱۳اِذۡ اَرۡسَلۡنَاۤ اِلَيۡهِمُ اثۡنَيۡنِ فَكَذَّبُوۡهُمَا فَعَزَّزۡنَا بِثَالِثٍ فَقَالُـوۡۤا اِنَّاۤ اِلَيۡكُمۡ مُّرۡسَلُوۡنَ‏ ﴿۱٤قَالُوۡا مَاۤ اَنۡـتُمۡ اِلَّا بَشَرٌ مِّثۡلُـنَا ۙ وَمَاۤ اَنۡزَلَ الرَّحۡمٰنُ مِنۡ شَىۡءٍۙ اِنۡ اَنۡـتُمۡ اِلَّا تَكۡذِبُوۡنَ‏ ﴿۱۵قَالُوۡا رَبُّنَا يَعۡلَمُ اِنَّاۤ اِلَيۡكُمۡ لَمُرۡسَلُوۡنَ‏ ﴿۱٦وَمَا عَلَيۡنَاۤ اِلَّا الۡبَلٰغُ الۡمُبِيۡنُ‏ ﴿۱۷قَالُـوۡۤا اِنَّا تَطَيَّرۡنَا بِكُمۡۚ لَٮِٕنۡ لَّمۡ تَنۡتَهُوۡا لَنَرۡجُمَنَّكُمۡ وَلَيَمَسَّنَّكُمۡ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيۡمٌ‏ ﴿۱۸قَالُوۡا طآٮِٕرُكُمۡ مَّعَكُمۡؕ اَٮِٕنۡ ذُكِّرۡتُمۡؕ بَلۡ اَنۡـتُمۡ قَوۡمٌ مُّسۡرِفُوۡنَ‏ ﴿۱۹وَجَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِيۡنَةِ رَجُلٌ يَّسۡعٰى قَالَ يٰقَوۡمِ اتَّبِعُوۡا الۡمُرۡسَلِيۡنَۙ‏ ﴿۲۰اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا يَسۡـــَٔلُكُمۡ اَجۡرًا وَّهُمۡ مُّهۡتَدُوۡنَ‏ ﴿۲۱وَمَا لِىَ لَاۤ اَعۡبُدُ الَّذِىۡ فَطَرَنِىۡ وَاِلَيۡهِ تُرۡجَعُوۡنَ‏ ﴿۲۲ءَاَ تَّخِذُ مِنۡ دُوۡنِهٖۤ اٰلِهَةً اِنۡ يُّرِدۡنِ الرَّحۡمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغۡنِ عَنِّىۡ شَفَاعَتُهُمۡ شَيۡـــًٔا وَّلَا يُنۡقِذُوۡنِ‌ۚ‏ ﴿۲۳اِنِّىۡۤ اِذًا لَّفِىۡ ضَلٰلٍ مُّبِيۡنٍ‏ ﴿۲٤اِنِّىۡۤ اٰمَنۡتُ بِرَبِّكُمۡ فَاسۡمَعُوۡنِؕ‏ ﴿۲۵قِيۡلَ ادۡخُلِ الۡجَـنَّةَ  ؕ قَالَ يٰلَيۡتَ قَوۡمِىۡ يَعۡلَمُوۡنَۙ‏ ﴿۲٦بِمَا غَفَرَلِىۡ رَبِّىۡ وَجَعَلَنِىۡ مِنَ الۡمُكۡرَمِيۡنَ‏ ﴿۲۷وَمَاۤ اَنۡزَلۡنَا عَلٰى قَوۡمِهٖ مِنۡۢ بَعۡدِهٖ مِنۡ جُنۡدٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَمَا كُـنَّا مُنۡزِلِيۡنَ‏ ﴿۲۸اِنۡ كَانَتۡ اِلَّا صَيۡحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمۡ خٰمِدُوۡنَ‏ ﴿۲۹يٰحَسۡرَةً عَلَى الۡعِبَادِ ؔ‌ۚ مَا يَاۡتِيۡهِمۡ مِّنۡ رَّسُوۡلٍ اِلَّا كَانُوۡا بِهٖ يَسۡتَهۡزِءُوۡنَ‏ ﴿۳۰اَلَمۡ يَرَوۡا كَمۡ اَهۡلَـكۡنَا قَبۡلَهُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ اَنَّهُمۡ اِلَيۡهِمۡ لَا يَرۡجِعُوۡنَؕ‏ ﴿۳۱وَاِنۡ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيۡعٌ لَّدَيۡنَا مُحۡضَرُوۡنَ‏ ﴿۳۲وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الۡاَرۡضُ الۡمَيۡتَةُ   ۖۚ اَحۡيَيۡنٰهَا وَاَخۡرَجۡنَا مِنۡهَا حَبًّا فَمِنۡهُ يَاۡكُلُوۡنَ‏ ﴿۳۳وَجَعَلۡنَا فِيۡهَا جَنّٰتٍ مِّنۡ نَّخِيۡلٍ وَّاَعۡنَابٍ وَّفَجَّرۡنَا فِيۡهَا مِنَ الۡعُيُوۡنِۙ‏ ﴿۳٤لِيَاۡكُلُوۡا مِنۡ ثَمَرِهٖۙ وَمَا عَمِلَتۡهُ اَيۡدِيۡهِمۡ‌ؕ اَفَلَا يَشۡكُرُوۡنَ‏ ﴿۳۵سُبۡحٰنَ الَّذِىۡ خَلَقَ الۡاَزۡوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنۡۢبِتُ الۡاَرۡضُ وَمِنۡ اَنۡفُسِهِمۡ وَمِمَّا لَا يَعۡلَمُوۡنَ‏ ﴿۳٦وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الَّيۡلُ  ۖۚ نَسۡلَخُ مِنۡهُ النَّهَارَ فَاِذَا هُمۡ مُّظۡلِمُوۡنَۙ‏ ﴿۳۷وَالشَّمۡسُ تَجۡرِىۡ لِمُسۡتَقَرٍّ لَّهَا  ‌ؕ ذٰلِكَ تَقۡدِيۡرُ الۡعَزِيۡزِ الۡعَلِيۡمِؕ‏ ﴿۳۸وَالۡقَمَرَ قَدَّرۡنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالۡعُرۡجُوۡنِ الۡقَدِيۡمِ‏ ﴿۳۹لَا الشَّمۡسُ يَنۡۢبَغِىۡ لَهَاۤ اَنۡ تُدۡرِكَ الۡقَمَرَ وَلَا الَّيۡلُ سَابِقُ النَّهَارِ‌ؕ وَكُلٌّ فِىۡ فَلَكٍ يَّسۡبَحُوۡنَ‏ ﴿٤۰وَاٰيَةٌ لَّهُمۡ اَنَّا حَمَلۡنَا ذُرِّيَّتَهُمۡ فِىۡ الۡفُلۡكِ الۡمَشۡحُوۡنِۙ‏ ﴿٤۱وَخَلَقۡنَا لَهُمۡ مِّنۡ مِّثۡلِهٖ مَا يَرۡكَبُوۡنَ‏ ﴿٤۲وَاِنۡ نَّشَاۡ نُغۡرِقۡهُمۡ فَلَا صَرِيۡخَ لَهُمۡ وَلَا هُمۡ يُنۡقَذُوۡنَۙ‏ ﴿٤۳اِلَّا رَحۡمَةً مِّنَّا وَمَتَاعًا اِلٰى حِيۡنٍ‏ ﴿٤٤وَاِذَا قِيۡلَ لَهُمُ اتَّقُوۡا مَا بَيۡنَ اَيۡدِيۡكُمۡ وَمَا خَلۡفَكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ‏ ﴿٤۵وَمَا تَاۡتِيۡهِمۡ مِّنۡ اٰيَةٍ مِّنۡ اٰيٰتِ رَبِّهِمۡ اِلَّا كَانُوۡا عَنۡهَا مُعۡرِضِيۡنَ‏ ﴿٤٦وَاِذَا قِيۡلَ لَهُمۡ اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُۙ قَالَ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا لِلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنُطۡعِمُ مَنۡ لَّوۡ يَشَآءُ اللّٰهُ اَطۡعَمَهٗٓ     ۖ اِنۡ اَنۡـتُمۡ اِلَّا فِىۡ ضَلٰلٍ مُّبِيۡنٍ‏ ﴿٤۷وَيَقُوۡلُوۡنَ مَتٰى هٰذَا الۡوَعۡدُ اِنۡ كُنۡتُمۡ صٰدِقِيۡنَ‏ ﴿٤۸مَا يَنۡظُرُوۡنَ اِلَّا صَيۡحَةً وَّاحِدَةً تَاۡخُذُهُمۡ وَهُمۡ يَخِصِّمُوۡنَ‏ ﴿٤۹فَلَا يَسۡتَطِيۡعُوۡنَ تَوۡصِيَةً وَّلَاۤ اِلٰٓى اَهۡلِهِمۡ يَرۡجِعُوۡنَ‏ ﴿۵۰وَنُفِخَ فِىۡ الصُّوۡرِ فَاِذَا هُمۡ مِّنَ الۡاَجۡدَاثِ اِلٰى رَبِّهِمۡ يَنۡسِلُوۡنَ‏ ﴿۵۱قَالُوۡا يٰوَيۡلَنَا مَنۡۢ بَعَثَنَا مِنۡ مَّرۡقَدِنَاۘؔ؄هٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحۡمٰنُ وَصَدَقَ الۡمُرۡسَلُوۡنَ‏ ﴿۵۲اِنۡ كَانَتۡ اِلَّا صَيۡحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمۡ جَمِيۡعٌ لَّدَيۡنَا مُحۡضَرُوۡنَ‏ ﴿۵۳فَالۡيَوۡمَ لَا تُظۡلَمُ نَفۡسٌ شَيۡـــًٔا وَّلَا تُجۡزَوۡنَ اِلَّا مَا كُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ‏ ﴿۵٤اِنَّ اَصۡحٰبَ الۡجَـنَّةِ الۡيَوۡمَ فِىۡ شُغُلٍ فٰكِهُوۡنَ‌ۚ‏ ﴿۵۵هُمۡ وَاَزۡوَاجُهُمۡ فِىۡ ظِلٰلٍ عَلَى الۡاَرَآٮِٕكِ مُتَّكِـــُٔوۡنَ‏ ﴿۵٦لَهُمۡ فِيۡهَا فَاكِهَةٌ وَّلَهُمۡ مَّا يَدَّعُوۡنَ‌ ۖ‌ۚ‏ ﴿۵۷سَلٰمٌ قَوۡلاً مِّنۡ رَّبٍّ رَّحِيۡمٍ‏ ﴿۵۸وَامۡتَازُوۡا الۡيَوۡمَ اَيُّهَا الۡمُجۡرِمُوۡنَ‏ ﴿۵۹اَلَمۡ اَعۡهَدۡ اِلَيۡكُمۡ يٰبَنِىۡۤ اٰدَمَ اَنۡ لَّا تَعۡبُدُوۡا الشَّيۡطٰنَ‌‌ۚ اِنَّهٗ لَـكُمۡ عَدُوٌّ مُّبِيۡنٌ ۙ‏ ﴿٦۰وَّاَنِ اعۡبُدُوۡنِىۡ  ؔ‌ؕ هٰذَا صِرَاطٌ مُّسۡتَقِيۡمٌ‏ ﴿٦۱وَلَقَدۡ اَضَلَّ مِنۡكُمۡ جِبِلًّا كَثِيۡرًا‌ؕ اَفَلَمۡ تَكُوۡنُوۡا تَعۡقِلُوۡنَ‏ ﴿٦۲هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِىۡ كُنۡتُمۡ تُوۡعَدُوۡنَ‏ ﴿٦۳اِصۡلَوۡهَا الۡيَوۡمَ بِمَا كُنۡتُمۡ تَكۡفُرُوۡنَ‏ ﴿٦٤اَلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلٰٓى اَفۡوَاهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَاۤ اَيۡدِيۡهِمۡ وَتَشۡهَدُ اَرۡجُلُهُمۡ بِمَا كَانُوۡا يَكۡسِبُوۡنَ‏ ﴿٦۵وَلَوۡ نَشَآءُ لَـطَمَسۡنَا عَلٰٓى اَعۡيُنِهِمۡ فَاسۡتَبَقُوۡا الصِّرَاطَ فَاَنّٰى يُبۡصِرُوۡنَ‏ ﴿٦٦وَلَوۡ نَشَآءُ لَمَسَخۡنٰهُمۡ عَلٰى مَكَانَتِهِمۡ فَمَا اسۡتَطَاعُوۡا مُضِيًّا وَّلَا يَرۡجِعُوۡنَ‏ ﴿٦۷وَمَنۡ نُّعَمِّرۡهُ نُـنَكِّسۡهُ فِىۡ الۡخَـلۡقِ‌ؕ اَفَلَا يَعۡقِلُوۡنَ‏ ﴿٦۸وَمَا عَلَّمۡنٰهُ الشِّعۡرَ وَمَا يَنۡۢبَغِىۡ لَهٗؕ اِنۡ هُوَ اِلَّا ذِكۡرٌ وَّقُرۡاٰنٌ مُّبِيۡنٌۙ‏ ﴿٦۹لِّيُنۡذِرَ مَنۡ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الۡقَوۡلُ عَلَى الۡكٰفِرِيۡنَ‏ ﴿۷۰اَوَلَمۡ يَرَوۡا اَنَّا خَلَقۡنَا لَهُمۡ مِّمَّا عَمِلَتۡ اَيۡدِيۡنَاۤ اَنۡعَامًا فَهُمۡ لَهَا مٰلِكُوۡنَ‏ ﴿۷۱وَذَلَّـلۡنٰهَا لَهُمۡ فَمِنۡهَا رَكُوۡبُهُمۡ وَمِنۡهَا يَاۡكُلُوۡنَ‏ ﴿۷۲وَلَهُمۡ فِيۡهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُ‌ؕ اَفَلَا يَشۡكُرُوۡنَ‏ ﴿۷۳وَاتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ اٰلِهَةً لَّعَلَّهُمۡ يُنۡصَرُوۡنَؕ‏ ﴿۷٤لَا يَسۡتَطِيۡعُوۡنَ نَصۡرَهُمۡۙ وَهُمۡ لَهُمۡ جُنۡدٌ مُّحۡضَرُوۡنَ‏ ﴿۷۵فَلَا يَحۡزُنۡكَ قَوۡلُهُمۡ‌ۘ اِنَّا نَـعۡلَمُ مَا يُسِرُّوۡنَ وَمَا يُعۡلِنُوۡنَ‏ ﴿۷٦اَوَلَمۡ يَرَ الۡاِنۡسَانُ اَنَّا خَلَقۡنٰهُ مِنۡ نُّطۡفَةٍ فَاِذَا هُوَ خَصِيۡمٌ مُّبِيۡنٌ‏ ﴿۷۷وَضَرَبَ لَـنَا مَثَلاً وَّ نَسِىَ خَلۡقَهٗ‌ؕ قَالَ مَنۡ يُّحۡىِ الۡعِظَامَ وَهِىَ رَمِيۡمٌ‏ ﴿۷۸قُلۡ يُحۡيِيۡهَا الَّذِىۡۤ اَنۡشَاَهَاۤ اَوَّلَ مَرَّةٍ‌ؕ وَّهُوَ بِكُلِّ خَلۡقٍ عَلِيۡمٌۙ‏ ﴿۷۹اۨلَّذِىۡ جَعَلَ لَـكُمۡ مِّنَ الشَّجَرِ الۡاَخۡضَرِ نَارًا فَاِذَاۤ اَنۡـتُمۡ مِّنۡهُ تُوۡقِدُوۡنَ‏ ﴿۸۰اَوَلَيۡسَ الَّذِىۡ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنۡ يَّخۡلُقَ مِثۡلَهُمۡؔؕ بَلٰى وَهُوَ الۡخَـلّٰقُ الۡعَلِيۡمُ‏ ﴿۸۱اِنَّمَاۤ اَمۡرُهٗۤ اِذَاۤ اَرَادَ شَیْـًٔـا اَنۡ يَّقُوۡلَ لَهٗ كُنۡ فَيَكُوۡنُ‏ ﴿۸۲فَسُبۡحٰنَ الَّذِىۡ بِيَدِهٖ مَلَـكُوۡتُ كُلِّ شَىۡءٍ وَّاِلَيۡهِ تُرۡجَعُوۡنَ‏ ﴿۸۳

Bismillaahir Rahmaanir Raheem
  1. Yaa-Seeen
  2. Wal-Qur-aanil-Hakeem
  3. Innaka laminal mursaleen
  4. 'Alaa Siraatim Mustaqeem
  5. Tanzeelal 'Azeezir Raheem
  6. Litunzira qawmam maaa unzira aabaaa'uhum fahum ghaafiloon
  7. Laqad haqqal qawlu 'alaaa aksarihim fahum laa yu'minoon
  8. Innaa ja'alnaa feee a'naaqihim aghlaalan fahiya ilal azqaani fahum muqmahoon
  9. Wa ja'alnaa mim baini aydeehim saddanw-wa min khalfihim saddan fa aghshai naahum fahum laa yubsiroon
  10. Wa sawaaa'un 'alaihim 'a-anzartahum am lam tunzirhum laa yu'minoon
  11. Innamaa tunziru manit taba 'az-Zikra wa khashiyar Rahmaana bilghaib, fabashshirhu bimaghfiratinw-wa ajrin kareem
  12. Innaa Nahnu nuhyil mawtaa wa naktubu maa qaddamoo wa aasaarahum; wa kulla shai'in ahsainaahu feee Imaamim Mubeen
  13. Wadrib lahum masalan Ashaabal Qaryatih; iz jaaa'ahal mursaloon
  14. Iz arsalnaaa ilaihimusnaini fakazzaboohumaa fa'azzaznaa bisaalisin faqaalooo innaaa ilaikum mursaloon
  15. Qaaloo maaa antum illaa basharum mislunaa wa maaa anzalar Rahmaanu min shai'in in antum illaa takziboon
  16. Qaaloo Rabbunaa ya'lamu innaaa ilaikum lamursaloon
  17. Wa maa 'alainaaa illal balaaghul mubeen
  18. Qaaloo innaa tataiyarnaa bikum la'il-lam tantahoo lanar jumannakum wa la-yamassan nakum minnaa 'azaabun aleem
  19. Qaaloo taaa'irukum ma'akum; a'in zukkirtum; bal antum qawmum musrifoon
  20. Wa jaaa'a min aqsal madeenati rajuluny yas'aa qaala yaa qawmit tabi'ul mursaleen
  21. Ittabi'oo mal-laa yas'alukum ajranw-wa hum muhtadoon
  22. Wa maa liya laaa a'budul lazee fataranee wa ilaihi turja'oon
  23. 'A-attakhizu min dooniheee aalihatan iny-yuridnir Rahmaanu bidurril-laa tughni 'annee shafaa 'atuhum shai 'anw-wa laa yunqizoon
  24. Inneee izal-lafee dalaa-lim-mubeen
  25. Inneee aamantu bi Rabbikum fasma'oon
  26. Qeelad khulil Jannnah; qaala yaa laita qawmee ya'lamoon
  27. Bimaa ghafara lee Rabbee wa ja'alanee minal mukrameen (End Juz 22)
  28. Wa maaa anzalnaa 'alaa qawmihee mim ba'dihee min jundim minas-samaaa'i wa maa kunnaa munzileen
  29. In kaanat illaa saihatanw waahidatan fa-izaa hum khaamidoon
  30. Yaa hasratan 'alal 'ibaad; maa yaateehim mir Rasoolin illaa kaanoo bihee yastahzi 'oon
  31. Alam yaraw kam ahlak naa qablahum minal qurooni annahum ilaihim laa yarji'oon
  32. Wa in kullul lammaa jamee'ul-ladainaa muhdaroon
  33. Wa Aayatul lahumul ardul maitatu ahyainaahaa wa akhrajnaa minhaa habban faminhu yaakuloon
  34. Wa ja'alnaa feehaa jannaatim min nakheelinw wa a'naabinw wa fajjarnaa feeha minal 'uyoon
  35. Liyaakuloo min samarihee wa maa 'amilat-hu aideehim; afalaa yashkuroon
  36. Subhaanal lazee khalaqal azwaaja kullahaa mimmaa tumbitul ardu wa min anfusihim wa mimmaa laa ya'lamoon
  37. Wa Aayatul lahumul lailu naslakhu minhun nahaara fa-izaa hum muzlimoon
  38. Wash-shamsu tajree limustaqarril lahaa; zaalika taqdeerul 'Azeezil Aleem
  39. Walqamara qaddarnaahu manaazila hattaa 'aada kal'ur joonil qadeem
  40. Lash shamsu yambaghee lahaaa an tudrikal qamara wa lal lailu saabiqun nahaar; wa kullun fee falaki yasbahoon
  41. Wa Aayatul lahum annaa hamalnaa zurriyatahum fil fulkil mashhoon
  42. Wa khalaqnaa lahum mim-mislihee maa yarkaboon
  43. Wa in nashaa nughriqhum falaa sareekha lahum wa laa hum yunqazoon
  44. Illaa rahmatam minnaa wa mataa'an ilaa heen
  45. Wa izaa qeela lahumuttaqoo maa baina aideekum wa maa khalfakum la'allakum turhamoon
  46. Wa maa taateehim min aayatim min ayataati Rabbihim illaa kaanoo 'anhaa mu'rideen
  47. Wa izaa qeela lahum anfiqoo mimmaa razaqakumul laahu qaalal lazeena kafaroo lillazeena aamanooo anut'imu mal-law yashaaa'ul laahu at'amahooo in antum illaa fee dalaalim mubeen
  48. Wa yaqooloona mataa haazal wa'du in kuntum saadiqeen
  49. Maa yanzuroona illaa saihatanw waahidatan taa khuzuhum wa hum yakhissimoon
  50. Falaa yastatee'oona taw siyatanw-wa laaa ilaaa ahlihim yarji'oon
  51. Wa nufikha fis-soori faizaa hum minal ajdaasi ilaa Rabbihim yansiloon
  52. Qaaloo yaa wailanaa mam ba'asanaa mim marqadinaa; haaza maa wa'adar Rahmanu wa sadaqal mursaloon
  53. In kaanat illaa saihatanw waahidatan fa-izaa hum jamee'ul ladainaa muhdaroon
  54. Fal-Yawma laa tuzlamu nafsun shai'anw-wa laa tujzawna illaa maa kuntum ta'maloon
  55. Inna Ashaabal jannatil Yawma fee shughulin faakihoon
  56. Hum wa azwaajuhum fee zilaalin 'alal araaa'iki muttaki'oon
  57. Lahum feehaa faakiha tunw-wa lahum maa yadda'oon
  58. Salaamun qawlam mir Rabbir Raheem
  59. Wamtaazul Yawma ayyuhal mujrimoon
  60. Alam a'had ilaikum yaa Baneee Aadama al-laa ta'budush Shaitaana innahoo lakum 'aduwwum mubeen
  61. Wa ani'budoonee; haazaa Siraatum Mustaqeem
  62. Wa laqad adalla minkum jibillan kaseeraa; afalam takoonoo ta'qiloon
  63. Haazihee Jahannamul latee kuntum too'adoon
  64. Islawhal Yawma bimaa kuntum takfuroon
  65. Al-Yawma nakhtimu 'alaaa afwaahihim wa tukallimunaaa aideehim wa tashhadu arjuluhum bimaa kaanoo yaksiboon
  66. Wa law nashaaa'u lata masna 'alaaa aiyunihim fasta baqus-siraata fa-annaa yubsiroon
  67. Wa law nashaaa'u lamasakhnaahum 'alaa makaanatihim famas-tataa'oo mudiyyanw-wa laa yarji'oon
  68. Wa man nu 'ammirhu nunakkishu fil-khalq; afalaa ya'qiloon
  69. Wa maa 'allamnaahush shi'ra wa maa yambaghee lah; in huwa illaa zikrunw-wa Qur-aanum mubeen
  70. Liyunzira man kaana haiyanw-wa yahiqqal qawlu 'alal-kaafireen
  71. Awalam yaraw annaa khalaqnaa lahum mimmaa 'amilat aideenaaa an'aaman fahum lahaa maalikoon
  72. Wa zallalnaahaa lahum faminhaa rakoobuhum wa minhaa yaakuloon
  73. Wa lahum feehaa manaa fi'u wa mashaarib; afalaa yashkuroon
  74. Wattakhazoo min doonil laahi aalihatal la'allahum yunsaroon
  75. Laa yastatee'oona nasrahum wa hum lahum jundum muhdaroon
  76. Falaa yahzunka qawluhum; innaa na'lamu maa yusirroona wa maa yu'linoon
  77. Awalam yaral insaanu annaa khalaqnaahu min nutfatin fa-izaa huwa khaseemum mubeen
  78. Wa daraba lanaa maslanw-wa nasiya khalqahoo qaala mai-yuhyil'izaama wa hiya rameem
  79. Qul yuh yeehal lazeee ansha ahaaa awwala marrah; wa Huwa bikulli khalqin 'Aleem
  80. Allazee ja'ala lakum minash shajaril akhdari naaran fa-izaaa antum minhu tooqidoon
  81. Awa laisal lazee khalaqas samaawaati wal arda biqaadirin 'alaaa ai-yakhluqa mislahum; balaa wa Huwal Khallaaqul 'Aleem
  82. Innamaa amruhooo izaaa araada shai'an ai-yaqoola lahoo kun fa-yakoon
  83. Fa Subhaanal lazee biyadihee malakootu kulli shai-inw-wa ilaihi turja'oon
  1. 1. Ya Sin.
  2. By the Qur'an, full of Wisdom,
  3. Thou art indeed one of the apostles,
  4. On a Straight Way.
  5. It is a Revelation sent down by (Him), the Exalted in Might, Most Merciful.
  6. In order that thou mayest admonish a people, whose fathers had received no admonition, and who therefore remain heedless (of the Signs of Allah.
  7. The Word is proved true against the greater part of them: for they do not believe.
  8. We have put yokes round their necks right up to their chins, so that their heads are forced up (and they cannot see).
  9. And We have put a bar in front of them and a bar behind them, and further, We have covered them up; so that they cannot see.
  10. The same is it to them whether thou admonish them or thou do not admonish them: they will not believe.
  11. Thou canst but admonish such a one as follows the Message and fears the (Lord) Most Gracious, unseen: give such a one, therefore, good tidings, of Forgiveness and a Reward most generous.
  12. Verily We shall give life to the dead, and We record that which they send before and that which they leave behind, and of all things have We taken account in a clear Book (of evidence).
  13. Set forth to them, by way of a parable, the (story of) the Companions of the City. Behold!, there came apostles to it.
  14. When We (first) sent to them two apostles, they rejected them: But We strengthened them with a third: they said, "Truly, we have been sent on a mission to you."
  15. The (people) said: "Ye are only men like ourselves; and ((Allah)) Most Gracious sends no sort of revelation: ye do nothing but lie."
  16. They said: "Our Lord doth know that we have been sent on a mission to you:
  17. "And our duty is only to proclaim the clear Message."
  18. The (people) said: "for us, we augur an evil omen from you: if ye desist not, we will certainly stone you. And a grievous punishment indeed will be inflicted on you by us."
  19. They said: "Your evil omens are with yourselves: (deem ye this an evil omen). If ye are admonished? Nay, but ye are a people transgressing all bounds!"
  20. Then there came running, from the farthest part of the City, a man, saying, "O my people! Obey the apostles:
  21. "Obey those who ask no reward of you (for themselves), and who have themselves received Guidance.
  22. "It would not be reasonable in me if I did not serve Him Who created me, and to Whom ye shall (all) be brought back.
  23. "Shall I take (other) gods besides Him? If ((Allah)) Most Gracious should intend some adversity for me, of no use whatever will be their intercession for me, nor can they deliver me.
  24. "I would indeed, if I were to do so, be in manifest Error.
  25. "For me, I have faith in the Lord of you (all): listen, then, to me!"
  26. It was said: "Enter thou the Garden." He said: "Ah me! Would that my People knew (what I know)!
  27. "For that my Lord has granted me Forgiveness and has enrolled me among those held in honour!"
  28. And We sent not down against his People, after him, any hosts from heaven, nor was it needful for Us so to do.
  29. It was no more than a single mighty Blast, and behold! they were (like ashes) quenched and silent.
  30. Ah! Alas for (My) Servants! There comes not an apostle to them but they mock him!
  31. See they not how many generations before them we destroyed? Not to them will they return:
  32. But each one of them all - will be brought before Us (for judgment).
  33. A Sign for them is the earth that is dead: We do give it life, and produce grain therefrom, of which ye do eat.
  34. And We produce therein orchard with date-palms and vines, and We cause springs to gush forth therein:
  35. That they may enjoy the fruits of this (artistry): It was not their hands that made this: will they not then give thanks?
  36. Glory to Allah, Who created in pairs all things that the earth produces, as well as their own (human) kind and (other) things of which they have no knowledge.
  37. And a Sign for them is the Night: We withdraw therefrom the Day, and behold they are plunged in darkness;
  38. And the sun runs his course for a period determined for him: that is the decree of (Him), the Exalted in Might, the All-Knowing.
  39. And the Moon,- We have measured for her mansions (to traverse) till she returns like the old (and withered) lower part of a date-stalk.
  40. It is not permitted to the Sun to catch up the Moon, nor can the Night outstrip the Day: Each (just) swims along in (its own) orbit (according to Law).
  41. And a Sign for them is that We bore their race (through the Flood) in the loaded Ark;
  42. And We have created for them similar (vessels) on which they ride.
  43. If it were Our Will, We could drown them: then would there be no helper (to hear their cry), nor could they be delivered,
  44. Except by way of Mercy from Us, and by way of (world) convenience (to serve them) for a time.
  45. When they are told, "Fear ye that which is before you and that which will be after you, in order that ye may receive Mercy," (they turn back).
  46. Not a Sign comes to them from among the Signs of their Lord, but they turn away therefrom.
  47. And when they are told, "Spend ye of (the bounties) with which Allah has provided you," the Unbelievers say to those who believe: "Shall we then feed those whom, if Allah had so willed, He would have fed, (Himself)?- Ye are in nothing but manifest error."
  48. Further, they say, "When will this promise (come to pass), if what ye say is true?"
  49. They will not (have to) wait for aught but a single Blast: it will seize them while they are yet disputing among themselves!
  50. No (chance) will they then have, by will, to dispose (of their affairs), nor to return to their own people!
  51. The trumpet shall be sounded, when behold! from the sepulchres (men) will rush forth to their Lord!
  52. They will say: "Ah! Woe unto us! Who hath raised us up from our beds of repose?"... (A voice will say:) "This is what ((Allah)) Most Gracious had promised. And true was the word of the apostles!"
  53. It will be no more than a single Blast, when lo! they will all be brought up before Us!
  54. Then, on that Day, not a soul will be wronged in the least, and ye shall but be repaid the meeds of your past Deeds.
  55. Verily the Companions of the Garden shall that Day have joy in all that they do;
  56. They and their associates will be in groves of (cool) shade, reclining on Thrones (of dignity);
  57. (Every) fruit (enjoyment) will be there for them; they shall have whatever they call for;
  58. "Peace!" - a word (of salutation) from a Lord Most Merciful!
  59. "And O ye in sin! Get ye apart this Day!
  60. "Did I not enjoin on you, O ye Children of Adam, that ye should not worship Satan; for that he was to you an enemy avowed?
  61. "And that ye should worship Me, (for that) this was the Straight Way?
  62. "But he did lead astray a great multitude of you. Did ye not, then, understand?
  63. "This is the Hell of which ye were (repeatedly) warned!
  64. "Embrace ye the (fire) this Day, for that ye (persistently) rejected (Truth)."
  65. That Day shall We set a seal on their mouths. But their hands will speak to us, and their feet bear witness, to all that they did.
  66. If it had been our Will, We could surely have blotted out their eyes; then should they have run about groping for the Path, but how could they have seen?
  67. And if it had been Our Will, We could have transformed them (to remain) in their places; then should they have been unable to move about, nor could they have returned (after error).
  68. If We grant long life to any, We cause him to be reversed in nature: Will they not then understand?
  69. We have not instructed the (Prophet) in Poetry, nor is it meet for him: this is no less than a Message and a Qur'an making things clear:
  70. That it may give admonition to any (who are) alive, and that the charge may be proved against those who reject (Truth).
  71. See they not that it is We Who have created for them - among the things which Our hands have fashioned - cattle, which are under their dominion?
  72. And that We have subjected them to their (use)? of them some do carry them and some they eat:
  73. And they have (other) profits from them (besides), and they get (milk) to drink. Will they not then be grateful?
  74. Yet they take (for worship) gods other than Allah, (hoping) that they might be helped!
  75. They have not the power to help them: but they will be brought up (before Our Judgment-seat) as a troop (to be condemned).
  76. Let not their speech, then, grieve thee. Verily We know what they hide as well as what they disclose.
  77. Doth not man see that it is We Who created him from sperm? yet behold! he (stands forth) as an open adversary!
  78. And he makes comparisons for Us, and forgets his own (origin and) Creation: He says, "Who can give life to (dry) bones and decomposed ones (at that)?"
  79. Say, "He will give them life Who created them for the first time! for He is Well-versed in every kind of creation!
  80. "The same Who produces for you fire out of the green tree, when behold! ye kindle therewith (your own fires)!
  81. "Is not He Who created the heavens and the earth able to create the like thereof?" - Yea, indeed! for He is the Creator Supreme, of skill and knowledge (infinite)!
  82. Verily, when He intends a thing, His Command is, "be", and it is!
  83. So glory to Him in Whose hands is the dominion of all things: and to Him will ye be all brought back. 



Bacaan Surah Ar Rahman Arab, Latin dan artinya

$
0
0
Surah Ar Rahman. Sahabat Budiman kali ini admin akan sedikit berbagi mengenai Teks Bacaan Surah Ar Rahman. Surah Ar-Rahman merupakan surah yang ke 55 tertibnya dalam Al-Quran. Dinamakan Ar-Rahman karena ada perkataan “Arrahman” di pangkal ayat, yang bermakna yang Maha Pengasih.

Surah Ar Rahman diturunkan di kota Makkah yang menerangkan tentang perkara keimanan dan aqidah. Diantara perkara keimanan yang disebutkan dalam surah ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta ini; Allah yang menciptakan manusia, mengajarkan Al-Quran kepada manusia, kemudian juga membahas tentang bumi, bulan, angin yang bertiup, bahtera yang berlayar dan sebagainya. Surah ini juga membahas tentang syurga dan kenikmatan yang ada di dalamnya.

Silahkan Simak Bacaan Surat Ar Rahman, Arab, Latin dan Artinya.



01
"(Rabb) Yang Maha Pemurah,"– (QS.55:1)
الرَّحْمَنُ
Ar-rahman(u)
002
"Yang telah mengajarkan Al-Qur'an."– (QS.55:2)
عَلَّمَ الْقُرْآنَ
'Allamal quraan(a)
003
"Dia menciptakan manusia,"– (QS.55:3)
خَلَقَ الإنْسَانَ
Khalaqa-insaan(a)
004
"Mengajarnya pandai berbicara."– (QS.55:4)
عَلَّمَهُ الْبَيَانَ
'Allamahul bayaan(a)
005
"Matahari dan bulan (beredar), menurut perhitungan."– (QS.55:5)
الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ
Asy-syamsu wal qamaru bihusbaanin
006
"Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan, kedua-duanya tunduk kepada-Nya."– (QS.55:6)
وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ
Wannajmu wasy-syajaru yasjudaan(i)
007
"Dan Allah telah meninggikan langit; dan Dia meletakkan neraca (keadilan)."– (QS.55:7)
وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ
Wassamaa-a rafa'ahaa wawadha'al miizaan(a)
008
"Supaya kamu jangan melampaui batas, tentang neraca itu."– (QS.55:8)
أَلا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ
Alaa tathghau fiil miizaan(i)
009
"Dan tegakkanlah timbangan dengan adil, dan janganlah kamu mengurangi neraca itu."– (QS.55:9)
وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ
Wa-aqiimuul wazna bil qisthi walaa tukhsiruul miizaan(a)
010
"Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(-Nya),"– (QS.55:10)
وَالأرْضَ وَضَعَهَا لِلأنَامِ
Wal ardha wadha'ahaa lil-anaam(i)
011
"di bumi itu ada buah-buahan, dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang."– (QS.55:11)
فِيهَا فَاكِهَةٌ وَالنَّخْلُ ذَاتُ الأكْمَامِ
Fiihaa faakihatun wannakhlu dzaatul akmaam(i)
012
"Dan biji-bijian yang berkulit, dan bunga-bunga yang harum baunya."– (QS.55:12)
وَالْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَالرَّيْحَانُ
Wal habbu dzuul 'ashfi warraihaan(u)
013
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan;"– (QS.55:13)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
014
"Dia menciptakan manusia dari tanah kering, seperti tembikar,"– (QS.55:14)
خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ
Khalaqa-insaana min shalshaalin kal fakh-khaar(i)
015
"Dia menciptakan jin dari nyala api."– (QS.55:15)
وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ
Wakhalaqal jaanna min maarijin min naarin
016
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:16)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
017
"Rabb yang memelihara kedua tempat terbit matahari, dan Rabb yang memelihara kedua tempat terbenamnya."– (QS.55:17)
رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ
Rabbul masyriqaini warabbul maghribain(i)
018
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:18)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
019
"Dia membiarkan dua lautan mengalir, yang keduanya kemudian bertemu,"– (QS.55:19)
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ
Marajal bahraini yaltaqiyaan(i)
020
"antara keduanya ada batas, yang tidak dilampaui oleh masing-masing."– (QS.55:20)
بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لا يَبْغِيَانِ
Bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan(i)
021
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:21)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
022
"Dari keduanya keluar mutiara dan marjan."– (QS.55:22)
يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ
Yakhruju minhumaallu'lu'u wal marjaan(u)
023
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:23)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
024
"Dan kepunyaan-Nya-lah, bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan, laksana gunung-gunung."– (QS.55:24)
وَلَهُ الْجَوَارِ الْمُنْشَآتُ فِي الْبَحْرِ كَالأعْلامِ
Walahul jawaaril munsyaaatu fiil bahri kal a'laam(i)
025
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:25)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
026
"Semua yang ada di bumi itu akan binasa."– (QS.55:26)
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
Kullu man 'alaihaa faanin
027
"Dan tetap kekal Wajah Rabb-mu, yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan."– (QS.55:27)
وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ
Wayabqa wajhu rabbika dzuul jalali wal-ikraam(i)
028
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:28)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
029
"Semua yang ada di langit di bumi selalu minta (berdo'a) kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan."– (QS.55:29)
يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ
Yasaluhu man fiis-samaawaati wal ardhi kulla yaumin huwa fii sya'nin
030
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:30)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
031
"Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu (amal perbuatanmu), hai manusia dan jin."– (QS.55:31)
سَنَفْرُغُ لَكُمْ أَيُّهَا الثَّقَلانِ
Sanafrughu lakum ai-yuhaats-tsaqalaan(i)
032
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:32)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
033
"Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya, kecuali dengan kekuatan (tenaga)."– (QS.55:33)
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ فَانْفُذُوا لا تَنْفُذُونَ إِلا بِسُلْطَانٍ
Yaa ma'syaral jinni wal-insi iniistatha'tum an tanfudzuu min aqthaaris-samaawaati wal ardhi faanfudzuu laa tanfudzuuna ilaa bisulthaanin
034
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:34)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
035
"Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga, maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (darinya)."– (QS.55:35)
يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِنْ نَارٍ وَنُحَاسٌ فَلا تَنْتَصِرَانِ
Yursalu 'alaikumaa syuwaazhun min naarin wanuhaasun falaa tantashiraan(i)
036
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:36)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
037
"Maka apabila langit telah terbelah, dan menjadi merah mawar seperti (berkilapan) minyak."– (QS.55:37)
فَإِذَا انْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَكَانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهَانِ
Fa-idzaaan-syaqqatis-samaa-u fakaanat wardatan kaddihaan(i)
038
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:38)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
039
"Pada waktu itu, manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya (karena pasti diketahui oleh Allah)."– (QS.55:39)
فَيَوْمَئِذٍ لا يُسْأَلُ عَنْ ذَنْبِهِ إِنْسٌ وَلا جَانٌّ
Fayauma-idzin laa yusalu 'an dzanbihi insun walaa jaannun
040
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:40)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
041
"Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka (untuk diseret ke neraka)."– (QS.55:41)
يُعْرَفُ الْمُجْرِمُونَ بِسِيمَاهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِي وَالأقْدَامِ
Yu'raful mujrimuuna bisiimaahum fayu'khadzu binnawaashii wal aqdaam(i)
042
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:42)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
043
"Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang berdosa."– (QS.55:43)
هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ
Hadzihi jahannamullatii yukadz-dzibu bihaal mujrimuun(a)
044
"Mereka berkeliling di antaranya, dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya."– (QS.55:44)
يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ آنٍ
Yathuufuuna bainahaa wabaina hamiimin aanin
045
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:45)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
046
"Dan bagi orang yang takut saat menghadap Rabb-nya, ada dua surga."– (QS.55:46)
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ
Waliman khaafa maqaama rabbihi jannataan(i)
047
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:47)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
048
"kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan."– (QS.55:48)
ذَوَاتَا أَفْنَانٍ
Dzawaataa afnaanin
049
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:49)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
050
"Di dalam kedua surga itu, ada dua buah mata air yang mengalir."– (QS.55:50)
فِيهِمَا عَيْنَانِ تَجْرِيَانِ
Fiihimaa 'ainaani tajriyaan(i)
051
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:51)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
052
"Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasang-pasangan."– (QS.55:52)
فِيهِمَا مِنْ كُلِّ فَاكِهَةٍ زَوْجَانِ
Fiihimaa min kulli faakihatin zaujaan(i)
053
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:53)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
054
"Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat."– (QS.55:54)
مُتَّكِئِينَ عَلَى فُرُشٍ بَطَائِنُهَا مِنْ إِسْتَبْرَقٍ وَجَنَى الْجَنَّتَيْنِ دَانٍ
Muttaki-iina 'ala furusyin bathaa-inuhaa min istabraqin wajanal jannataini daanin
055
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:55)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
056
"Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan (dan) menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia, sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin."– (QS.55:56)
فِيهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلا جَانٌّ
Fiihinna qaashiraatuth-tharfi lam yathmitshunna insun qablahum walaa jaannun
057
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:57)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
058
"Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan."– (QS.55:58)
كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ
Kaannahunnal yaaquutu wal marjaan(u)
059
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:59)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
060
"Tidak ada balasan (atas) kebaikan, kecuali kebaikan (pula)."– (QS.55:60)
هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ
Hal jazaa-u-ihsaani ilaa-ihsaan(u)
061
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:61)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
062
"Dan selain daripada surga itu, ada dua surga lagi."– (QS.55:62)
وَمِنْ دُونِهِمَا جَنَّتَانِ
Wamin duunihimaa jannataan(i)
063
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan,"– (QS.55:63)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
064
"kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya."– (QS.55:64)
مُدْهَامَّتَانِ
Mudhaammataan(i)
065
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:65)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
066
"Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang memancar."– (QS.55:66)
فِيهِمَا عَيْنَانِ نَضَّاخَتَانِ
Fiihimaa 'ainaani nadh-dhaakhataan(i)
067
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:67)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
068
"Di dalam keduanya ada (macam-macam) buah-buahan dan kurma, serta delima."– (QS.55:68)
فِيهِمَا فَاكِهَةٌ وَنَخْلٌ وَرُمَّانٌ
Fiihimaa faakihatun wanakhlun warummaanun
069
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:69)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
070
"Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik, lagi cantik-cantik."– (QS.55:70)
فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ
Fiihinna khairaatun hisaanun
071
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:71)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
072
"(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah."– (QS.55:72)
حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ
Huurun maqshuuraatun fiil khiyaam(i)
073
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:73)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
074
"Mereka (para bidadari) tidak pernah disentuh oleh manusia , sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin."– (QS.55:74)
لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلا جَانٌّ
Lam yathmitshunna insun qablahum walaa jaannun
075
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:75)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
076
"Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani yang indah."– (QS.55:76)
مُتَّكِئِينَ عَلَى رَفْرَفٍ خُضْرٍ وَعَبْقَرِيٍّ حِسَانٍ
Muttaki-iina 'ala rafrafin khudhrin wa'abqarii-yin hisaanin
077
"Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan."– (QS.55:77)
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
078
"Maha Agung nama Rabb-mu Yang Mempunyai Kebesaran dan Karunia."– (QS.55:78)
تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلالِ وَالإكْرَامِ
Tabaarakaasmu rabbika dziil jalali wal-ikraam(i)

Demikianlah yang dapat admin sajikan mengenai Surah Ar Rahman. memudahkan anda semuanya dalam membaca Al-qur'an, Terimakasi

Bacaan surah al baqarah, Arab, Latin Dan Artinya

$
0
0
Surah al baqarah,. Sahabat budiman kali ini admin akan sedikit menyajikan mengenai Surat baqarah. Surah Al-Baqarah (Arab: البقرة , al-Baqarah, "Sapi Betina") adalah surah ke-2 dalam Al-Qur'an. Surah ini terdiri dari 286 ayat, 6.221 kata, dan 25.500 huruf dan tergolong surah Madaniyah. Sebagian besar ayat dalam surah ini diturunkan pada permulaan hijrah, kecuali ayat 281 yang diturunkan di Minasaat peristiwa Haji Wada'. Surah ini merupakan surah terpanjang dalam Al-Qur'an. Surah ini dinamai al-Baqarah yang artinya Sapi Betina karena di dalam surah ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allahkepada Bani Israil (ayat 67-74). Surah ini juga dinamai Fustatul Qur'an(Puncak Al-Qur'an) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surah yang lain. Dinamai juga surat Alif Lam Mim karena surah ini dimulai dengan huruf arab Alif Lam dan Mim.

Bacaan surah al baqarah, Arab, Latin Dan Artinya


No.
Teks terjemahan
Teks Qur'an dan latinnya
001
"Alif laam miim."– (QS.2:1)
الم
Alif laam miim
002
"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; (sebagai) petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,"– (QS.2:2)
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Dzalikal kitaabu laa raiba fiihi hudal(n)-lilmuttaqiin(a)
003
"(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rejeki, yang Kami anugerahkan kepada mereka,"– (QS.2:3)
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Al-ladziina yu'minuuna bilghaibi wayuqiimuunash-shalaata wamimmaa razaqnaahum yunfiquun(a)
004
"Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur'an), yang telah diturunkan kepadamu (Muhammad), dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat."– (QS.2:4)
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
Waal-ladziina yu'minuuna bimaa unzila ilaika wamaa unzila min qablika wa bil aakhirati hum yuuqinuun(a)
005
"Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb-nya, dan merekalah orang-orang yang beruntung."– (QS.2:5)
أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Uula-ika 'ala hudam(n) mir(n) rabbihim wa-uula-ika humul muflihuun(a)
006
"Sesungguhnya, sama saja bagi orang-orang kafir, kamu beri peringatan atau tidak, mereka tidak juga akan beriman."– (QS.2:6)
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لا يُؤْمِنُونَ
Innal-ladziina kafaruu sawaa-un 'alaihim a-andzartahum am lam tundzirhum laa yu'minuun(a)
007
"Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat."– (QS.2:7)
خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Khatamallahu 'ala quluubihim wa'ala sam'ihim wa'ala abshaarihim ghisyaawatun walahum 'adzaabun 'azhiim(un)
008
"Di antara manusia ada yang mengatakan: 'Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian', padahal mereka itu sesungguhnya, bukan orang-orang yang beriman."– (QS.2:8)
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ
Waminannaasi man yaquulu aamannaa billahi wa bil yaumi-aakhiri wamaa hum bimu'miniin(a)
009
"Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri, namun mereka tidak menyadari-nya."– (QS.2:9)
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
Yukhaadi'uunallaha waal-ladziina aamanuu wamaa yakhda'uuna ilaa anfusahum wamaa yasy'uruun(a)
010
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah oleh Allah penyakitnya itu; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta."– (QS.2:10)
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Fii quluubihim maradhun fazaadahumullahu maradhan walahum 'adzaabun aliimun bimaa kaanuu yakdzibuun(a)
011
"Dan bila dikatakan kepada mereka: 'Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi'. Mereka menjawab: 'Sesungguhnya, kami orang-orang yang mengadakan perbaikan'."– (QS.2:11)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
Wa-idzaa qiila lahum laa tufsiduu fiil ardhi qaaluuu innamaa nahnu mushlihuun(a)
012
"Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari-nya."– (QS.2:12)
أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ
Alaa innahum humul mufsiduuna walakil(n) laa yasy'uruun(a)
013
"Apabila dikatakan kepada mereka: 'Berimanlah kamu, sebagaimana orang-orang lain telah beriman'. Mereka menjawab: 'Akan berimankah kami, sebagaimana orang-orang bodoh itu telah beriman'. Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak mengetahui-nya."– (QS.2:13)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لا يَعْلَمُونَ
Wa-idzaa qiila lahum aaminuu kamaa aamanan-naasu qaaluuu anu'minu kamaa aamanas-sufahaa-u alaa innahum humus-sufahaa-u walakil(n) laa ya'lamuun(a)
014
"Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: 'Kami telah beriman'. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: 'Sesungguhnya, kami sependirian dengan kamu, (tadi) kami hanyalah berolok-olok'."– (QS.2:14)
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Wa-idzaa laquul-ladziina aamanuu qaaluuu aamannaa wa-idzaa khalau ila syayaathiinihim qaaluuu innaa ma'akum innamaa nahnu mustahzi-uun(a)
015
"Allah akan (membalas) olok-olokkan mereka, dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka."– (QS.2:15)
اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
Allahu yastahzi-u bihim wayamudduhum fii thughyaanihim ya'mahuun(a)
016
"Mereka itulah yang menukar petunjuk dengan kesesatan, maka tidaklah beruntung tindakannya itu, dan tidaklah mereka mendapat petunjuk."– (QS.2:16)
أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
Uula-ikal-ladziinaasy-tarawuudh-dhalaalata bil huda famaa rabihat tijaaratuhum wamaa kaanuu muhtadiin(a)
017
"Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, (lalu) Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, (lagi) mereka tidak dapat melihat."– (QS.2:17)
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لا يُبْصِرُونَ
Matsaluhum kamatsalil-ladziiistauqada naaran falammaa adhaa-at maa haulahu dzahaballahu binuurihim watarakahum fii zhulumaatil(n) laa yubshiruun(a)
018
"Mereka tuli, bisu, dan buta (hatinya), maka tidaklah mereka akan (dapat) kembali (ke jalan yang benar),"– (QS.2:18)
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لا يَرْجِعُونَ
Shummun bukmun 'umyun fahum laa yarji'uun(a)
019
"Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya, dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir."– (QS.2:19)
أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ
Au kashai-yibin minassamaa-i fiihi zhulumaatun wara'dun wabarqun yaj'aluuna ashaabi'ahum fii aadzaanihim minash-shawaa'iqi hadzaral mauti wallahu muhiithun bil kaafiriin(a)
020
"Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya, Allah berkuasa atas segala sesuatu."– (QS.2:20)
يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Yakaadul barqu yakhthafu abshaarahum kullamaa adhaa-a lahum masyau fiihi wa-idzaa azhlama 'alaihim qaamuu walau syaa-allahu ladzahaba bisam'ihim waabshaarihim innallaha 'ala kulli syai-in qadiirun
021
"Hai manusia, sembahlah Rabb-mu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa."– (QS.2:21)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Yaa ai-yuhaannaasuu'buduu rabbakumul-ladzii khalaqakum waal-ladziina min qablikum la'allakum tattaquun(a)
022
"Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu (manusia), dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu, segala buah-buahan sebagai rejeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui."– (QS.2:22)
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Al-ladzii ja'ala lakumul ardha firaasyan wassamaa-a binaa-an wa-anzala minassamaa-i maa-an faakhraja bihi minats-tsamaraati rizqan lakum falaa taj'aluu lillahi andaadan wa-antum ta'lamuun(a)
023
"Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur'an, yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu, dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah (untuk ikut membuatnya), jika kamu orang-orang yang memang benar."– (QS.2:23)
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Wa-in kuntum fii raibin mimmaa nazzalnaa 'ala 'abdinaa fa'tuu bisuuratin min mitslihi waad'uu syuhadaa-akum min duunillahi in kuntum shaadiqiin(a)
024
"Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya), dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka, yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang yang kafir."– (QS.2:24)
فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
Fa-in lam taf'aluu walan taf'aluu faattaquun-naarallatii waquuduhaan-naasu wal hijaaratu u'iddat lilkaafiriin(a)
025
"Dan sampaikanlah berita gembira, kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga, yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rejeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: 'Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu (di dunia)'. Mereka diberi buah-buahan yang serupa, dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci, dan mereka kekal di dalamnya."– (QS.2:25)
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Wabasy-syiril-ladziina aamanuu wa'amiluush-shaalihaati anna lahum jannaatin tajrii min tahtihaal anhaaru kullamaa ruziquu minhaa min tsamaratin rizqan qaaluuu hadzaal-ladzii ruziqnaa min qablu wautuu bihi mutasyaabihan walahum fiihaa azwaajun muthahharatun wahum fiihaa khaaliduun(a)
026
"Sesungguhnya, Allah tiada segan membuat perumpamaan, berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin, bahwa perumpamaan itu benar dari Rabb-mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: 'Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?'. Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan oleh Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberinya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah, kecuali orang-orang yang fasik,"– (QS.2:26)
إِنَّ اللَّهَ لا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلا الْفَاسِقِينَ
Innallaha laa yastahyii an yadhriba matsalaa maa ba'uudhatan famaa fauqahaa faammaal-ladziina aamanuu faya'lamuuna annahul haqqu min rabbihim waammaal-ladziina kafaruu fayaquuluuna maadzaa araadallahu bihadzaa matsalaa yudhillu bihi katsiiran wayahdii bihi katsiiran wamaa yudhillu bihi ilaal faasiqiin(a)
027
"(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian(nya dengan) Allah (syahadat), sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan, apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubung-kannya, dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi."– (QS.2:27)
الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Al-ladziina yanqudhuuna 'ahdallahi min ba'di miitsaaqihi wayaqtha'uuna maa amarallahu bihi an yuushala wayufsiduuna fiil ardhi uula-ika humul khaasiruun(a)
028
"Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati (berbentuk benih tubuh mati, tanpa ruh), lalu Allah menghidupkan kamu (ditiupkan-Nya ruh), kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali (dibangkitkan-Nya), kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan."– (QS.2:28)
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Kaifa takfuruuna billahi wakuntum amwaatan faahyaakum tsumma yumiitukum tsumma yuhyiikum tsumma ilaihi turja'uun(a)
029
"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu (manusia), dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."– (QS.2:29)
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Huwal-ladzii khalaqa lakum maa fiil ardhi jamii'an tsummaastawa ilassamaa-i fasau-waahunna sab'a samaawaatin wahuwa bikulli syai-in 'aliimun
030
"Ingatlah, ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi'. Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu, orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih, dengan memuji Engkau, dan mensucikan Engkau'. Rabb berfirman: 'Sesungguhnya, Aku mengetahui, apa yang tidak kamu ketahui'."– (QS.2:30)
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ
Wa-idz qaala rabbuka lilmalaa-ikati innii jaa'ilun fiil ardhi khaliifatan qaaluuu ataj'alu fiihaa man yufsidu fiihaa wayasfikuddimaa-a wanahnu nusabbihu bihamdika wanuqaddisu laka qaala innii a'lamu maa laa ta'lamuun(a)
031
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam, nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemuka-kannya kepada para Malaikat, lalu berfirman: 'Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu, jika memang kamu orang yang benar!'."– (QS.2:31)
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Wa'allama aadamal asmaa-a kullahaa tsumma 'aradhahum 'alal malaa-ikati faqaala anbi-uunii biasmaa-i ha'ulaa-i in kuntum shaadiqiin(a)
032
"Mereka menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui, selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana."– (QS.2:32)
قَالُوا سُبْحَانَكَ لا عِلْمَ لَنَا إِلا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
Qaaluuu subhaanaka laa 'ilma lanaa ilaa maa 'allamtanaa innaka antal 'aliimul hakiim(u)
033
"Allah berfirman: 'Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini'. Maka setelah diberitahu-kannya nama-nama benda itu, Allah berfirman: 'Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya, Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan mengetahui, apa yang kamu lahirkan, dan apa yang kamu sembunyikan'."– (QS.2:33)
قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ
Qaala yaa aadamu anbi-ahum biasmaa-ihim falammaa anbaahum biasmaa-ihim qaala alam aqul lakum innii a'lamu ghaibas-samaawaati wal ardhi waa'lamu maa tubduuna wamaa kuntum taktumuun(a)
034
"Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: 'Sujudlah kamu kepada Adam', maka sujudlah mereka, kecuali iblis; ia enggan dan takabur, dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir."– (QS.2:34)
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Wa-idz qulnaa lilmalaa-ikatiisjuduu li-aadama fasajaduu ilaa ibliisa aba waastakbara wakaana minal kaafiriin(a)
035
"Dan Kami berfirman: 'Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak, lagi baik, di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim."– (QS.2:35)
وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
Waqulnaa yaa aadamuuskun anta wazaujukal jannata wakulaa minhaa raghadan haitsu syi-atumaa walaa taqrabaa hadzihisy-syajarata fatakuunaa minazh-zhaalimiin(a)
036
"Lalu keduanya (Adam dan Hawa) digelincirkan oleh syaitan dari surga itu, dan dikeluarkan dari keadaan semula, dan Kami berfirman: 'Turunlah kamu!. Sebagian kamu (manusia) menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan'."– (QS.2:36)
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الأرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ
Faazallahumaasy-syaithaanu 'anhaa faakhrajahumaa mimmaa kaanaa fiihi waqulnaa ihbithuu ba'dhukum liba'dhin 'aduu-wun walakum fiil ardhi mustaqarrun wamataa'un ila hiinin
037
"Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Rabb-nya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya, Allah Maha Penerima taubat, lagi Maha Penyayang."– (QS.2:37)
فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Fatalaqqa aadamu min rabbihi kalimaatin fataaba 'alaihi innahu huwattau-waabur-rahiim(u)
038
"Kami berfirman: 'Turunlah kamu dari surga itu!. Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekuatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati'."– (QS.2:38)
قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
Qulnaa ihbithuu minhaa jamii'an faimmaa ya'tiyannakum minnii hudan faman tabi'a hudaaya falaa khaufun 'alaihim walaa hum yahzanuun(a)
039
"Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."– (QS.2:39)
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Waal-ladziina kafaruu wakadz-dzabuu biaayaatinaa uula-ika ashhaabunnaari hum fiihaa khaaliduun(a)
040
"Hai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk)."– (QS.2:40)
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ
Yaa banii israa-iilaadzkuruu ni'matiyallatii an'amtu 'alaikum wa-aufuu bi'ahdii uufi bi'ahdikum waii-yaaya faarhabuun(i)
041
"Dan berimanlah kamu (Bani Israil) kepada apa yang telah Aku turunkan (Al-Qur'an) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertaqwa."– (QS.2:41)
وَآمِنُوا بِمَا أَنْزَلْتُ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ وَلا تَكُونُوا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ وَلا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلا وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ
Waaaminuu bimaa anzaltu mushaddiqan limaa ma'akum walaa takuunuu au-wala kaafirin bihi walaa tasytaruu biaayaatii tsamanan qaliilaa waii-yaaya faattaquun(i)
042
"Dan janganlah kamu campur-adukkan yang hak, dengan yang batil, dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui (menyadarinya)."– (QS.2:42)
وَلا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Walaa talbisuul haqqa bil baathili wataktumuul haqqa wa-antum ta'lamuun(a)
043
"Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku' (berjama'ahlah)."– (QS.2:43)
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
Waaqiimuush-shalaata waaatuuzzakaata waarka'uu ma'arraaki'iin(a)
044
"Mengapa kamu (Bani Israil) suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian?, sedang kamu melupakan diri (dan kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat). Maka tidakkah kamu berpikir."– (QS.2:44)
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
Ata'muruunannaasa bil birri watansauna anfusakum wa-antum tatluunal kitaaba afalaa ta'qiluun(a)
045
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya, yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',"– (QS.2:45)
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Waasta'iinuu bish-shabri wash-shalaati wa-innahaa lakabiiratun ilaa 'alal khaasyi'iin(a)
046
"(yaitu) orang-orang yang menyakini, bahwa mereka akan menemui Rabb-nya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya (di Hari Kiamat)."– (QS.2:46)
الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Al-ladziina yazhunnuuna annahum mulaaquu rabbihim wa-antum ilaihi raaji'uun(a)
047
"Hai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat."– (QS.2:47)
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ
Yaa banii israa-iilaadzkuruu ni'matiyallatii an'amtu 'alaikum wa-annii fadh-dhaltukum 'alal 'aalamiin(a)
048
"Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafaat dan tebusan darinya, dan tidaklah mereka akan ditolong."– (QS.2:48)
وَاتَّقُوا يَوْمًا لا تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا وَلا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ
Waattaquu yauman laa tajzii nafsun 'an nafsin syai-an walaa yuqbalu minhaa syafaa'atun walaa yu'khadzu minhaa 'adlun walaa hum yunsharuun(a)
049
"Dan (ingatlah), ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki, dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Rabb-mu."– (QS.2:49)
وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ
Wa-idz najjainaakum min aali fir'auna yasuumuunakum suu-al 'adzaabi yudzabbihuuna abnaa-akum wayastahyuuna nisaa-akum wafii dzalikum balaa-un min rabbikum 'azhiimun
050
"Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya, sedang kamu sendiri menyaksikan (secara langsung)."– (QS.2:50)
وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ
Wa-idz faraqnaa bikumul bahra fa-anjainaakum waaghraqnaa aala fir'auna wa-antum tanzhuruun(a)
051
"Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya, dan kamu adalah orang-orang yang zalim."– (QS.2:51)
وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ
Wa-idz waa'adnaa muusa arba'iina lailatan tsummaat-takhadztumul 'ijla min ba'dihi wa-antum zhaalimuun(a)
052
"Kemudian sesudah itu, Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur."– (QS.2:52)
ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Tsumma 'afaunaa 'ankum min ba'di dzalika la'allakum tasykuruun(a)
053
"Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat), dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kau mendapat petunjuk."– (QS.2:53)
وَإِذْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَالْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Wa-idz aatainaa muusal kitaaba wal furqaana la'allakum tahtaduun(a)
054
"Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: 'Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri, karena kamu telah menjadikan anak lembu (sebagai sesembahanmu), maka bertaubatlah kepada Rabb yang menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Rabb, yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya, Dialah Yang Maha Penerima taubat, lagi Maha Penyayang'."– (QS.2:54)
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Wa-idz qaala muusa liqaumihi yaa qaumi innakum zhalamtum anfusakum biittikhaadzikumul 'ijla fatuubuu ila baari-ikum faaqtuluu anfusakum dzalikum khairun lakum 'inda baari-ikum fataaba 'alaikum innahu huwattau-waabur-rahiim(u)
055
"Dan (ingatlah), ketika kamu (Bani Israel) berkata: 'Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu, sebelum kami melihat Allah dengan terang', karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikan-nya."– (QS.2:55)
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ
Wa-idz qultum yaa muusa lan nu'mina laka hatta narallaha jahratan faakhadzatkumush-shaa'iqatu wa-antum tanzhuruun(a)
056
"Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur."– (QS.2:56)
ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Tsumma ba'atsnaakum min ba'di mautikum la'allakum tasykuruun(a)
057
"Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu 'manna' dan 'salwa'. Makanlah dari makanan yang baik-baik, yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri."– (QS.2:57)
وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Wazhallalnaa 'alaikumul ghamaama wa-anzalnaa 'alaikumul manna wassalwa kuluu min thai-yibaati maa razaqnaakum wamaa zhalamuunaa walakin kaanuu anfusahum yazhlimuun(a)
058
"Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: 'Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak, lagi enak di mana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya, dengan bersujud, dan katakanlah: 'Bebaskanlah kami dari dosa', niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu'. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik."– (QS.2:58)
وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ
Wa-idz qulnaaadkhuluu hadzihil qaryata fakuluu minhaa haitsu syi-atum raghadan waadkhuluul baaba sujjadan waquuluu hith-thatun naghfir lakum khathaayaakum wasanaziidul muhsiniin(a)
059
"Lalu orang-orang yang mengganti perintah, dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu, siksaan dari langit, karena mereka berbuat fasik."– (QS.2:59)
فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ
Fabaddalal-ladziina zhalamuu qaulaa ghairal-ladzii qiila lahum fa-anzalnaa 'alaal-ladziina zhalamuu rijzan minassamaa-i bimaa kaanuu yafsuquun(a)
060
"Dan (ingatlah), ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: 'Pukullah batu itu, dengan tongkatmu'. Lalu memancarlah darinya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rejeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi, dengan berbuat kerusakan."– (QS.2:60)
وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ
Wa-idziistasqa muusa liqaumihi faqulnaaadhrib bi'ashaakal hajara faanfajarat minhuutsnataa 'asyrata 'ainan qad 'alima kullu unaasin masyrabahum kuluu waasyrabuu min rizqillahi walaa ta' tsau fiil ardhi mufsidiin(a)
061
"Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: 'Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan), dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Rabb-mu, agar Dia mengeluarkan bagi kami, dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: sayur-mayur, ketimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah'. Musa berkata: 'Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah, sebagai pengganti yang baik, pergilah kamu ke suatu kota, pastilah kamu memperoleh, apa yang kamu minta'. Lalu ditimpakan kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi), karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah, dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Demikian itu (terjadi), karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas."– (QS.2:61)
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نَصْبِرَ عَلَى طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْبِتُ الأرْضُ مِنْ بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
Wa-idz qultum yaa muusa lan nashbira 'ala tha'aamin waahidin faad'u lanaa rabbaka yukhrij lanaa mimmaa tunbitul ardhu min baqlihaa waqits-tsaa-ihaa wafuumihaa wa'adasihaa wabashalihaa qaala atastabdiluunal-ladzii huwa adna biil-ladzii huwa khairun ihbithuu mishran fa-inna lakum maa saaltum wadhuribat 'alaihimudz-dzillatu wal maskanatu wabaa-uu bighadhabin minallahi dzalika biannahum kaanuu yakfuruuna biaayaatillahi wayaqtuluunannabii-yiina bighairil haqqi dzalika bimaa 'ashau wakaanuu ya'taduun(a)
062
"Sesungguhnya, orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shaleh, mereka akan menerima pahala dari Rabb-mereka, tidak ada kekuatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati."– (QS.2:62)
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
Innal-ladziina aamanuu waal-ladziina haaduu wannashaara wash-shaabi-iina man aamana billahi wal yaumi-aakhiri wa'amila shaalihan falahum ajruhum 'inda rabbihim walaa khaufun 'alaihim walaa hum yahzanuun(a)
063
"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu, dan Kami angkat gunung (Thursina) di atasmu, (seraya Kami berfirman): 'Peganglah teguh-teguh, (pada) apa yang Kami berikan kepadamu, dan ingatlah selalu, apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertaqwa'."– (QS.2:63)
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Wa-idz akhadznaa miitsaaqakum warafa'naa fauqakumuth-thuura khudzuu maa aatainaakum biquu-watin waadzkuruu maa fiihi la'allakum tattaquun(a)
064
"Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang rugi."– (QS.2:64)
ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَكُنْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Tsumma tawallaitum min ba'di dzalika falaulaa fadhlullahi 'alaikum warahmatuhu lakuntum minal khaasiriin(a)
065
"Dan sesungguhnya, telah Kami ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: 'Jadilah kamu kera (manusia tak-berakal) yang hina'."– (QS.2:65)
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ
Walaqad 'alimtumul-ladziina-a'tadau minkum fiissabti faqulnaa lahum kuunuu qiradatan khaasi-iin(a)
066
"Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa."– (QS.2:66)
فَجَعَلْنَاهَا نَكَالا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ
Faja'alnaahaa nakaaalan limaa baina yadaihaa wamaa khalfahaa wamau'izhatal(n)-lilmuttaqiin(a)
067
"Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: 'Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina'. Mereka berkata: 'Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?'. Musa menjawab: 'Aku berlindung kepada Allah, sekiranya (aku) menjadi (salah) seorang dari orang-orang yang jahil'."– (QS.2:67)
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ
Wa-idz qaala muusa liqaumihi innallaha ya'murukum an tadzbahuu baqaratan qaaluuu atattakhidzunaa huzuwan qaala a'uudzu billahi an akuuna minal jaahiliin(a)
068
"Mereka menjawab: 'Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami, agar dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?'. Musa menjawab: 'sesungguhnya Allah berfirman, bahwa sapi betina itu adalah sapi yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah, apa yang diperintahkan kepadamu'."– (QS.2:68)
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لا فَارِضٌ وَلا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ فَافْعَلُوا مَا تُؤْمَرُونَ
Qaaluuuud'u lanaa rabbaka yubai-yin lanaa maa hiya qaala innahu yaquulu innahaa baqaratun laa faaridhun walaa bikrun 'awaanun baina dzalika faaf'aluu maa tu'maruun(a)
069
"Mereka berkata: 'Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, apa warnanya'. Musa menjawab: 'Sesungguhnya Allah berfirman, bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya'."– (QS.2:69)
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا لَوْنُهَا قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاءُ فَاقِعٌ لَوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِينَ
Qaaluuuud'u lanaa rabbaka yubai-yin lanaa maa launuhaa qaala innahu yaquulu innahaa baqaratun shafraa-u faaqi'un launuhaa tasurrunnaazhiriin(a)
070
"Mereka berkata: 'Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, bagaimana hakekat sapi betina itu, karena sesungguhnya, sapi itu (masih) samar bagi kami, dan sesungguhnya, kami insya Allah akan mendapat petunjuk'."– (QS.2:70)
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ إِنَّ الْبَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَمُهْتَدُونَ
Qaaluuuud'u lanaa rabbaka yubai-yin lanaa maa hiya innal baqara tasyaabaha 'alainaa wa-innaa in syaa-allahu lamuhtaduun(a)
071
"Musa berkata: 'Sesungguhnya Allah berfirman, bahwa sapi betina itu adalah sapi betina, yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah, dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya'. Mereka berkata: 'Sekarang, barulah kamu menerangkan hakekat sapi betina yang sebenarnya'. Kemudian mereka menyembelihnya, dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu."– (QS.2:71)
قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لا ذَلُولٌ تُثِيرُ الأرْضَ وَلا تَسْقِي الْحَرْثَ مُسَلَّمَةٌ لا شِيَةَ فِيهَا قَالُوا الآنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ فَذَبَحُوهَا وَمَا كَادُوا يَفْعَلُونَ
Qaala innahu yaquulu innahaa baqaratun laa dzaluulun tutsiirul ardha walaa tasqiil hartsa musallamatun laa syiyata fiihaa qaaluuuaana ji-ata bil haqqi fadzabahuuhaa wamaa kaaduu yaf'aluun(a)
072
"Dan (ingatlah), ketika kamu (Musa) membunuh seorang manusia, lalu kamu saling tuduh-menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan, apa yang selama ini kamu sembunyikan."– (QS.2:72)
وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادَّارَأْتُمْ فِيهَا وَاللَّهُ مُخْرِجٌ مَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ
Wa-idz qataltum nafsan faaddaara'tum fiihaa wallahu mukhrijun maa kuntum taktumuun(a)
073
"Lalu Kami berfirman: 'Pukullah mayat itu, dengan sebagian anggota sapi betina itu!'. Demikianlah Allah menghidupkan kembali, orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan-Nya, agar kamu mengerti."– (QS.2:73)
فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا كَذَلِكَ يُحْيِي اللَّهُ الْمَوْتَى وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Faqulnaaadhribuuhu biba'dhihaa kadzalika yuhyiillahul mauta wayuriikum aayaatihi la'allakum ta'qiluun(a)
074
"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu, sungguh ada yang mengalir sungai-sungai darinya, dan di antaranya sungguh ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya, dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah, dari apa yang kamu kerjakan."– (QS.2:74)
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الأنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Tsumma qasat quluubukum min ba'di dzalika fahiya kal hijaarati au asyaddu qaswatan wa-inna minal hijaarati lamaa yatafajjaru minhul anhaaru wa-inna minhaa lamaa yasy-syaqqaqu fayakhruju minhul maa-u wa-inna minhaa lamaa yahbithu min khasyyatillahi wamaallahu bighaafilin 'ammaa ta'maluun(a)
075
"Apakah kamu masih mengharapkan, mereka akan percaya kepadamu?, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya, setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui."– (QS.2:75)
أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Afatathma'uuna an yu'minuu lakum waqad kaana fariiqun minhum yasma'uuna kalaamallahi tsumma yuharrifuunahu min ba'di maa 'aqaluuhu wahum ya'lamuun(a)
076
"Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: 'Kamipun telah beriman', tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: 'Apakah kamu menceritakan kepada mereka, apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian, mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Rabb-mu; tidakkah kamu mengerti?'."– (QS.2:76)
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلا بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ قَالُوا أَتُحَدِّثُونَهُمْ بِمَا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَاجُّوكُمْ بِهِ عِنْدَ رَبِّكُمْ أَفَلا تَعْقِلُونَ
Wa-idzaa laquul-ladziina aamanuu qaaluuu aamannaa wa-idzaa khalaa ba'dhuhum ila ba'dhin qaaluuu atuhadditsuunahum bimaa fatahallahu 'alaikum liyuhaajjuukum bihi 'inda rabbikum afalaa ta'qiluun(a)
077
"Tidakkah mereka mengetahui, bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan, dan segala yang mereka nyatakan."– (QS.2:77)
أَوَلا يَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ
Awalaa ya'lamuuna annallaha ya'lamu maa yusirruuna wamaa yu'linuun(a)
078
"Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al-Kitab (Taurat), kecuali (ucapan mereka itu hanya) dongengan bohong belaka, dan mereka hanya menduga-duga."– (QS.2:78)
وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَظُنُّونَ
Waminhum ummii-yuuna laa ya'lamuunal kitaaba ilaa amaanii-ya wa-in hum ilaa yazhunnuun(a)
079
"Maka kecelakaan yang besarlah, bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab, dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: 'Ini dari Allah', (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit, dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan."– (QS.2:79)
فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ
Fawailul(n)-lil-ladziina yaktubuunal kitaaba biaidiihim tsumma yaquuluuna hadzaa min 'indillahi liyasytaruu bihi tsamanan qaliilaa fawailun lahum mimmaa katabat aidiihim wawailun lahum mimmaa yaksibuun(a)
080
"Dan mereka berkata: 'Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja'. Katakanlah: 'Sudahkah kamu menerima janji dari Allah, sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya?, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap (tentang) Allah, apa yang tidak kamu ketahui?'."– (QS.2:80)
وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلا أَيَّامًا مَعْدُودَةً قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ
Waqaaluuu lan tamassanaannaaru ilaa ai-yaaman ma'duudatan qul attakhadztum 'indallahi 'ahdan falan yukhlifallahu 'ahdahu am taquuluuna 'alallahi maa laa ta'lamuun(a)
081
"(Bukan demikian), yang benar (adalah), barangsiapa berbuat dosa, dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."– (QS.2:81)
بَلَى مَنْ كَسَبَ سَيِّئَةً وَأَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Bala man kasaba sai-yi-atan waahaathat bihi khathii-atuhu fa-uula-ika ashhaabunnaari hum fiihaa khaaliduun(a)
082
"Dan orang-orang yang beriman, serta beramal shaleh, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya."– (QS.2:82)
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Waal-ladziina aamanuu wa'amiluush-shaalihaati uula-ika ashhaabul jannati hum fiihaa khaaliduun(a)
083
"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, (yaitu): 'Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat, dan tunaikanlah zakat'. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling."– (QS.2:83)
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لا تَعْبُدُونَ إِلا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلا قَلِيلا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ
Wa-idz akhadznaa miitsaaqa banii israa-iila laa ta'buduuna ilaallaha wa bil waalidaini ihsaanan wadziil qurba wal yataama wal masaakiini waquuluu li-nnaasi husnan waaqiimuush-shalaata waaatuuzzakaata tsumma tawallaitum ilaa qaliilaa minkum wa-antum mu'ridhuun(a)
084
"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu, (yaitu): 'Kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu', kemudian kamu berikrar (akan memenuhi), sedang kamu mempersaksikan-nya."– (QS.2:84)
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ لا تَسْفِكُونَ دِمَاءَكُمْ وَلا تُخْرِجُونَ أَنْفُسَكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ ثُمَّ أَقْرَرْتُمْ وَأَنْتُمْ تَشْهَدُونَ
Wa-idz akhadznaa miitsaaqakum laa tasfikuuna dimaa-akum walaa tukhrijuuna anfusakum min diyaarikum tsumma aqrartum wa-antum tasyhaduun(a)
085
"Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa), dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu-membantu terhadap mereka, dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebagian dari Al-Kitab (Taurat), dan ingkar terhadap sebagian yang lain?. Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian darimu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat, mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah, dari apa yang kamu perbuat."– (QS.2:85)
ثُمَّ أَنْتُمْ هَؤُلاءِ تَقْتُلُونَ أَنْفُسَكُمْ وَتُخْرِجُونَ فَرِيقًا مِنْكُمْ مِنْ دِيَارِهِمْ تَظَاهَرُونَ عَلَيْهِمْ بِالإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَإِنْ يَأْتُوكُمْ أُسَارَى تُفَادُوهُمْ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْكُمْ إِخْرَاجُهُمْ أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Tsumma antum ha'ulaa-i taqtuluuna anfusakum watukhrijuuna fariiqan minkum min diyaarihim tazhaaharuuna 'alaihim bil-itsmi wal 'udwaani wa-in ya'tuukum usaara tufaaduuhum wahuwa muharramun 'alaikum ikhraajuhum afatu'minuuna biba'dhil kitaabi watakfuruuna biba'dhin famaa jazaa-u man yaf'alu dzalika minkum ilaa khizyun fiil hayaatiddunyaa wayaumal qiyaamati yuradduuna ila asyaddil 'adzaabi wamaallahu bighaafilin 'ammaa ta'maluun(a)
086
"Itulah orang-orang yang membeli (menukar) kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka, dan mereka tidak akan ditolong."– (QS.2:86)
أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالآخِرَةِ فَلا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ
Uula-ikal-ladziinaasy-tarawuul hayaataddunyaa bil-aakhirati falaa yukhaffafu 'anhumul 'adzaabu walaa hum yunsharuun(a)
087
"Dan sesungguhnya, Kami telah mendatangkan Al-Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu, dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu'jizat) kepada 'Isa putera Maryam, dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran), yang tidak sesuai dengan keinginanmu, lalu kamu menyombong?; maka beberapa orang (di antara mereka), kamu dustakan, dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh."– (QS.2:87)
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لا تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ
Walaqad aatainaa muusal kitaaba waqaffa-inaa min ba'dihi birrusuli waaatainaa 'iisaabna maryamal bai-yinaati wa-ai-yadnaahu biruuhil qudusi afakullamaa jaa-akum rasuulun bimaa laa tahwa anfusukumuus-takbartum fafariiqan kadz-dzabtum wafariiqan taqtuluun(a)
088
"Dan mereka berkata: 'Hati kami tertutup'. Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka, karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman."– (QS.2:88)
وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلا مَا يُؤْمِنُونَ
Waqaaluuu quluubunaa ghulfun bal la'anahumullahu bikufrihim faqaliilaa maa yu'minuun(a)
089
"Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur'an dari Allah, yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi), untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka, apa yang telah mereka ketahui, lalu mereka ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah, atas orang-orang yang ingkar itu."– (QS.2:89)
وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ
Walammaa jaa-ahum kitaabun min 'indillahi mushaddiqun limaa ma'ahum wakaanuu min qablu yastaftihuuna 'alaal-ladziina kafaruu falammaa jaa-ahum maa 'arafuu kafaruu bihi fala'natullahi 'alal kaafiriin(a)
090
"Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka, yang menjual dirinya sendiri, dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki, bahwa Allah menurunkan karunia-Nya, kepada siapa yang dikehendaki-Nya, di antara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka, sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang yang kafir, siksaan yang menghinakan."– (QS.2:90)
بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ أَنْ يَكْفُرُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ بَغْيًا أَنْ يُنَزِّلَ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ فَبَاءُوا بِغَضَبٍ عَلَى غَضَبٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُهِينٌ
Bi-asamaaasytarau bihi anfusahum an yakfuruu bimaa anzalallahu baghyan an yunazzilallahu min fadhlihi 'ala man yasyaa-u min 'ibaadihi fabaa-uu bighadhabin 'ala ghadhabin walilkaafiriina 'adzaabun muhiinun
091
"Dan apabila dikatakan kepada mereka: 'Berimanlah kepada Al-Qur'an yang diturunkan Allah'. Mereka berkata: 'Kami hanya beriman kepada, apa yang diturunkan kepada kami (Bani Israil, Taurat)'. Dan mereka kafir kepada Al-Qur'an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al-Qur'an itu (Kitab) yang hak; yang membenarkan, apa yang ada pada mereka. Katakanlah: 'Mengapa dahulu kamu membunuh nabi-nabi Allah, jika benar kamu orang-orang yang beriman'."– (QS.2:91)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا نُؤْمِنُ بِمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرُونَ بِمَا وَرَاءَهُ وَهُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَهُمْ قُلْ فَلِمَ تَقْتُلُونَ أَنْبِيَاءَ اللَّهِ مِنْ قَبْلُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Wa-idzaa qiila lahum aaminuu bimaa anzalallahu qaaluuu nu'minu bimaa unzila 'alainaa wayakfuruuna bimaa waraa-ahu wahuwal haqqu mushaddiqan limaa ma'ahum qul falima taqtuluuna anbiyaa-allahi min qablu in kuntum mu'miniin(a)
092
"Sesungguhnya, Musa telah datang kepadamu, membawa bukti-bukti kebenaran (mu'jizat), kemudian kamu jadikan anak sapi (sebagai sembahan), sesudah (kepergian)nya, dan sebenarnya kamu adalah orang-orang yang zalim."– (QS.2:92)
وَلَقَدْ جَاءَكُمْ مُوسَى بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ
Walaqad jaa-akum muusa bil bai-yinaati tsummaat-takhadztumul 'ijla min ba'dihi wa-antum zhaalimuun(a)
093
"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu, dan Kami angkat bukit (Thursina) di atasmu, (seraya Kami berfirman): 'Peganglah teguh-teguh, apa yang Kami berikan kepadamu, dan dengar-kanlah!'. Mereka menjawab: 'Kami mendengarkan, tapi tidak mentaati'. Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu, (kecintaan menyembah) anak sapi, karena kekafirannya. Katakanlah: 'Amat jahat, perbuatan yang diperintahkan imanmu kepadamu, jika kamu betul beriman (kepada Taurat)'."– (QS.2:93)
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاسْمَعُوا قَالُوا سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَأُشْرِبُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهِ إِيمَانُكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Wa-idz akhadznaa miitsaaqakum warafa'naa fauqakumuth-thuura khudzuu maa aatainaakum biquu-watin waasma'uu qaaluuu sami'naa wa'ashainaa wausyribuu fii quluubihimul 'ijla bikufrihim qul bi-asamaa ya'murukum bihi iimaanukum in kuntum mu'miniin(a)
094
"Katakanlah: 'Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu, khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian(mu), jika kamu memang benar'."– (QS.2:94)
قُلْ إِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الآخِرَةُ عِنْدَ اللَّهِ خَالِصَةً مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Qul in kaanat lakumuddaaru-aakhiratu 'indallahi khaalishatan min duuninnaasi fatamannawuul mauta in kuntum shaadiqiin(a)
095
"Dan sekali-kali, mereka tidak akan menginginkan kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri). Dan Allah Maha Mengetahui, orang-orang yang aniaya."– (QS.2:95)
وَلَنْ يَتَمَنَّوْهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ
Walan yatamannauhu abadan bimaa qaddamat aidiihim wallahu 'aliimun bizh-zhaalimiin(a)
096
"Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, seloba-loba manusia kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin, agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu, sekali-kali tidak akan menjauhkan dari siksa. Allah Maha Mengetahui, apa yang mereka kerjakan."– (QS.2:96)
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ
Walatajidannahum ahrashannaasi 'ala hayaatin waminal-ladziina asyrakuu yawaddu ahaduhum lau yu'ammaru alfa sanatin wamaa huwa bimuzahzihihi minal 'adzaabi an yu'ammara wallahu bashiirun bimaa ya'maluun(a)
097
"Katakanlah: 'Barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkan (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan seijin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman'."– (QS.2:97)
قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَى قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Qul man kaana 'aduu-wan lijibriila fa-innahu nazzalahu 'ala qalbika biidznillahi mushaddiqan limaa baina yadaihi wahudan wabusyra lilmu'miniin(a)
098
"Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya, Allah adalah musuh orang-orang yang kafir."– (QS.2:98)
مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ
Man kaana 'aduu-wal(n)-lillahi wamalaa-ikatihi warusulihi wajibriila wamiikaala fa-innallaha 'aduu-wul(n)-lilkaafiriin(a)
099
"Dan sesungguhnya, Kami telah menurunkan kepadamu, ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik."– (QS.2:99)
وَلَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ وَمَا يَكْفُرُ بِهَا إِلا الْفَاسِقُونَ
Walaqad anzalnaa ilaika aayaatin bai-yinaatin wamaa yakfuru bihaa ilaal faasiquun(a)
100
"Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengangkat janji(, untuk mengikuti ayat-ayat-Nya itu), segolongan mereka melemparkannya (mengabai-kannya), Bahkan sebagian besar dari mereka tidak beriman."– (QS.2:100)
أَوَكُلَّمَا عَاهَدُوا عَهْدًا نَبَذَهُ فَرِيقٌ مِنْهُمْ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يُؤْمِنُونَ
Awakullamaa 'aahaduu 'ahdan nabadzahu fariiqun minhum bal aktsaruhum laa yu'minuun(a)
101
"Dan setelah datang kepada mereka seorang rasul dari sisi Allah, yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat), melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah)."– (QS.2:101)
وَلَمَّا جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيقٌ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ كِتَابَ اللَّهِ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ كَأَنَّهُمْ لا يَعْلَمُونَ
Walammaa jaa-ahum rasuulun min 'indillahi mushaddiqun limaa ma'ahum nabadza fariiqun minal-ladziina uutuul kitaaba kitaaballahi waraa-a zhuhuurihim kaannahum laa ya'lamuun(a)
102
"Dan mereka mengikuti, apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan, pada masa kerajaan Sulaiman, (dan mereka mengatakan, bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia, dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun, sebelum mengatakan: 'Sesungguhnya, kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir'. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu, apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami), dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat, dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan ijin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya, dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah menyakini (sebelumnya), bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka, menjual dirinya sendiri, dengan sihir, kalau mereka mengetahui."– (QS.2:102)
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Waattaba'uu maa tatluusy-syayaathiinu 'ala mulki sulaimaana wamaa kafara sulaimaanu walakinnasy-syayaathiina kafaruu yu'allimuunan-naasassihra wamaa unzila 'alal malakaini bibaabila haaruuta wamaaruuta wamaa yu'allimaani min ahadin hatta yaquulaa innamaa nahnu fitnatun falaa takfur fayata'allamuuna minhumaa maa yufarriquuna bihi bainal mar-i wazaujihi wamaa hum bidhaarriina bihi min ahadin ilaa biidznillahi wayata'allamuuna maa yadhurruhum walaa yanfa'uhum walaqad 'alimuu lamaniisytaraahu maa lahu fii-aakhirati min khalaaqin walabi-asa maa syarau bihi anfusahum lau kaanuu ya'lamuun(a)
103
"Sesungguhnya, kalau mereka beriman dan bertaqwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya, pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui."– (QS.2:103)
وَلَوْ أَنَّهُمْ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَمَثُوبَةٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ خَيْرٌ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Walau annahum aamanuu waattaqau lamatsuubatun min 'indillahi khairun lau kaanuu ya'lamuun(a)
104
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (Muhammad): 'Raa'ina', tetapi katakanlah: 'Unzhurna', dan 'dengarlah'. Dan bagi orang-orang yang kafir, siksaan yang pedih."– (QS.2:104)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَقُولُوا رَاعِنَا وَقُولُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوا وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuu laa taquuluu raa'inaa waquuluuunzhurnaa waasma'uu walilkaafiriina 'adzaabun aliimun
105
"Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik, tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Rabb-mu. Dan Allah menentukan, siapa yang dikehendaki-nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar."– (QS.2:105)
مَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَلا الْمُشْرِكِينَ أَنْ يُنَزَّلَ عَلَيْكُمْ مِنْ خَيْرٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَاللَّهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Maa yawaddul-ladziina kafaruu min ahlil kitaabi walaal musyrikiina an yunazzala 'alaikum min khairin min rabbikum wallahu yakhtash-shu birahmatihi man yasyaa-u wallahu dzuul fadhlil 'azhiim(i)
106
"Apa saja ayat yang kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik darinya, atau sebanding dengannya. Tiadakah kamu mengetahui, bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."– (QS.2:106)
مَا نَنْسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا أَوْ مِثْلِهَا أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Maa nansakh min aayatin au nunsihaa na'ti bikhairin minhaa au mitslihaa alam ta'lam annallaha 'ala kulli syai-in qadiirun
107
"Tiadakah kamu mengetahui, bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah. Dan tiada bagimu selain Allah, seorang pelindung maupun seorang penolong."– (QS.2:107)
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ
Alam ta'lam annallaha lahu mulkus-samaawaati wal ardhi wamaa lakum min duunillahi min walii-yin walaa nashiirin
108
"Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu?, seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu. Dan barangsiapa yang menukar iman, dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus."– (QS.2:108)
أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَى مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالإيمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ
Am turiiduuna an tasaluu rasuulakum kamaa su-ila muusa min qablu waman yatabaddalil kufra bil-iimaani faqad dhalla sawaa-assabiil(i)
109
"Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan, agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran, setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguh-Nya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."– (QS.2:109)
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Wadda katsiirun min ahlil kitaabi lau yarudduunakum min ba'di iimaanikum kuffaaran hasadan min 'indi anfusihim min ba'di maa tabai-yana lahumul haqqu faa'fuu waashfahuu hatta ya'tiyallahu biamrihi innallaha 'ala kulli syai-in qadiirun
110
"Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat. Dan apa-apa yang kamu usahakan, dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan."– (QS.2:110)
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَمَا تُقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Waaqiimuush-shalaata waaatuuzzakaata wamaa tuqaddimuu anfusikum min khairin tajiduuhu 'indallahi innallaha bimaa ta'maluuna bashiirun
111
"Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: 'Sekali-kali tidak akan masuk surga, kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi dan Nasrani'. Demikian itu (hanya) angan-angan mereka, yang kosong belaka. Katakanlah: 'Tunjukkan kebenaranmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar'."– (QS.2:111)
وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلا مَنْ كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَى تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Waqaaluuu lan yadkhulal jannata ilaa man kaana huudan au nashaara tilka amaanii-yuhum qul haatuu burhaanakum in kuntum shaadiqiin(a)
112
"(Tidak demikian), dan bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala pada sisi Rabb-nya, dan tidak ada kekuatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati."– (QS.2:112)
بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
Bala man aslama wajhahu lillahi wahuwa muhsinun falahu ajruhu 'inda rabbihi walaa khaufun 'alaihim walaa hum yahzanuun(a)
113
"Dan orang-orang Yahudi berkata: 'Orang-orang Nasrani itu tidak punya suatu pegangan', dan orang-orang Nasrani berkata: 'Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan', padahal mereka (sama-sama) membaca Al-Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui/-mengucapkan, seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili di antara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya."– (QS.2:113)
وَقَالَتِ الْيَهُودُ لَيْسَتِ النَّصَارَى عَلَى شَيْءٍ وَقَالَتِ النَّصَارَى لَيْسَتِ الْيَهُودُ عَلَى شَيْءٍ وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتَابَ كَذَلِكَ قَالَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
Waqaalatil yahuudu laisatinnashaara 'ala syai-in waqaalatinnashaara laisatil yahuudu 'ala syai-in wahum yatluunal kitaaba kadzalika qaalal-ladziina laa ya'lamuuna mitsla qaulihim fallahu yahkumu bainahum yaumal qiyaamati fiimaa kaanuu fiihi yakhtalifuun(a)
114
"Dan siapakah yang lebih (ter)aniaya, daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya?. Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan, dan di akhirat mendapat siksa yang berat."– (QS.2:114)
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ مَنَعَ مَسَاجِدَ اللَّهِ أَنْ يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ وَسَعَى فِي خَرَابِهَا أُولَئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَنْ يَدْخُلُوهَا إِلا خَائِفِينَ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَلَهُمْ فِي الآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Waman azhlamu mimman mana'a masaajidallahi an yudzkara fiihaaasmuhu wasa'a fii kharaabihaa uula-ika maa kaana lahum an yadkhuluuhaa ilaa khaa-ifiina lahum fiiddunyaa khizyun walahum fii-aakhirati 'adzaabun 'azhiimun
115
"Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah (tanda-tanda kebesaran Allah). Sesungguhnya, Allah Maha Luas (rahmat-Nya), lagi Maha Mengetahui."– (QS.2:115)
وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Walillahil masyriqu wal maghribu fa-ainamaa tuwalluu fatsamma wajhullahi innallaha waasi'un 'aliimun
116
"Mereka (orang-orang kafir) berkata: 'Allah mempunyai anak'. Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya."– (QS.2:116)
وَقَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ
Waqaaluuuut-takhadzallahu waladan subhaanahu bal lahu maa fiis-samaawaati wal ardhi kullun lahu qaanituun(a)
117
"Allah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: 'Jadilah'. Lalu jadilah ia."– (QS.2:117)
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Badii'us-samaawaati wal ardhi wa-idzaa qadha amran fa-innamaa yaquulu lahu kun fayakuun(u)
118
"Dan orang-orang yang tidak mengetahui, berkata: 'Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami, atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami'. Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka, telah mengatakan seperti ucapan itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya, Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami, kepada kaum yang yakin."– (QS.2:118)
وَقَالَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ لَوْلا يُكَلِّمُنَا اللَّهُ أَوْ تَأْتِينَا آيَةٌ كَذَلِكَ قَالَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِثْلَ قَوْلِهِمْ تَشَابَهَتْ قُلُوبُهُمْ قَدْ بَيَّنَّا الآيَاتِ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Waqaalal-ladziina laa ya'lamuuna laulaa yukallimunaallahu au ta'tiinaa aayatun kadzalika qaalal-ladziina min qablihim mitsla qaulihim tasyaabahat quluubuhum qad bai-yannaaaayaati liqaumin yuuqinuun(a)
119
"Sesungguhnya, Kami telah mengutus (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggung-jawaban) tentang penghuni-penghuni neraka."– (QS.2:119)
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلا تُسْأَلُ عَنْ أَصْحَابِ الْجَحِيمِ
Innaa arsalnaaka bil haqqi basyiiran wanadziiran walaa tusalu 'an ashhaabil jahiim(i)
120
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu, sehingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: 'Sesungguhnya, petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)'. Dan sesungguhnya, jika kamu mengikuti kemauan mereka, setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu."– (QS.2:120)
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ
Walan tardha 'ankal yahuudu walaannashaara hatta tattabi'a millatahum qul inna hudallahi huwal huda wala-iniittaba'ta ahwaa-ahum ba'dal-ladzii jaa-aka minal 'ilmi maa laka minallahi min walii-yin walaa nashiirin
121
"Orang-orang yang telah Kami beri Al-kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi."– (QS.2:121)
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Al-ladziina aatainaahumul kitaaba yatluunahu haqqa tilaawatihi uula-ika yu'minuuna bihi waman yakfur bihi fa-uula-ika humul khaasiruun(a)
122
"Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku, yang telah Ku-anugerahkan kepadamu, dan Aku telah melebihkan kamu, atas segala umat."– (QS.2:122)
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ
Yaa banii israa-iilaadzkuruu ni'matiyallatii an'amtu 'alaikum wa-annii fadh-dhaltukum 'alal 'aalamiin(a)
123
"Dan takutlah kamu kepada suatu hari (Hari Kiamat), di waktu seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikitpun, dan tidak akan diterima suatu tebusan darinya, dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafaat kepadanya, dan tidak (pula) mereka akan ditolong."– (QS.2:123)
وَاتَّقُوا يَوْمًا لا تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا وَلا يُقْبَلُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلا تَنْفَعُهَا شَفَاعَةٌ وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ
Waattaquu yauman laa tajzii nafsun 'an nafsin syai-an walaa yuqbalu minhaa 'adlun walaa tanfa'uhaa syafaa'atun walaa hum yunsharuun(a)
124
"Dan (Ingatlah), ketika Ibrahim diuji Rabb-nya, dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: 'Sesungguhnya, Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia'. Ibrahim berkata: '(Dan saya mohon juga) dari keturunanku'. Allah berfirman: 'Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim'."– (QS.2:124)
وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
Wa-idziibtala ibraahiima rabbuhu bikalimaatin faatammahunna qaala innii jaa'iluka li-nnaasi imaaman qaala wamin dzurrii-yatii qaala laa yanaalu 'ahdiizh-zhaalimiin(a)
125
"Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah), tempat berkumpul bagi manusia, dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: 'Bersihkanlah rumah-ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku', dan yang sujud'."– (QS.2:125)
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
Wa-idz ja'alnaal baita matsaabatan li-nnaasi waamnan waattakhidzuu min maqaami ibraahiima mushallan wa'ahidnaa ila ibraahiima waismaa'iila an thahhiraa baitiya li-ththaa-ifiina wal 'aakifiina warrukka'issujuud(i)
126
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo'a: 'Ya Rabb-ku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rejeki dari buah-buahan kepada penduduknya, yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian'. Allah berfirman: 'Dan kepada orang kafirpun, Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali'."– (QS.2:126)
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Wa-idz qaala ibraahiimu rabbiij'al hadzaa baladan aaminan waarzuq ahlahu minats-tsamaraati man aamana minhum billahi wal yaumi-aakhiri qaala waman kafara faumatti'uhu qaliilaa tsumma adhtharruhu ila 'adzaabinnaari wabi-asal mashiir(u)
127
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah beserta Ismail, (seraya berdo'a): 'Ya Rabb-kami terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya, Engkaulah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui."– (QS.2:127)
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Wa-idz yarfa'u ibraahiimul qawaa'ida minal baiti waismaa'iilu rabbanaa taqabbal minnaa innaka antassamii'ul 'aliim(u)
128
"Ya Rabb-kami, jadikanlah kami berdua (sebagai) orang yang tunduk patuh kepada Engkau, dan (jadikanlah) di antara anak-cucu kami, umat yang tunduk patuh kepada Engkau, dan tunjukkanlah kepada kami, cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya, Engkaulah Yang Maha Penerima taubat, lagi Maha Penyayang."– (QS.2:128)
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Rabbanaa waaj'alnaa muslimaini laka wamin dzurrii-yatinaa ummatan muslimatan laka waarinaa manaasikanaa watub 'alainaa innaka antattau-waabur-rahiim(u)
129
"Ya Rabb-kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."– (QS.2:129)
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Rabbanaa waab'ats fiihim rasuulaa minhum yatluu 'alaihim aayaatika wayu'allimuhumul kitaaba wal hikmata wayuzakkiihim innaka antal 'aziizul hakiim(u)
130
"Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, kecuali orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia, dan sesungguhnya, dia di akhirat benar-benar termasuk orang yang shaleh."– (QS.2:130)
وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ
Waman yarghabu 'an millati ibraahiima ilaa man safiha nafsahu walaqadiish-thafainaahu fiiddunyaa wa-innahu fii-aakhirati laminash-shaalihiin(a)
131
"Ketika Rabb-nya berfirman kepadanya: 'Tunduk patuhlah!'. Ibrahim menjawab: 'Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam'."– (QS.2:131)
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
Idz qaala lahu rabbuhu aslim qaala aslamtu lirabbil 'aalamiin(a)
132
"Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): 'Hai anak-anakku! Sesungguhnya, Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati, kecuali dalam memeluk agama yang lurus (Islam)'."– (QS.2:132)
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Wawash-sha bihaa ibraahiimu baniihi waya'quubu yaa banii-ya innallahaashthafa lakumuddiina falaa tamuutunna ilaa wa-antum muslimuun(a)
133
"Adakah kamu (Muhammad) hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: 'Apa yang kamu sembah sepeninggalku'. Mereka menjawab: 'Kami akan menyembah Rabb-mu dan Rabb nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishak, (yaitu) Rabb Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk kepada-Nya'."– (QS.2:133)
أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Am kuntum syuhadaa-a idz hadhara ya'quubal mautu idz qaala libaniihi maa ta'buduuna min ba'dii qaaluuu na'budu ilahaka wailaha aabaa-ika ibraahiima waismaa'iila waishaaqa ilahan waahidan wanahnu lahu muslimuun(a)
134
"Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya, dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak dimintai pertanggung-jawaban, tentang apa yang telah mereka kerjakan."– (QS.2:134)
تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ وَلا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Tilka ummatun qad khalat lahaa maa kasabat walakum maa kasabtum walaa tusaluuna 'ammaa kaanuu ya'maluun(a)
135
"Dan mereka berkata: 'Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk'. katakanlah: 'Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik'."– (QS.2:135)
وَقَالُوا كُونُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوا قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Waqaaluuu kuunuu huudan au nashaara tahtaduu qul bal millata ibraahiima haniifan wamaa kaana minal musyrikiin(a)
136
"Katakanlah (hai orang-orang Mukmin): 'Kami beriman kepada Allah, dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan apa yang telah diberikan kepada Musa dan 'Isa, serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabb-nya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka, dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya'."– (QS.2:136)
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Quuluu aamannaa billahi wamaa unzila ilainaa wamaa unzila ila ibraahiima waismaa'iila waishaaqa waya'quuba wal asbaathi wamaa uutiya muusa wa'iisa wamaa uutiyannabii-yuuna min rabbihim laa nufarriqu baina ahadin minhum wanahnu lahu muslimuun(a)
137
"Maka jika mereka beriman, kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui."– (QS.2:137)
فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Fa-in aamanuu bimitsli maa aamantum bihi faqadi ihtadau wa-in tawallau fa-innamaa hum fii syiqaaqin fasayakfiika-humullahu wahuwassamii'ul 'aliim(u)
138
"Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah."– (QS.2:138)
صِبْغَةَ اللَّهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ
Shibghatallahi waman ahsanu minallahi shibghatan wanahnu lahu 'aabiduun(a)
139
"Katakanlah: 'Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Rabb-kami dan Rabb-kamu, bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu, dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati,"– (QS.2:139)
قُلْ أَتُحَاجُّونَنَا فِي اللَّهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ وَلَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُخْلِصُونَ
Qul atuhaajjuunanaa fiillahi wahuwa rabbunaa warabbukum walanaa a'maalunaa walakum a'maalukum wanahnu lahu mukhlishuun(a)
140
"ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan: 'bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani'. Katakanlah: 'Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah?, dan siapakah yang lebih zalim, daripada orang yang menyembunyikan syahadat dari Allah, yang ada padanya?'. Dan Allah sekali-kali tiada lengah, dari apa yang kamu kerjakan."– (QS.2:140)
أَمْ تَقُولُونَ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطَ كَانُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّهُ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهُ مِنَ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Am taquuluuna inna ibraahiima waismaa'iila waishaaqa waya'quuba wal asbaatha kaanuu huudan au nashaara qul aantum a'lamu amillahu waman azhlamu mimman katama syahaadatan 'indahu minallahi wamaallahu bighaafilin 'ammaa ta'maluun(a)
141
"Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya, dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta pertanggung-jawaban, tentang apa yang telah mereka kerjakan."– (QS.2:141)
تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ وَلا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Tilka ummatun qad khalat lahaa maa kasabat walakum maa kasabtum walaa tusaluuna 'ammaa kaanuu ya'maluun(a)
142
"Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia, akan berkata: 'Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis), yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?'. Katakanlah: 'Kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat; Dia memberi petunjuk, kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus'."– (QS.2:142)
سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا قُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Sayaquulussufahaa-u minannaasi maa walaahum 'an qiblatihimullatii kaanuu 'alaihaa qul lillahil masyriqu wal maghribu yahdii man yasyaa-u ila shiraathin mustaqiimin
143
"Dan demikian (pula), Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia, dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang), melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata), siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi beberapa orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya, Allah Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang kepada manusia."– (QS.2:143)
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ
Wakadzalika ja'alnaakum ummatan wasathan litakuunuu syuhadaa-a 'alannaasi wayakuunarrasuulu 'alaikum syahiidan wamaa ja'alnaal qiblatallatii kunta 'alaihaa ilaa lina'lama man yattabi'urrasuula mimman yanqalibu 'ala 'aqibaihi wa-in kaanat lakabiiratan ilaa 'alaal-ladziina hadallahu wamaa kaanallahu liyudhii'a iimaanakum innallaha binnaasi larauufun rahiimun
144
"Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat, yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya, orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil), memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Rabb-nya; dan Allah sekali-kali tidak lengah, terhadap apa yang mereka kerjakan."– (QS.2:144)
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
Qad nara taqalluba wajhika fiissamaa-i falanuwalliyannaka qiblatan tardhaahaa fawalli wajhaka syathral masjidil haraami wahaitsumaa kuntum fawalluu wujuuhakum syathrahu wa-innal-ladziina uutuul kitaaba laya'lamuuna annahul haqqu min rabbihim wamaallahu bighaafilin 'ammaa ya'maluun(a)
145
"Dan sesungguhnya, jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani), yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebagian dari mereka pun, tidak mengikuti kiblat sebagian yang lain. Dan sesungguhnya, jika kamu mengikuti keinginan mereka, setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu, termasuk golongan orang-orang yang zalim."– (QS.2:145)
وَلَئِنْ أَتَيْتَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ بِكُلِّ آيَةٍ مَا تَبِعُوا قِبْلَتَكَ وَمَا أَنْتَ بِتَابِعٍ قِبْلَتَهُمْ وَمَا بَعْضُهُمْ بِتَابِعٍ قِبْلَةَ بَعْضٍ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّكَ إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ
Wala-in ataital-ladziina uutuul kitaaba bikulli aayatin maa tabi'uu qiblataka wamaa anta bitaabi'in qiblatahum wamaa ba'dhuhum bitaabi'in qiblata ba'dhin wala-iniittaba'ta ahwaa-ahum min ba'di maa jaa-aka minal 'ilmi innaka idzan laminazh-zhaalimiin(a)
146
"Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil), (juga) mengenal Muhammad, seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya, sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui."– (QS.2:146)
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Al-ladziina aatainaahumul kitaaba ya'rifuunahu kamaa ya'rifuuna abnaa-ahum wa-inna fariiqan minhum layaktumuunal haqqa wahum ya'lamuun(a)
147
"Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu."– (QS.2:147)
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
Al-haqqu min rabbika falaa takuunanna minal mumtariin(a)
148
"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."– (QS.2:148)
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَمَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Walikullin wijhatun huwa muwalliihaa faastabiquul khairaati ainamaa takuunuu ya'ti bikumullahu jamii'an innallaha 'ala kulli syai-in qadiirun
149
"Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke Masjidil Haram; Sesungguhnya, ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Rabb-mu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah, atas apa yang kamu kerjakan."– (QS.2:149)
وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِنَّهُ لَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Wamin haitsu kharajta fawalli wajhaka syathral masjidil haraami wa-innahu lalhaqqu min rabbika wamaallahu bighaafilin 'ammaa ta'maluun(a)
150
"Dan dari mana saja kamu berangkat, maka palingkanlah wajahmu ke Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak (ada) hujjah manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk."– (QS.2:150)
وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ لِئَلا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ إِلا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ فَلا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي وَلأتِمَّ نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Wamin haitsu kharajta fawalli wajhaka syathral masjidil haraami wahaitsumaa kuntum fawalluu wujuuhakum syathrahu li-alaa yakuuna li-nnaasi 'alaikum hujjatun ilaal-ladziina zhalamuu minhum falaa takhsyauhum waakhsyaunii wal-atimma ni'matii 'alaikum wala'allakum tahtaduun(a)
151
"Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui."– (QS.2:151)
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
Kamaa arsalnaa fiikum rasuulaa minkum yatluu 'alaikum aayaatinaa wayuzakkiikum wayu'allimukumul kitaaba wal hikmata wayu'allimukum maa lam takuunuu ta'lamuun(a)
152
"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku."– (QS.2:152)
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ
Faadzkuruunii adzkurkum waasykuruu lii walaa takfuruun(i)
153
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya, Allah beserta orang-orang yang sabar."– (QS.2:153)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuuusta'iinuu bish-shabri wash-shalaati innallaha ma'ash-shaabiriin(a)
154
"Dan janganlah kamu mengatakan, terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (dalam berjihad), (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup (di akhirat), tetapi kamu tidak menyadari-nya."– (QS.2:154)
وَلا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لا تَشْعُرُونَ
Walaa taquuluu liman yuqtalu fii sabiilillahi amwaatun bal ahyaa-un walakin laa tasy'uruun(a)
155
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira, kepada orang-orang yang sabar,"– (QS.2:155)
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Walanabluwannakum bisyai-in minal khaufi wal juu'i wanaqshin minal amwaali wal anfusi wats-tsamaraati wabasy-syirish-shaabiriin(a)
156
"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: 'Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun'."– (QS.2:156)
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Al-ladziina idzaa ashaabathum mushiibatun qaaluuu innaa lillahi wa-innaa ilaihi raaji'uun(a)
157
"Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb-nya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."– (QS.2:157)
أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Uula-ika 'alaihim shalawaatun min rabbihim warahmatun wa-uula-ika humul muhtaduun(a)
158
"Sesungguhnya, Shafaa dan Marwa adalah sebagian dari syi'ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i di antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebaikan, dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya, Allah Maha mensyukuri kebaikan, lagi Maha Mengetahui."– (QS.2:158)
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
Innash-shafaa wal marwata min sya'aa-irillahi faman hajjal baita awii'tamara falaa junaaha 'alaihi an yath-thau-wafa bihimaa waman tathau-wa'a khairan fa-innallaha syaakirun 'aliimun
159
"Sesungguhnya, orang-orang yang menyembunyikan, apa yang telah Kami turunkan, berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah, dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati,"– (QS.2:159)
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاعِنُونَ
Innal-ladziina yaktumuuna maa anzalnaa minal bai-yinaati wal huda min ba'di maa bai-yannaahu li-nnaasi fiil kitaabi uula-ika yal'anuhumullahu wayal'anuhumulaa'inuun(a)
160
"Kecuali mereka yang telah taubat, dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah, Aku menerima taubatnya, dan Akulah Yang Maha Penerima taubat, lagi Maha Penyayang."– (QS.2:160)
إِلا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Ilaal-ladziina taabuu waashlahuu wabai-yanuu fa-uula-ika atuubu 'alaihim wa-anaattau-waabur-rahiim(u)
161
"Sesungguhnya, orang-orang kafir dan mereka yang mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapati laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya."– (QS.2:161)
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Innal-ladziina kafaruu wamaatuu wahum kuffaarun uula-ika 'alaihim la'natullahi wal malaa-ikati wannaasi ajma'iin(a)
162
"Mereka kekal di dalam laknat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh."– (QS.2:162)
خَالِدِينَ فِيهَا لا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلا هُمْ يُنْظَرُونَ
Khaalidiina fiihaa laa yukhaffafu 'anhumul 'adzaabu walaa hum yunzharuun(a)
163
"Dan Ilah kamu adalah Ilah Yang Maha Esa; Tidak ada Ilah, melainkan Dia, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Penyayang."– (QS.2:163)
وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
Wailahukum ilahun waahidun laa ilaha ilaa huwar-rahmanur-rahiim(u)
164
"Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut, membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu, Dia hidupkan bumi, sesudah mati (kering)-nya, dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan."– (QS.2:164)
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Inna fii khalqis-samaawaati wal ardhi waakhtilaafillaili wannahaari wal fulkillatii tajrii fiil bahri bimaa yanfa'unnaasa wamaa anzalallahu minassamaa-i min maa-in faahyaa bihil ardha ba'da mautihaa wabats-tsa fiihaa min kulli daabbatin watashrii-firriyaahi wassahaabil musakh-khari bainassamaa-i wal ardhi li-aayaatin liqaumin ya'qiluun(a)
165
"Dan di antara manusia, ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya, sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman, amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui, ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya, (niscaya mereka menyesal)."– (QS.2:165)
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
Waminannaasi man yattakhidzu min duunillahi andaadan yuhibbuunahum kahubbillahi waal-ladziina aamanuu asyaddu hubbal(n)-lillahi walau yaraal-ladziina zhalamuu idz yaraunal 'adzaaba annal quu-wata lillahi jamii'an wa-annallaha syadiidul 'adzaab(i)
166
"(Yaitu), ketika orang-orang (tandingan-tandingan) yang diikuti itu, berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan di antara mereka, terputus sama sekali."– (QS.2:166)
إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأسْبَابُ
Idz tabarraal-ladziina-attubi'uu minal-ladziina-attaba'uu waraawuul 'adzaaba wataqath-tha'at bihimul asbaab(u)
167
"Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: 'Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami'. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya, menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka."– (QS.2:167)
وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ
Waqaalal-ladziina-attaba'uu lau anna lanaa karratan fanatabarraa minhum kamaa tabarrauu minnaa kadzalika yuriihimullahu a'maalahum hasaraatin 'alaihim wamaa hum bikhaarijiina minannaar(i)
168
"Hai manusia, makanlah yang halal, lagi baik, dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya, syaitan adalah musuh yang nyata bagimu."– (QS.2:168)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الأرْضِ حَلالا طَيِّبًا وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Yaa ai-yuhaannaasu kuluu mimmaa fiil ardhi halaalan thai-yiban walaa tattabi'uu khuthuwaatisy-syaithaani innahu lakum 'aduu-wun mubiinun
169
"Sesungguhnya, syaitan itu hanya menyuruh kamu, berbuat jahat dan keji, dan mengatakan kepada (tentang) Allah, apa yang tidak kamu ketahui."– (QS.2:169)
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ
Innamaa ya'murukum bissuu-i wal fahsyaa-i wa-an taquuluu 'alallahi maa laa ta'lamuun(a)
170
"Dan apabila dikatakan kepada mereka: 'Ikutilah, apa yang telah diturunkan Allah'. Mereka menjawab: '(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti, apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami'. (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu, tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk."– (QS.2:170)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلا يَهْتَدُونَ
Wa-idzaa qiila lahumuuttabi'uu maa anzalallahu qaaluuu bal nattabi'u maa alfainaa 'alaihi aabaa-anaa awalau kaana aabaa'uhum laa ya'qiluuna syai-an walaa yahtaduun(a)
171
"Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir, adalah seperti penggembala yang memanggil binatang, yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti."– (QS.2:171)
وَمَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا كَمَثَلِ الَّذِي يَنْعِقُ بِمَا لا يَسْمَعُ إِلا دُعَاءً وَنِدَاءً صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لا يَعْقِلُونَ
Wamatsalul-ladziina kafaruu kamatsalil-ladzii yan'iqu bimaa laa yasma'u ilaa du'aa-an wanidaa-an shummun bukmun 'umyun fahum laa ya'qiluun(a)
172
"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rejeki yang baik-baik, yang Kami berikan kepadamu, dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada Allah kamu menyembah."– (QS.2:172)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuu kuluu min thai-yibaati maa razaqnaakum waasykuruu lillahi in kuntum ii-yaahu ta'buduun(a)
173
"Sesungguhnya, Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang (yang ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya), sedang ia tidak mengingin-kannya, dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya, Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang."– (QS.2:173)
إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلا عَادٍ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Innamaa harrama 'alaikumul maitata waddama walahmal khinziiri wamaa uhilla bihi lighairillahi famaniidhthurra ghaira baaghin walaa 'aadin falaa itsma 'alaihi innallaha ghafuurun rahiimun
174
"Sesungguhnya, orang-orang yang menyembunyikan, apa-apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab, dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya, melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada Hari Kiamat, dan tidak mensucikan mereka, dan bagi mereka siksa yang amat pedih."– (QS.2:174)
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ إِلا النَّارَ وَلا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Innal-ladziina yaktumuuna maa anzalallahu minal kitaabi wayasytaruuna bihi tsamanan qaliilaa uula-ika maa ya'kuluuna fii buthuunihim ilaannaara walaa yukallimuhumullahu yaumal qiyaamati walaa yuzakkiihim walahum 'adzaabun aliimun
175
"Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, dan siksa dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka!."– (QS.2:175)
أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى وَالْعَذَابَ بِالْمَغْفِرَةِ فَمَا أَصْبَرَهُمْ عَلَى النَّارِ
Uula-ikal-ladziinaasy-tarawuudh-dhalaalata bil huda wal 'adzaaba bil maghfirati famaa ashbarahum 'alannaar(i)
176
"Yang demikian itu, adalah karena Allah telah menurunkan Al-Kitab, dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya, orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al-Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran)."– (QS.2:176)
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ نَزَّلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِي الْكِتَابِ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ
Dzalika biannallaha nazzalal kitaaba bil haqqi wa-innal-ladziina-akhtalafuu fiil kitaabi lafii syiqaaqin ba'iidin
177
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu, suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya, kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya, apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa."– (QS.2:177)
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Laisal birra an tuwalluu wujuuhakum qibalal masyriqi wal maghribi walakinnal birra man aamana billahi wal yaumi-aakhiri wal malaa-ikati wal kitaabi wannabii-yiina waaatal maala 'ala hubbihi dzawiil qurba wal yataama wal masaakiina waabnassabiili wassaa-iliina wafiirriqaabi waaqaamash-shalaata waaatazzakaata wal muufuuna bi'ahdihim idzaa 'aahaduu wash-shaabiriina fiil ba'saa-i wadh-dharraa-i wahiinal ba'si uula-ikal-ladziina shadaquu wa-uula-ika humul muttaquun(a)
178
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash, berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti, dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf, dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Rabb-kamu, dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas, sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih."– (QS.2:178)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالأنْثَى بِالأنْثَى فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuu kutiba 'alaikumul qishaashu fiil qatlal hurru bil hurri wal 'abdu bil 'abdi wal antsa bil antsa faman 'ufiya lahu min akhiihi syayun faattibaa'un bil ma'ruufi waadaa-un ilaihi biihsaanin dzalika takhfiifun min rabbikum warahmatun famanii'tada ba'da dzalika falahu 'adzaabun aliimun
179
"Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertaqwa."– (QS.2:179)
وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الألْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Walakum fiil qishaashi hayaatun yaa uuliil albaabi la'allakum tattaquun(a)
180
"Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya, secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa."– (QS.2:180)
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالأقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ
Kutiba 'alaikum idzaa hadhara ahadakumul mautu in taraka khairanal washii-yatu lilwaalidaini wal aqrabiina bil ma'ruufi haqqan 'alal muttaqiin(a)
181
"Maka barangsiapa yang mengubah wasiat itu, setelah ia mendengarnya, maka sesungguhnya, dosanya adalah bagi orang-orang yang mengubahnya. Sesungguhnya, Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui."– (QS.2:181)
فَمَنْ بَدَّلَهُ بَعْدَمَا سَمِعَهُ فَإِنَّمَا إِثْمُهُ عَلَى الَّذِينَ يُبَدِّلُونَهُ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Faman baddalahu ba'damaa sami'ahu fa-innamaa itsmuhu 'alaal-ladziina yubaddiluunahu innallaha samii'un 'aliimun
182
"(Akan tetapi) barangsiapa kuatir terhadap orang yang berwasiat itu, berlaku berat sebelah atau berbuat dosa, lalu ia mendamaikan antara mereka, maka tidaklah ada dosanya baginya. Sesungguhnya, Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang."– (QS.2:182)
فَمَنْ خَافَ مِنْ مُوصٍ جَنَفًا أَوْ إِثْمًا فَأَصْلَحَ بَيْنَهُمْ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Faman khaafa min muushin janafan au itsman faashlaha bainahum falaa itsma 'alaihi innallaha ghafuurun rahiimun
183
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa."– (QS.2:183)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuu kutiba 'alaikumush-shiyaamu kamaa kutiba 'alaal-ladziina min qablikum la'allakum tattaquun(a)
184
"(yaitu) (berpuasa) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan, (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu, pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya, (jika mereka tidak berpuasa, untuk) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebaikan, maka itu lah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui."– (QS.2:184)
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Ai-yaaman ma'duudaatin faman kaana minkum mariidhan au 'ala safarin fa'iddatun min ai-yaamin ukhara wa'alaal-ladziina yuthiiquunahu fidyatun tha'aamu miskiinin faman tathau-wa'a khairan fahuwa khairun lahu wa-an tashuumuu khairun lakum in kuntum ta'lamuun(a)
185
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah pada) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia, dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggal-kannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah, atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur."– (QS.2:185)
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Syahru ramadhaanal-ladzii unzila fiihil quraanu hudan li-nnaasi wabai-yinaatin minal huda wal furqaani faman syahida minkumusy-syahra falyashumhu waman kaana mariidhan au 'ala safarin fa'iddatun min ai-yaamin ukhara yuriidullahu bikumul yusra walaa yuriidu bikumul 'usra walitukmiluul 'iddata walitukab-biruullaha 'ala maa hadaakum wala'allakum tasykuruun(a)
186
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia berdo'a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran."– (QS.2:186)
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Wa-idzaa saalaka 'ibaadii 'annii fa-innii qariibun ujiibu da'wataddaa'i idzaa da'aani falyastajiibuu lii walyu'minuu bii la'allahum yarsyuduun(a)
187
"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa, bercampur dengan istri-istri kamu, mereka itu adalah pakaian, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka, dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah, hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, (maka) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu (banyak-banyaklah) beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertaqwa."– (QS.2:187)
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ فَالآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الأسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ وَلا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلا تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Uhilla lakum lailatash-shiyaamirrafatsu ila nisaa-ikum hunna libaasun lakum wa-antum libaasun lahunna 'alimallahu annakum kuntum takhtaanuuna anfusakum fataaba 'alaikum wa'afaa 'ankum fal-aana baasyiruuhunna waabtaghuu maa kataballahu lakum wakuluu waasyrabuu hatta yatabai-yana lakumul khaithul abyadhu minal khaithil aswadi minal fajri tsumma atimmuush-shiyaama ilallaili walaa tubaasyiruuhunna wa-antum 'aakifuuna fiil masaajidi tilka huduudullahi falaa taqrabuuhaa kadzalika yubai-yinullahu aayaatihi li-nnaasi la'allahum yattaquun(a)
188
"Dan janganlah sebagian kamu, memakan harta sebagian yang lain di antara kamu, dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu, dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui."– (QS.2:188)
وَلا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Walaa ta'kuluu amwaalakum bainakum bil baathili watudluu bihaa ilal hukkaami lita'kuluu fariiqan min amwaalinnaasi bil-itsmi wa-antum ta'lamuun(a)
189
"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: 'Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; Dan bukanlah kebaktian, (jika) memasuki rumah-rumah (ibadah) dari belakangnya, akan tetapi kebaktian itu ialah kebaktian (hanya untuk) orang yang bertaqwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertaqwalah kepada Allah, agar kamu beruntung."– (QS.2:189)
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَى وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Yasaluunaka 'anil ahillati qul hiya mawaaqiitu li-nnaasi wal hajji walaisal birru bian ta'tuul buyuuta min zhuhuurihaa walakinnal birra maniittaqa wa'tuul buyuuta min abwaabihaa waattaquullaha la'allakum tuflihuun(a)
190
"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang, yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."– (QS.2:190)
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Waqaatiluu fii sabiilillahil-ladziina yuqaatiluunakum walaa ta'taduu innallaha laa yuhibbul mu'tadiin(a)
191
"Dan bunuhlah mereka, di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka, dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir."– (QS.2:191)
وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُمْ مِنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ وَلا تُقَاتِلُوهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّى يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ كَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ
Waaqtuluuhum haitsu tsaqiftumuuhum waakhrijuuhum min haitsu akhrajuukum wal fitnatu asyaddu minal qatli walaa tuqaatiluuhum 'indal masjidil haraami hatta yuqaatiluukum fiihi fa-in qaataluukum faaqtuluuhum kadzalika jazaa-ul kaafiriin(a)
192
"Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang."– (QS.2:192)
فَإِنِ انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Fa-iniintahau fa-innallaha ghafuurun rahiimun
193
"Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi, dan (sehingga) agama itu hanya untuk Allah belaka. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim."– (QS.2:193)
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلا عُدْوَانَ إِلا عَلَى الظَّالِمِينَ
Waqaatiluuhum hatta laa takuuna fitnatun wayakuunaddiinu lillahi fa-iniintahau falaa 'udwaana ilaa 'alazh-zhaalimiin(a)
194
"Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertaqwalah kepada Allah, dan ketauhilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertaqwa."– (QS.2:194)
الشَّهْرُ الْحَرَامُ بِالشَّهْرِ الْحَرَامِ وَالْحُرُمَاتُ قِصَاصٌ فَمَنِ اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَى عَلَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
Asy-syahrul haraamu bisy-syahril haraami wal hurumaatu qishaashun famanii'tada 'alaikum faa'taduu 'alaihi bimitsli maaa'tada 'alaikum waattaquullaha waa'lamuu annallaha ma'al muttaqiin(a)
195
"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."– (QS.2:195)
وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Wa-anfiquu fii sabiilillahi walaa tulquu biaidiikum ilattahlukati waahsinuu innallaha yuhibbul muhsiniin(a)
196
"Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah, karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai ke tempat penyembelih-annya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya, (lalu ia batal bercukur), maka wajiblah atasnya ber-fidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan Umrah, sebelum Haji (di dalam bulan Haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji, dan tujuh hari (lagi), apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah), bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertaqwalah kepada Allah, dan ketauhilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya."– (QS.2:196)
وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ وَلا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ذَلِكَ لِمَنْ لَمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Waatimmuul hajja wal 'umrata lillahi fa-in uhshirtum famaaastaisara minal hadyi walaa tahliquu ruuusakum hatta yablughal hadyu mahillahu faman kaana minkum mariidhan au bihi adzan min ra'sihi fafidyatun min shiyaamin au shadaqatin au nusukin fa-idzaa amintum faman tamatta'a bil 'umrati ilal hajji famaaastaisara minal hadyi faman lam yajid fashiyaamu tsalaatsati ai-yaamin fiil hajji wasab'atin idzaa raja'tum tilka 'asyaratun kaamilatun dzalika liman lam yakun ahluhu haadhiriil masjidil haraami waattaquullaha waa'lamuu annallaha syadiidul 'iqaab(i)
197
"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu, akan mengerjakan Haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya, sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal."– (QS.2:197)
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلا رَفَثَ وَلا فُسُوقَ وَلا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ
Al-hajju asyhurun ma'luumaatun faman faradha fiihinnal hajja falaa rafatsa walaa fusuuqa walaa jidaala fiil hajji wamaa taf'aluu min khairin ya'lamhullahu watazau-waduu fa-inna khairazzaadittaqwa waattaquuni yaa uuliil albaab(i)
198
"Tidak ada dosa bagimu mencari karunia dari Rabb-mu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berzikirlah kepada Allah di Masy'aril haram. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya, kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat."– (QS.2:198)
لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَبْتَغُوا فَضْلا مِنْ رَبِّكُمْ فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ
Laisa 'alaikum junaahun an tabtaghuu fadhlaa min rabbikum fa-idzaa afadhtum min 'arafaatin faadzkuruullaha 'indal masy'aril haraami waadzkuruuhu kamaa hadaakum wa-in kuntum min qablihi laminadh-dhaalliin(a)
199
"Kemudian bertolaklah kamu, dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafat), dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya, Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang."– (QS.2:199)
ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Tsumma afiidhuu min haitsu afaadhannaasu waastaghfiruullaha innallaha ghafuurun rahiimun
200
"Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdo'a: 'Ya Rabb-kami, berilah kami kebaikan di dunia', dan tiadalah baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat."– (QS.2:200)
فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ
Fa-idzaa qadhaitum manaasikakum faadzkuruullaha kadzikrikum aabaa-akum au asyadda dzikran faminannaasi man yaquulu rabbanaa aatinaa fiiddunyaa wamaa lahu fii-aakhirati min khalaaqin
201
"Dan di antara mereka ada orang yang berdo'a: 'Ya Rabb-kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka'."– (QS.2:201)
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Waminhum man yaquulu rabbanaa aatinaa fiiddunyaa hasanatan wafii-aakhirati hasanatan waqinaa 'adzaabannaar(i)
202
"Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian, dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya."– (QS.2:202)
أُولَئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Uula-ika lahum nashiibun mimmaa kasabuu wallahu sarii'ul hisaab(i)
203
"Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina), sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkat-annya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertaqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah dan ketauhilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya."– (QS.2:203)
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقَى وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Waadzkuruullaha fii ai-yaamin ma'duudaatin faman ta'ajjala fii yaumaini falaa itsma 'alaihi waman taakh-khara falaa itsma 'alaihi limaniittaqa waattaquullaha waa'lamuu annakum ilaihi tuhsyaruun(a)
204
"Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksi-kannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras."– (QS.2:204)
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ
Waminannaasi man yu'jibuka qauluhu fiil hayaatiddunyaa wayusyhidullaha 'ala maa fii qalbihi wahuwa aladdul khishaam(i)
205
"Dan apabila ia berpaling (dari mukamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan."– (QS.2:205)
وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الأرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الْفَسَادَ
Wa-idzaa tawalla sa'a fiil ardhi liyufsida fiihaa wayuhlikal hartsa wannasla wallahu laa yuhibbul fasaad(a)
206
"Dan apabila dikatakan kepadanya: 'Bertaqwalah kepada Allah', bangkitlah kesombongannya, yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahanam. Dan sungguh neraka Jahanam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya."– (QS.2:206)
وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالإثْمِ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ
Wa-idzaa qiila lahuuttaqillaha akhadzathul 'izzatu bil-itsmi fahasbuhu jahannamu walabi-asal mihaad(u)
207
"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya, karena mencari keredhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya."– (QS.2:207)
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
Waminannaasi man yasyrii nafsahuubtighaa-a mardhaatillahi wallahu rauufun bil 'ibaad(i)
208
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya, syaitan itu musuh yang nyata bagimu."– (QS.2:208)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuuudkhuluu fiissilmi kaaffatan walaa tattabi'uu khuthuwaatisy-syaithaani innahu lakum 'aduu-wun mubiinun
209
"Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah), sesudah datang kepada kamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana."– (QS.2:209)
فَإِنْ زَلَلْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْكُمُ الْبَيِّنَاتُ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Fa-in zalaltum min ba'di maa jaa-atkumul bai-yinaatu faa'lamuu annallaha 'aziizun hakiimun
210
"Tiada yang mereka nanti-nantikan (pada hari Kiamat), melainkan datangnya (siksa) Allah, dalam naungan awan dan malaikat, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan."– (QS.2:210)
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلا أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَالْمَلائِكَةُ وَقُضِيَ الأمْرُ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الأمُورُ
Hal yanzhuruuna ilaa an ya'tiyahumullahu fii zhulalin minal ghamaami wal malaa-ikatu waqudhiyal amru wailallahi turja'ul amuur(u)
211
"Tanyakanlah kepada Bani Israil: 'Berapa banyaknya tanda-tanda (kebenaran) yang nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka'. Dan barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya, Allah sangat keras siksa-Nya."– (QS.2:211)
سَلْ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَمْ آتَيْنَاهُمْ مِنْ آيَةٍ بَيِّنَةٍ وَمَنْ يُبَدِّلْ نِعْمَةَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُ فَإِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Sal banii israa-iila kam aatainaahum min aayatin bai-yinatin waman yubaddil ni'matallahi min ba'di maa jaa-athu fa-innallaha syadiidul 'iqaab(i)
212
"Kehidupan dunia dijadikan indah, dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu, lebih mulia daripada mereka di hari Kiamat. Dan Allah memberi rejeki, kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya, tanpa batas."– (QS.2:212)
زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Zui-yina lil-ladziina kafaruul hayaatud-dunyaa wayaskharuuna minal-ladziina aamanuu waal-ladziina-attaqau fauqahum yaumal qiyaamati wallahu yarzuqu man yasyaa-u bighairi hisaabin
213
"Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi khabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu, melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran, tentang hal yang mereka perselisihkan itu, dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya, kepada jalan yang lurus."– (QS.2:213)
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Kaanannaasu ummatan waahidatan faba'atsallahunnabii-yiina mubasy-syiriina wamundziriina wa-anzala ma'ahumul kitaaba bil haqqi liyahkuma bainannaasi fiimaaakhtalafuu fiihi wamaaakhtalafa fiihi ilaal-ladziina uutuuhu min ba'di maa jaa-athumul bai-yinaatu baghyan bainahum fahadallahul-ladziina aamanuu limaaakhtalafuu fiihi minal haqqi biidznihi wallahu yahdii man yasyaa-u ila shiraathin mustaqiimin
214
"Apakah kamu mengira, bahwa kamu akan masuk surga?, padahal belum datang kepadamu (cobaan), sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: 'Bilakah datangnya pertolongan Allah'. Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat."– (QS.2:214)
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
Am hasibtum an tadkhuluul jannata walammaa ya'tikum matsalul-ladziina khalau min qablikum massathumul ba'saa-u wadh-dharraa-u wazulziluu hatta yaquularrasuulu waal-ladziina aamanuu ma'ahu mata nashrullahi alaa inna nashrallahi qariibun
215
"Mereka bertanya kepadamu, tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: 'Apa saja harta yang kamu nafkahkan, hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan'. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui-nya."– (QS.2:215)
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالأقْرَبِينَ وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
Yasaluunaka maadzaa yunfiquuna qul maa anfaqtum min khairin falilwaalidaini wal aqrabiina wal yataama wal masaakiini waabnissabiili wamaa taf'aluu min khairin fa-innallaha bihi 'aliimun
216
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."– (QS.2:216)
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
Kutiba 'alaikumul qitaalu wahuwa kurhun lakum wa'asa an takrahuu syai-an wahuwa khairun lakum wa'asa an tuhibbuu syai-an wahuwa syarrun lakum wallahu ya'lamu wa-antum laa ta'lamuun(a)
217
"Mereka bertanya tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: 'Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) dari pada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."– (QS.2:217)
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللَّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ وَلا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Yasaluunaka 'anisy-syahril haraami qitaalin fiihi qul qitaalun fiihi kabiirun washaddun 'an sabiilillahi wakufrun bihi wal masjidil haraami waikhraaju ahlihi minhu akbaru 'indallahi wal fitnatu akbaru minal qatli walaa yazaaluuna yuqaatiluunakum hatta yarudduukum 'an diinikum iniistathaa'uu waman yartadid minkum 'an diinihi fayamut wahuwa kaafirun fa-uula-ika habithat a'maaluhum fiiddunyaa wal-aakhirati wa-uula-ika ashhaabunnaari hum fiihaa khaaliduun(a)
218
"Sesungguhnya, orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang."– (QS.2:218)
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Innal-ladziina aamanuu waal-ladziina haajaruu wajaahaduu fii sabiilillahi uula-ika yarjuuna rahmatallahi wallahu ghafuurun rahiimun
219
"Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: 'Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya'. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: 'Yang lebih dari keperluan'. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,"– (QS.2:219)
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
Yasaluunaka 'anil khamri wal maisiri qul fiihimaa itsmun kabiirun wamanaafi'u li-nnaasi waitsmuhumaa akbaru min naf'ihimaa wayasaluunaka maadzaa yunfiquuna qulil 'afwa kadzalika yubai-yinullahu lakumuaayaati la'allakum tatafakkaruun(a)
220
"tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: 'Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu menggauli mereka, maka (anggaplah) mereka adalah saudaramu (sendiri)', dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan, dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya, Allah Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana."– (QS.2:220)
فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْيَتَامَى قُلْ إِصْلاحٌ لَهُمْ خَيْرٌ وَإِنْ تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لأعْنَتَكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Fiiddunyaa wal-aakhirati wayasaluunaka 'anil yataama qul ishlaahun lahum khairun wa-in tukhaalithuuhum faikhwaanukum wallahu ya'lamul mufsida minal mushlihi walau syaa-allahu a'natakum innallaha 'aziizun hakiimun
221
"Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya, wanita budak yang Mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik, (dengan wanita-wanita Mukmin), sebelum mereka beriman. Sesungguhnya, budak yang Mukmin lebih baik dari orang-orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan, dengan ijin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia, supaya mereka mengambil pelajaran."– (QS.2:221)
وَلا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّى يُؤْمِنَّ وَلأمَةٌ مُؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ وَلا تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّى يُؤْمِنُوا وَلَعَبْدٌ مُؤْمِنٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ أُولَئِكَ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ وَيُبَيِّنُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
Walaa tankihuul musyrikaati hatta yu'minna wal-amatun mu'minatun khairun min musyrikatin walau a'jabatkum walaa tunkihuul musyrikiina hatta yu'minuu wala'abdun mu'minun khairun min musyrikin walau a'jabakum uula-ika yad'uuna ilannaari wallahu yad'uu ilal jannati wal maghfirati biidznihi wayubai-yinu aayaatihi li-nnaasi la'allahum yatadzakkaruun(a)
222
"Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: 'Haid itu adalah suatu kotoran'. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu, di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang taubat, dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri."– (QS.2:222)
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Wayasaluunaka 'anil mahiidhi qul huwa adzan faa'taziluunnisaa-a fiil mahiidhi walaa taqrabuuhunna hatta yathhurna fa-idzaa tathahharna fa'tuuhunna min haitsu amarakumullahu innallaha yuhibbuttau-waabiina wayuhibbul mutathahhiriin(a)
223
"Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanam-mu itu, bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertaqwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah khabar gembira (kepada) orang-orang yang beriman."– (QS.2:223)
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ وَقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلاقُوهُ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
Nisaa'ukum hartsun lakum fa'tuu hartsakum anna syi-atum waqaddimuu anfusikum waattaquullaha waa'lamuu annakum mulaaquuhu wabasy-syiril mu'miniin(a)
224
"Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu, sebagai penghalang untuk berbuat kebaikan, bertaqwa dan mengadakan ishlah di antara manusia. Dan Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui."– (QS.2:224)
وَلا تَجْعَلُوا اللَّهَ عُرْضَةً لأيْمَانِكُمْ أَنْ تَبَرُّوا وَتَتَّقُوا وَتُصْلِحُوا بَيْنَ النَّاسِ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Walaa taj'aluullaha 'urdhatan aimaanikum an tabarruu watattaquu watushlihuu bainannaasi wallahu samii'un 'aliimun
225
"Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyantun."– (QS.2:225)
لا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا كَسَبَتْ قُلُوبُكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ
Laa yu'aakhidzukumullahu billaghwi fii aimaanikum walakin yu'aakhidzukum bimaa kasabat quluubukum wallahu ghafuurun haliimun
226
"Kepada orang-orang yang meng-ilaa' istrinya, diberi tangguh empat bulan (lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada istrinya), maka sesungguhnya, Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang."– (QS.2:226)
لِلَّذِينَ يُؤْلُونَ مِنْ نِسَائِهِمْ تَرَبُّصُ أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ فَإِنْ فَاءُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Lil-ladziina yu'luuna min nisaa-ihim tarabbushu arba'ati asyhurin fa-in faa-uu fa-innallaha ghafuurun rahiimun
227
"Dan jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, maka sesungguhnya, Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui."– (QS.2:227)
وَإِنْ عَزَمُوا الطَّلاقَ فَإِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Wa-in 'azamuuth-thalaaqa fa-innallaha samii'un 'aliimun
228
"Wanita-wanita yang ditalak, hendaklah menahan diri (menunggu selama) tiga kali quru'. Tidak boleh mereka menyembunyikan, apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujuknya, dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang, dengan kewajibannya, menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana."– (QS.2:228)
وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلاثَةَ قُرُوءٍ وَلا يَحِلُّ لَهُنَّ أَنْ يَكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللَّهُ فِي أَرْحَامِهِنَّ إِنْ كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَبُعُولَتُهُنَّ أَحَقُّ بِرَدِّهِنَّ فِي ذَلِكَ إِنْ أَرَادُوا إِصْلاحًا وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Wal muthallaqaatu yatarabbashna bianfusihinna tsalaatsata quruu-in walaa yahillu lahunna an yaktumna maa khalaqallahu fii arhaamihinna in kunna yu'minna billahi wal yaumi-aakhiri wabu'uulatuhunna ahaqqu biraddihinna fii dzalika in araaduu ishlaahan walahunna mitslul-ladzii 'alaihinna bil ma'ruufi wali-rrijaali 'alaihinna darajatun wallahu 'aziizun hakiimun
229
"Talak (yang dapat dirujuk) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi, dengan cara yang ma'ruf, atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali, sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya kuatir, tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu kuatir, bahwa keduanya (suami-istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya, tentang bayaran yang diberikan oleh istri, untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zalim."– (QS.2:229)
الطَّلاقُ مَرَّتَانِ فَإِمْسَاكٌ بِمَعْرُوفٍ أَوْ تَسْرِيحٌ بِإِحْسَانٍ وَلا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَأْخُذُوا مِمَّا آتَيْتُمُوهُنَّ شَيْئًا إِلا أَنْ يَخَافَا أَلا يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلا يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ فَلا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا فِيمَا افْتَدَتْ بِهِ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلا تَعْتَدُوهَا وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Ath-thalaaqu marrataani faimsaakun bima'ruufin au tasriihun biihsaanin walaa yahillu lakum an ta'khudzuu mimmaa aataitumuuhunna syai-an ilaa an yakhaafaa alaa yuqiimaa huduudallahi fa-in khiftum alaa yuqiimaa huduudallahi falaa junaaha 'alaihimaa fiimaaaftadat bihi tilka huduudullahi falaa ta'taduuhaa waman yata'adda huduudallahi fa-uula-ika humuzh-zhaalimuun(a)
230
"Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya, hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan istri) untuk kawin kembali, jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui."– (QS.2:230)
فَإِنْ طَلَّقَهَا فَلا تَحِلُّ لَهُ مِنْ بَعْدُ حَتَّى تَنْكِحَ زَوْجًا غَيْرَهُ فَإِنْ طَلَّقَهَا فَلا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا أَنْ يَتَرَاجَعَا إِنْ ظَنَّا أَنْ يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ يُبَيِّنُهَا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Fa-in thallaqahaa falaa tahillu lahu min ba'du hatta tankiha zaujan ghairahu fa-in thallaqahaa falaa junaaha 'alaihimaa an yataraaja'aa in zhannaa an yuqiimaa huduudallahi watilka huduudullahi yubai-yinuhaa liqaumin ya'lamuun(a)
231
"Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu, yaitu Al-Kitab dan Al-Hikmah. Allah memberi pengajaran kepadamu, dengan apa yang diturunkan-Nya itu. Dan bertaqwalah kepada Allah, serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."– (QS.2:231)
وَإِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَبَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ سَرِّحُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَلا تُمْسِكُوهُنَّ ضِرَارًا لِتَعْتَدُوا وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ وَلا تَتَّخِذُوا آيَاتِ اللَّهِ هُزُوًا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَمَا أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنَ الْكِتَابِ وَالْحِكْمَةِ يَعِظُكُمْ بِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Wa-idzaa thallaqtumunnisaa-a fabalaghna ajalahunna faamsikuuhunna bima'ruufin au sarrihuuhunna bima'ruufin walaa tumsikuuhunna dhiraaran lita'taduu waman yaf'al dzalika faqad zhalama nafsahu walaa tattakhidzuu aayaatillahi huzuwan waadzkuruu ni'matallahi 'alaikum wamaa anzala 'alaikum minal kitaabi wal hikmati ya'izhukum bihi waattaquullaha waa'lamuu annallaha bikulli syai-in 'aliimun
232
"Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu habis iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka, (untuk) kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka, dengan cara yang ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu, kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."– (QS.2:232)
وَإِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَبَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلا تَعْضُلُوهُنَّ أَنْ يَنْكِحْنَ أَزْوَاجَهُنَّ إِذَا تَرَاضَوْا بَيْنَهُمْ بِالْمَعْرُوفِ ذَلِكَ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ مِنْكُمْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكُمْ أَزْكَى لَكُمْ وَأَطْهَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
Wa-idzaa thallaqtumunnisaa-a fabalaghna ajalahunna falaa ta'dhuluuhunna an yankihna azwaajahunna idzaa taraadhau bainahum bil ma'ruufi dzalika yuu'azhu bihi man kaana minkum yu'minu billahi wal yaumi-aakhiri dzalikum azka lakum waathharu wallahu ya'lamu wa-antum laa ta'lamuun(a)
233
"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan persusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu, dengan cara yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani, melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya, dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun), dengan kerelaan keduanya dan (melalui) permusyawa-ratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu, bila kamu memberikan pembayaran, menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat, apa yang kamu kerjakan."– (QS.2:233)
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ لا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلا وُسْعَهَا لا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا وَإِنْ أَرَدْتُمْ أَنْ تَسْتَرْضِعُوا أَوْلادَكُمْ فَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُمْ مَا آتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Wal waalidaatu yurdhi'na aulaadahunna haulaini kaamilaini liman araada an yutimmarradhaa'ata wa'alal mauluudi lahu rizquhunna wakiswatuhunna bil ma'ruufi laa tukallafu nafsun ilaa wus'ahaa laa tudhaarra waalidatun biwaladihaa walaa mauluudun lahu biwaladihi wa'alal waaritsi mitslu dzalika fa-in araadaa fishaaalan 'an taraadhin minhumaa watasyaawurin falaa junaaha 'alaihimaa wa-in aradtum an tastardhi'uu aulaadakum falaa junaaha 'alaikum idzaa sallamtum maa aataitum bil ma'ruufi waattaquullaha waa'lamuu annallaha bimaa ta'maluuna bashiirun
234
"Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan istri-istri, (hendaklah para istri itu) menangguhkan dirinya (ber-iddah (selama)) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis masa iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali), memberikan mereka (hak untuk) berbuat terhadap diri mereka (sendiri), menurut yang patut. Allah mengetahui, apa yang kamu perbuat."– (QS.2:234)
وَالَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَاجًا يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا فَعَلْنَ فِي أَنْفُسِهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Waal-ladziina yutawaffauna minkum wayadzaruuna azwaajan yatarabbashna bianfusihinna arba'ata asyhurin wa'asyran fa-idzaa balaghna ajalahunna falaa junaaha 'alaikum fiimaa fa'alna fii anfusihinna bil ma'ruufi wallahu bimaa ta'maluuna khabiirun
235
"Dan tidak ada dosa bagi kamu, (untuk) meminang wanita-wanita itu dengan sindiran, atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui, bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu, janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka, secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma'ruf. Dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk ber-aqad nikah, sebelum habis iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui, apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyantun."– (QS.2:235)
وَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا عَرَّضْتُمْ بِهِ مِنْ خِطْبَةِ النِّسَاءِ أَوْ أَكْنَنْتُمْ فِي أَنْفُسِكُمْ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ سَتَذْكُرُونَهُنَّ وَلَكِنْ لا تُوَاعِدُوهُنَّ سِرًّا إِلا أَنْ تَقُولُوا قَوْلا مَعْرُوفًا وَلا تَعْزِمُوا عُقْدَةَ النِّكَاحِ حَتَّى يَبْلُغَ الْكِتَابُ أَجَلَهُ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ
Walaa junaaha 'alaikum fiimaa 'arradhtum bihi min khithbatinnisaa-i au aknantum fii anfusikum 'alimallahu annakum satadzkuruunahunna walakin laa tuwaa'iduuhunna sirran ilaa an taquuluu qaulaa ma'ruufan walaa ta'zimuu 'uqdatannikaahi hatta yablughal kitaabu ajalahu waa'lamuu annallaha ya'lamu maa fii anfusikum faahdzaruuhu waa'lamuu annallaha ghafuurun haliimun
236
"Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan istri-istrimu, sebelum kamu bercampur dengan mereka, dan sebelum kamu menentukan maharnya. Dan hendaklah kamu berikan suatu mut'ah (pemberian) kepada mereka. Orang yang mampu menurut kemampuannya, dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), yaitu pemberian, menurut yang patut. Yang demikian itu merupakan ketentuan, bagi orang-orang yang berbuat kebaikan."– (QS.2:236)
لا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِنْ طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ مَا لَمْ تَمَسُّوهُنَّ أَوْ تَفْرِضُوا لَهُنَّ فَرِيضَةً وَمَتِّعُوهُنَّ عَلَى الْمُوسِعِ قَدَرُهُ وَعَلَى الْمُقْتِرِ قَدَرُهُ مَتَاعًا بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُحْسِنِينَ
Laa junaaha 'alaikum in thallaqtumunnisaa-a maa lam tamassuuhunna au tafridhuu lahunna fariidhatan wamatti'uuhunna 'alal muusi'i qadaruhu wa'alal muqtiri qadaruhu mataa'an bil ma'ruufi haqqan 'alal muhsiniin(a)
237
"Jika kamu menceraikan istri-istrimu, sebelum kamu bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, maka bayarkanlah seper-dua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika istri-istrimu itu memaafkan, atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah (walinya), dan permaafan kamu itu lebih dekat kepada taqwa. Dan janganlah kau melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Melihat segala, apa yang kamu kerjakan."– (QS.2:237)
وَإِنْ طَلَّقْتُمُوهُنَّ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَمَسُّوهُنَّ وَقَدْ فَرَضْتُمْ لَهُنَّ فَرِيضَةً فَنِصْفُ مَا فَرَضْتُمْ إِلا أَنْ يَعْفُونَ أَوْ يَعْفُوَ الَّذِي بِيَدِهِ عُقْدَةُ النِّكَاحِ وَأَنْ تَعْفُوا أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَلا تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Wa-in thallaqtumuuhunna min qabli an tamassuuhunna waqad faradhtum lahunna fariidhatan fanishfu maa faradhtum ilaa an ya'fuuna au ya'fuwal-ladzii biyadihi 'uqdatunnikaahi wa-an ta'fuu aqrabu li-ttaqwa walaa tansawuul fadhla bainakum innallaha bimaa ta'maluuna bashiirun
238
"Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'."– (QS.2:238)
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
Haafizhuu 'alash-shalawaati wash-shalaatil wustha waquumuu lillahi qaanitiin(a)
239
"Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu, apa yang belum kau ketahui."– (QS.2:239)
فَإِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالا أَوْ رُكْبَانًا فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَمَا عَلَّمَكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
Fa-in khiftum farijaaalan au rukbaanan fa-idzaa amintum faadzkuruullaha kamaa 'allamakum maa lam takuunuu ta'lamuun(a)
240
"Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antaramu, dan meninggalkan istri, hendaklah berwasiat untuk istri-istrinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya, dengan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka tidak ada dosa bagimu, (wali atau waris dari yang meninggal), membiarkan mereka berbuat ma'ruf terhadap diri mereka. Dan Allah Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana."– (QS.2:240)
وَالَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَاجًا وَصِيَّةً لأزْوَاجِهِمْ مَتَاعًا إِلَى الْحَوْلِ غَيْرَ إِخْرَاجٍ فَإِنْ خَرَجْنَ فَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِي مَا فَعَلْنَ فِي أَنْفُسِهِنَّ مِنْ مَعْرُوفٍ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Waal-ladziina yutawaffauna minkum wayadzaruuna azwaajan washii-yatan azwaajihim mataa'an ilal hauli ghaira ikhraajin fa-in kharajna falaa junaaha 'alaikum fii maa fa'alna fii anfusihinna min ma'ruufin wallahu 'aziizun hakiimun
241
"Kepada wanita-wanita yang diceraikan, (hendaklah diberikan oleh suaminya) mut'ah, menurut yang ma'ruf, sebagai suatu kewajiban bagi orang yang taqwa."– (QS.2:241)
وَلِلْمُطَلَّقَاتِ مَتَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ
Walilmuthallaqaati mataa'un bil ma'ruufi haqqan 'alal muttaqiin(a)
242
"Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya), supaya kamu memahami-nya."– (QS.2:242)
كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Kadzalika yubai-yinullahu lakum aayaatihi la'allakum ta'qiluun(a)
243
"Apakah kamu tidak memperhatikan, orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya), karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: 'Matilah kamu', kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya, Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur."– (QS.2:243)
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَشْكُرُونَ
Alam tara ilaal-ladziina kharajuu min diyaarihim wahum uluufun hadzaral mauti faqaala lahumullahu muutuu tsumma ahyaahum innallaha ladzuu fadhlin 'alannaasi walakinna aktsarannaasi laa yasykuruun(a)
244
"Dan berperanglah kamu sekalian di jalan Allah, dan ketahuilah sesungguhnya, Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui."– (QS.2:244)
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Waqaatiluu fii sabiilillahi waa'lamuu annallaha samii'un 'aliimun
245
"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat-gandakan pembayaran kepadanya, dengan lipat-ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rejeki), dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan."– (QS.2:245)
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Man dzaal-ladzii yuqridhullaha qardhan hasanan fayudhaa'ifahu lahu adh'aafan katsiiratan wallahu yaqbidhu wayabsuthu wailaihi turja'uun(a)
246
"Apakah kamu tidak memperhatikan, pemuka-pemuka Bani Israil, sesudah Nabi Musa, ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: 'Angkatlah untuk kami seorang raja, supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah'. Nabi mereka menjawab: 'Mungkin sekali, jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang'. Mereka menjawab: 'Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami'. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim."– (QS.2:246)
أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلإ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلا تُقَاتِلُوا قَالُوا وَمَا لَنَا أَلا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلا قَلِيلا مِنْهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ
Alam tara ilal mala-i min banii israa-iila min ba'di muusa idz qaaluuu linabii-yin lahumuub'ats lanaa malikan nuqaatil fii sabiilillahi qaala hal 'asaitum in kutiba 'alaikumul qitaalu alaa tuqaatiluu qaaluuu wamaa lanaa alaa nuqaatila fii sabiilillahi waqad ukhrijnaa min diyaarinaa waabnaa-inaa falammaa kutiba 'alaihimul qitaalu tawallau ilaa qaliilaa minhum wallahu 'aliimun bizh-zhaalimiin(a)
247
"Nabi mereka mengatakan kepada mereka: 'Sesungguhnya, Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu'. Mereka menjawab: 'Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak'. Nabi (mereka) berkata: 'Sesungguhnya, Allah telah memilihnya menjadi rajamu, dan menganuge-rahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa'. Allah memberikan pemerintahan, kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya, lagi Maha Mengetahui."– (QS.2:247)
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Waqaala lahum nabii-yuhum innallaha qad ba'atsa lakum thaaluuta malikan qaaluuu anna yakuunu lahul mulku 'alainaa wanahnu ahaqqu bil mulki minhu walam yu'ta sa'atan minal maali qaala innallaha-ashthafaahu 'alaikum wazaadahu basthatan fiil 'ilmi wal jismi wallahu yu'tii mulkahu man yasyaa-u wallahu waasi'un 'aliimun
248
"Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: 'Sesungguhnya, tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Rabb-mu, dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya, pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman'."– (QS.2:248)
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلائِكَةُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Waqaala lahum nabii-yuhum inna aayata mulkihi an ya'tiyakumuttaabuutu fiihi sakiinatun min rabbikum wabaqii-yatun mimmaa taraka aalu muusa waaalu haaruuna tahmiluhul malaa-ikatu inna fii dzalika li-aayatan lakum in kuntum mu'miniin(a)
249
"Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: 'Sesungguhnya, Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu (yang) meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menciduk-cidukkan tangan, maka ia adalah pengikutku'. Kemudian mereka meminumnya, kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyebrangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: 'Tak ada kesanggupan kami pada hari ini, untuk melawan Jalut dan tentaranya'. Orang-orang yang menyakini, bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: 'Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit, dapat mengalahkan golongan yang banyak, dengan ijin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar'."– (QS.2:249)
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُمْ بِنَهَرٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلا قَلِيلا مِنْهُمْ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
Falammaa fashala thaaluutu bil junuudi qaala innallaha mubtaliikum binaharin faman syariba minhu falaisa minnii waman lam yath'amhu fa-innahu minnii ilaa maniightarafa ghurfatan biyadihi fasyaribuu minhu ilaa qaliilaa minhum falammaa jaawazahu huwa waal-ladziina aamanuu ma'ahu qaaluuu laa thaaqata lanaal yauma bijaaluuta wajunuudihi qaalal-ladziina yazhunnuuna annahum mulaaquullahi kam min fi-atin qaliilatin ghalabat fi-atan katsiiratan biidznillahi wallahu ma'ash-shaabiriin(a)
250
"Tatkala Jalut dan tentaranya telah tampak oleh mereka, merekapun berdo'a: 'Ya Rabb-kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir'."– (QS.2:250)
وَلَمَّا بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Walammaa barazuu lijaaluuta wajunuudihi qaaluuu rabbanaa afrigh 'alainaa shabran watsabbit aqdaamanaa wa-anshurnaa 'alal qaumil kaafiriin(a)
251
"Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut, dengan ijin Allah, dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut), dan mengajarkan kepadanya, apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia, dengan sebagaian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam."– (QS.2:251)
فَهَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ وَآتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الأرْضُ وَلَكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
Fahazamuuhum biidznillahi waqatala daawudu jaaluuta waaataahullahul mulka wal hikmata wa'allamahu mimmaa yasyaa-u walaulaa daf'ullahinnaasa ba'dhahum biba'dhin lafasadatil ardhu walakinnallaha dzuu fadhlin 'alal 'aalamiin(a)
252
"Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar), dan sesungguhnya, kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus(-Nya)."– (QS.2:252)
تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ
Tilka aayaatullahi natluuhaa 'alaika bil haqqi wa-innaka laminal mursaliin(a)
253
"Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka, atas sebagaian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia), dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada 'Isa putera Maryam beberapa mu'jizat, serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang, (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman, dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat, apa yang dikehendaki-Nya."– (QS.2:253)
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ
Tilkarrusulu fadh-dhalnaa ba'dhahum 'ala ba'dhin minhum man kallamallahu warafa'a ba'dhahum darajaatin waaatainaa 'iisaabna maryamal bai-yinaati wa-ai-yadnaahu biruuhil qudusi walau syaa-allahu maaaqtatalal-ladziina min ba'dihim min ba'di maa jaa-athumul bai-yinaatu walakiniikhtalafuu faminhum man aamana waminhum man kafara walau syaa-allahu maaaqtataluu walakinnallaha yaf'alu maa yuriid(u)
254
"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rejeki, yang telah Kami berikan kepadamu, sebelum datang hari, yang pada hari itu tidak ada lagi jual-beli, dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab, dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim."– (QS.2:254)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لا بَيْعٌ فِيهِ وَلا خُلَّةٌ وَلا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuu anfiquu mimmaa razaqnaakum min qabli an ya'tiya yaumun laa bai'un fiihi walaa khullatun walaa syafaa'atun wal kaafiruuna humuzh-zhaalimuun(a)
255
"Allah, tidak ada Ilah, melainkan Dia, Yang Hidup kekal, lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya, apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa ijin-Nya?. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah, melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi, lagi Maha Besar."– (QS.2:255)
اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Allahu laa ilaha ilaa huwal hai-yul qai-yuumu laa ta'khudzuhu sinatun walaa naumun lahu maa fiis-samaawaati wamaa fiil ardhi man dzaal-ladzii yasyfa'u 'indahu ilaa biidznihi ya'lamu maa baina aidiihim wamaa khalfahum walaa yuhiithuuna bisyai-in min 'ilmihi ilaa bimaa syaa-a wasi'a kursii-yuhus-samaawaati wal ardha walaa ya-uuduhu hifzhuhumaa wahuwal 'alii-yul 'azhiim(u)
256
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya, telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Taghut, dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya, ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat, yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui."– (QS.2:256)
لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Laa ikraaha fiiddiini qad tabai-yanarrusydu minal ghai-yi faman yakfur bith-thaaghuuti wayu'min billahi faqadiistamsaka bil 'urwatil wutsqa laaanfishaama lahaa wallahu samii'un 'aliimun
257
"Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."– (QS.2:257)
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Allahu walii-yul-ladziina aamanuu yukhrijuhum minazh-zhulumaati ilannuuri waal-ladziina kafaruu auliyaa'uhumuth-thaaghuutu yukhrijuunahum minannuuri ilazh-zhulumaati uula-ika ashhaabunnaari hum fiihaa khaaliduun(a)
258
"Apakah kamu tidak memperhatikan, orang yang mendebat Ibrahim tentang Rabb-nya (Allah), karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: 'Rabb-ku ialah yang menghidupkan dan mematikan'. Orang itu berkata: 'Saya dapat menghidupkan dan mematikan'. Ibrahim berkata: 'Sesungguhnya, Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat', lalu heran terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."– (QS.2:258)
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Alam tara ilaal-ladzii haajja ibraahiima fii rabbihi an aataahullahul mulka idz qaala ibraahiimu rabbiyal-ladzii yuhyii wayumiitu qaala anaa uhyii waumiitu qaala ibraahiimu fa-innallaha ya'tii bisy-syamsi minal masyriqi fa'ti bihaa minal maghribi fabuhital-ladzii kafara wallahu laa yahdiil qaumazh-zhaalimiin(a)
259
"Atau apakah (kamu tidak memperhatikan), orang-orang yang melalui suatu negeri, yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: 'Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini, setelah roboh'. Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidup-kannya kembali. Allah bertanya: 'Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?'. Ia menjawab: 'Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari'. Allah berfirman: 'Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, bagaimana kami menyusunnya kembali, kemudian Kami menutupnya kembali dengan daging'. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati), diapun berkata: 'Saya yakin, bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu'."– (QS.2:259)
أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّى يُحْيِي هَذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ وَانْظُرْ إِلَى حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Au kaal-ladzii marra 'ala qaryatin wahiya khaawiyatun 'ala 'uruusyihaa qaala anna yuhyii hadzihillahu ba'da mautihaa faamaatahullahu mii-ata 'aamin tsumma ba'atsahu qaala kam labitsta qaala labitstu yauman au ba'dha yaumin qaala bal labitsta mii-ata 'aamin faanzhur ila tha'aamika wasyaraabika lam yatasannah waanzhur ila himaarika walinaj'alaka aayatan li-nnaasi waanzhur ilal 'izhaami kaifa nunsyizuhaa tsumma naksuuhaa lahman falammaa tabai-yana lahu qaala a'lamu annallaha 'ala kulli syai-in qadiirun
260
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: 'Ya Rabb-ku, perlihatkanlah kepadaku, bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang yang mati'. Allah berfirman: 'Apakah kamu belum percaya'. Ibrahim menjawab: 'Saya telah percaya, akan tetapi agar bertambah tetap hati saya'. Allah berfirman: '(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu jinakkanlah burung-burung itu kepadamu, kemudian letakkanlah tiap-tiap seekor darinya (di) atas tiap-tiap bukit. Sesudah itu panggillah dia, niscaya dia akan datang kepada kamu dengan segera'. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana."– (QS.2:260)
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Wa-idz qaala ibraahiimu rabbi arinii kaifa tuhyil mauta qaala awalam tu'min qaala bala walakin liyathma-inna qalbii qaala fakhudz arba'atan minath-thairi fashurhunna ilaika tsummaaj'al 'ala kulli jabalin minhunna juz-an tsummaad'uhunna ya'tiinaka sa'yan waa'lam annallaha 'aziizun hakiimun
261
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, (sedangkan) pada tiap-tiap bulir(nya terdapat) seratus biji. Allah melipat-gandakan (ganjaran), bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya), lagi Maha Mengetahui."– (QS.2:261)
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Matsalul-ladziina yunfiquuna amwaalahum fii sabiilillahi kamatsali habbatin anbatat sab'a sanaabila fii kulli sunbulatin mii-atu habbatin wallahu yudhaa'ifu liman yasyaa-u wallahu waasi'un 'aliimun
262
"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi, apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya, dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Rabb-mereka. Tidak ada kekuatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati."– (QS.2:262)
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلا أَذًى لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
Al-ladziina yunfiquuna amwaalahum fii sabiilillahi tsumma laa yutbi'uuna maa anfaquu mannan walaa adzan lahum ajruhum 'inda rabbihim walaa khaufun 'alaihim walaa hum yahzanuun(a)
263
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf, lebih baik dari sedekah, yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan sipenerima). Allah Maha Kaya, lagi Maha Penyantun."– (QS.2:263)
قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ
Qaulun ma'ruufun wamaghfiratun khairun min shadaqatin yatba'uhaa adzan wallahu ghanii-yun haliimun
264
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu, dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya, karena riya kepada manusia, dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu, seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun, dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir itu."– (QS.2:264)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuu laa tubthiluu shadaqaatikum bil manni wal adza kaal-ladzii yunfiqu maalahu ri-aa-annaasi walaa yu'minu billahi wal yaumi-aakhiri famatsaluhu kamatsali shafwaanin 'alaihi turaabun faashaabahu waabilun fatarakahu shaldan laa yaqdiruuna 'ala syai-in mimmaa kasabuu wallahu laa yahdiil qaumal kaafiriin(a)
265
"Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya, karena mencari keredhaan Allah, dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi, yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya, dua kali lipat (banyaknya). Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat, apa yang kamu perbuat."– (QS.2:265)
وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Wamatsalul-ladziina yunfiquuna amwaalahumuubtighaa-a mardhaatillahi watatsbiitan min anfusihim kamatsali jannatin birabwatin ashaabahaa waabilun faaatat ukulahaa dhi'faini fa-in lam yushibhaa waabilun fathallun wallahu bimaa ta'maluuna bashiirun
266
"Apakah ada salah seorang di antaramu, yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu, sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah, Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu, supaya kamu memikirkan-nya."– (QS.2:266)
أَيَوَدُّ أَحَدُكُمْ أَنْ تَكُونَ لَهُ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ لَهُ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَأَصَابَهُ الْكِبَرُ وَلَهُ ذُرِّيَّةٌ ضُعَفَاءُ فَأَصَابَهَا إِعْصَارٌ فِيهِ نَارٌ فَاحْتَرَقَتْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
Ayawaddu ahadukum an takuuna lahu jannatun min nakhiilin waa'naabin tajrii min tahtihaal anhaaru lahu fiihaa min kullits-tsamaraati waashaabahul kibaru walahu dzurrii-yatun dhu'afaa-u faashaabahaa i'shaarun fiihi naarun faahtaraqat kadzalika yubai-yinullahu lakumuaayaati la'allakum tatafakkaruun(a)
267
"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah), sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi, untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk, lalu kamu nafkahkan darinya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya, melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya, lagi Maha Terpuji."– (QS.2:267)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَلا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ إِلا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuu anfiquu min thai-yibaati maa kasabtum wamimmaa akhrajnaa lakum minal ardhi walaa tayammamuul khabiitsa minhu tunfiquuna walastum biaakhidziihi ilaa an tughmidhuu fiihi waa'lamuu annallaha ghanii-yun hamiidun
268
"Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan dari-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya), lagi Maha Mengetahui."– (QS.2:268)
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Asy-syaithaanu ya'idukumul faqra waya'murukum bil fahsyaa-i wallahu ya'idukum maghfiratan minhu wafadhlaa wallahu waasi'un 'aliimun
269
"Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal."– (QS.2:269)
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلا أُولُو الألْبَابِ
Yu'tiil hikmata man yasyaa-u waman yu'tal hikmata faqad uutiya khairan katsiiran wamaa yadz-dzakkaru ilaa uuluul albaab(i)
270
"Apa saja yang kamu nafkahkan, atau apa saja yang kamu nazarkan, maka sesungguhnya, Allah mengetahuinya. Orang-orang yang berbuat zalim, tidak ada seorang penolongpun bagi-nya."– (QS.2:270)
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ نَفَقَةٍ أَوْ نَذَرْتُمْ مِنْ نَذْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
Wamaa anfaqtum min nafaqatin au nadzartum min nadzrin fa-innallaha ya'lamuhu wamaa li-zhzhaalimiina min anshaarin
271
"Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyi-kannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui, apa yang kamu kerjakan."– (QS.2:271)
إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
In tubduush-shadaqaati fani'immaa hiya wa-in tukhfuuhaa watu'tuuhaal fuqaraa-a fahuwa khairun lakum wayukaffiru 'ankum min sai-yi-aatikum wallahu bimaa ta'maluuna khabiirun
272
"Bukanlah kewajibanmu, menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah yang memberi petunjuk (memberi taufik), siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik, yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu, melainkan karena mencari keredhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik, yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup, sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya."– (QS.2:272)
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلأنْفُسِكُمْ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لا تُظْلَمُونَ
Laisa 'alaika hudaahum walakinnallaha yahdii man yasyaa-u wamaa tunfiquu min khairin fal-anfusikum wamaa tunfiquuna ilaaabtighaa-a wajhillahi wamaa tunfiquu min khairin yuwaffa ilaikum wa-antum laa tuzhlamuun(a)
273
"(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir, yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu, menyangka mereka orang kaya, karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka, dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang, secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik, yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui."– (QS.2:273)
لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الأرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
Lilfuqaraa-il-ladziina uhshiruu fii sabiilillahi laa yastathii'uuna dharban fiil ardhi yahsabuhumul jaahilu aghniyaa-a minatta'affufi ta'rifuhum bisiimaahum laa yasaluunannaasa ilhaafan wamaa tunfiquu min khairin fa-innallaha bihi 'aliimun
274
"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari, secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Rabb-nya. Tidak ada kekuatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."– (QS.2:274)
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
Al-ladziina yunfiquuna amwaalahum billaili wannahaari sirran wa'alaaniyatan falahum ajruhum 'inda rabbihim walaa khaufun 'alaihim walaa hum yahzanuun(a)
275
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan, lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya, larangan dari Rabb-nya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu ,(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."– (QS.2:275)
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لا يَقُومُونَ إِلا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Al-ladziina ya'kuluunarribaa laa yaquumuuna ilaa kamaa yaquumul-ladzii yatakhabbathuhusy-syaithaanu minal massi dzalika biannahum qaaluuu innamaal bai'u mitslurribaa waahallallahul bai'a waharramarribaa faman jaa-ahu mau'izhatun min rabbihi faantaha falahu maa salafa waamruhu ilallahi waman 'aada fa-uula-ika ashhaabunnaari hum fiihaa khaaliduun(a)
276
"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa."– (QS.2:276)
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
Yamhaqullahurribaa wayurbiish-shadaqaati wallahu laa yuhibbu kulla kaffaarin atsiimin
277
"Sesungguhnya, orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shaleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Rabb-nya. Tidak ada kekuatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."– (QS.2:277)
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
Innal-ladziina aamanuu wa'amiluush-shaalihaati waaqaamuush-shalaata waaatawuuzzakaata lahum ajruhum 'inda rabbihim walaa khaufun 'alaihim walaa hum yahzanuun(a)
278
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut), jika kamu orang-orang yang beriman."– (QS.2:278)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuuut=taquullaha wadzaruu maa baqiya minarribaa in kuntum mu'miniin(a)
279
"Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya."– (QS.2:279)
فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لا تَظْلِمُونَ وَلا تُظْلَمُونَ
Fa-in lam taf'aluu fa'dzanuu biharbin minallahi warasuulihi wa-in tubtum falakum ruuusu amwaalikum laa tazhlimuuna walaa tuzhlamuun(a)
280
"Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh, sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui."– (QS.2:280)
وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Wa-in kaana dzuu 'usratin fanazhiratun ila maisaratin wa-an tashaddaquu khairun lakum in kuntum ta'lamuun(a)
281
"Dan peliharalah dirimu dari (azab, yang terjadi pada) hari, yang pada waktu itu, kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna, terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya."– (QS.2:281)
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ
Waattaquu yauman turja'uuna fiihi ilallahi tsumma tuwaffa kullu nafsin maa kasabat wahum laa yuzhlamuun(a)
282
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai, untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya, sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Rabb-nya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun dari hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya), atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu redhai, supaya jika seorang lupa, maka seorang lagi mengingat-kannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan), apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian, dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai, yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah, apabila kamu berjual-beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya, hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertaqwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."– (QS.2:282)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ وَلْيَكْتُبْ بَيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ وَلا يَأْبَ كَاتِبٌ أَنْ يَكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللَّهُ فَلْيَكْتُبْ وَلْيُمْلِلِ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْئًا فَإِنْ كَانَ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيهًا أَوْ ضَعِيفًا أَوْ لا يَسْتَطِيعُ أَنْ يُمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهُ بِالْعَدْلِ وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنِ مِنْ رِجَالِكُمْ فَإِنْ لَمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الأخْرَى وَلا يَأْبَ الشُّهَدَاءُ إِذَا مَا دُعُوا وَلا تَسْأَمُوا أَنْ تَكْتُبُوهُ صَغِيرًا أَوْ كَبِيرًا إِلَى أَجَلِهِ ذَلِكُمْ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ وَأَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَأَدْنَى أَلا تَرْتَابُوا إِلا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً حَاضِرَةً تُدِيرُونَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَلا تَكْتُبُوهَا وَأَشْهِدُوا إِذَا تَبَايَعْتُمْ وَلا يُضَارَّ كَاتِبٌ وَلا شَهِيدٌ وَإِنْ تَفْعَلُوا فَإِنَّهُ فُسُوقٌ بِكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuu idzaa tadaayantum bidainin ila ajalin musamman faaktubuuhu walyaktub bainakum kaatibun bil 'adli walaa ya'ba kaatibun an yaktuba kamaa 'allamahullahu falyaktub walyumlilil-ladzii 'alaihil haqqu walyattaqillaha rabbahu walaa yabkhas minhu syai-an fa-in kaanal-ladzii 'alaihil haqqu safiihan au dha'iifan au laa yastathii'u an yumilla huwa falyumlil walii-yuhu bil 'adli waastasyhiduu syahiidaini min rijaalikum fa-in lam yakuunaa rajulaini farajulun waamraataani mimman tardhauna minasyyuhadaa-i an tadhilla ihdaahumaa fatudzakkira ihdaahumaal akhra walaa ya'basyyuhadaa-u idzaa maa du'uu walaa tasamuu an taktubuuhu shaghiiran au kabiiran ila ajalihi dzalikum aqsathu 'indallahi waaqwamu li-sysyahaadati waadna alaa tartaabuu ilaa an takuuna tijaaratan haadhiratan tudiiruunahaa bainakum falaisa 'alaikum junaahun alaa taktubuuhaa waasyhiduu idzaa tabaaya'tum walaa yudhaarra kaatibun walaa syahiidun wa-in taf'aluu fa-innahu fusuuqun bikum waattaquullaha wayu'allimukumullahu wallahu bikulli syai-in 'aliimun
283
"Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai), sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya), dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Rabb-nya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyi-kannya, maka sesungguhnya, ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Mengetahui, apa yang kamu kerjakan."– (QS.2:283)
وَإِنْ كُنْتُمْ عَلَى سَفَرٍ وَلَمْ تَجِدُوا كَاتِبًا فَرِهَانٌ مَقْبُوضَةٌ فَإِنْ أَمِنَ بَعْضُكُمْ بَعْضًا فَلْيُؤَدِّ الَّذِي اؤْتُمِنَ أَمَانَتَهُ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آثِمٌ قَلْبُهُ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
Wa-in kuntum 'ala safarin walam tajiduu kaatiban farihaanun maqbuudhatun fa-in amina ba'dhukum ba'dhan falyu'addil-ladziii'tumina amaanatahu walyattaqillaha rabbahu walaa taktumuusy-syahaadata waman yaktumhaa fa-innahu aatsimun qalbuhu wallahu bimaa ta'maluuna 'aliimun
284
"Kepunyaan Allah-lah, segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kamu melahirkan, apa yang ada di dalam hatimu. atau kamu menyembunyi-kannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu, tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni, siapa yang dikehendaki-Nya, dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."– (QS.2:284)
لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Lillahi maa fiis-samaawaati wamaa fiil ardhi wa-in tubduu maa fii anfusikum au tukhfuuhu yuhaasibkum bihillahu fayaghfiru liman yasyaa-u wayu'adz-dzibu man yasyaa-u wallahu 'ala kulli syai-in qadiirun
285
"Rasul (Muhammad) telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Rabb-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): 'Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya', dan mereka mengatakan: 'Kami dengar dan kami taat'. (Mereka berdo'a): 'Ampunilah kami ya Rabb-kami dan kepada Engkaulah tempat kembali'."– (QS.2:285)
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Aamanarrasuulu bimaa unzila ilaihi min rabbihi wal mu'minuuna kullun aamana billahi wamalaa-ikatihi wakutubihi warusulihi laa nufarriqu baina ahadin min rusulihi waqaaluuu sami'naa waatha'naa ghufraanaka rabbanaa wailaikal mashiir(u)
286
"Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya, dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo'a): 'Ya Rabb-kami, janganlah Engkau hukum kami, jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb-kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami, beban yang berat, sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb-kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami, apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir'."– (QS.2:286)
لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Laa yukallifullahu nafsan ilaa wus'ahaa lahaa maa kasabat wa'alaihaa maaaktasabat rabbanaa laa tu'aakhidznaa in nasiinaa au akhtha'naa rabbanaa walaa tahmil 'alainaa ishran kamaa hamaltahu 'alaal-ladziina min qablinaa rabbanaa walaa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaa bihi waa'fu 'annaa waaghfir lanaa waarhamnaa anta maulaanaa faanshurnaa 'alal qaumil kaafiriin(a)

Teks Bacaan Surat Al Mulk Arab Latin Indonesia dan Terjemahannya

$
0
0
Surat Al Mulk . Sahabat yang diu cintai, kali ini admin akan menyajikan mengenai surah Al Mulk. Surat Al Mulk Diturunkan di Makkiyah, Terdiri dari 30 ayat, dan termasuk kepada juz. surat ini menggambarkan dan membuktikan totalitas komprehensif atau menyeluruh tentang ketuhanan. Ciptaan tampaknya memang terdiri dari berbagai sistem yang berbeda, dengan masing-masing sistem bergerak menuju pencapaian penuh potensinya, dan sistem-sistem ini saling berjalin berkelindan, entah terlihat maupun tidak.

satu Pencipta yang tak terbatasi oleh waktu dan meliputi seluruh makhluk. Segenap anugerah dan rahmat itu dimaksudkan agar kita bisa mengetahui rahmat-Nya yang tak berbatas, kasih sayang dari sang Pencipta yang Maha Pengasih, tempat kembali seluruh makhluk, dan yang dengan rahmat-Nya seluruh makhluk diciptakan. silahkan baca dibawah ini

Teks Bacaan Surat Al Mulk Arab Latin Indonesia dan Terjemahannya



بِِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.
No.
Teks terjemahan
Teks Qur'an dan latinnya
001
"Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,"– (QS.67:1)
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Tabaarakal-ladzii biyadihil mulku wahuwa 'ala kulli syai-in qadiirun
002
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."– (QS.67:2)
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Al-ladzii khalaqal mauta wal hayaata liyabluwakum ai-yukum ahsanu 'amalaa wahuwal 'aziizul ghafuur(u)
003
"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah, sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang."– (QS.67:3)
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ
Al-ladzii khalaqa sab'a samaawaatin thibaaqan maa tara fii khalqir-rahmani min tafaawutin faarji'il bashara hal tara min futhuurin
004
"Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu, dengan tidak menemukan sesuatu cacat, dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah."– (QS.67:4)
ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ
Tsummaarji'il bashara karrataini yanqalib ilaikal basharu khaasi-an wahuwa hasiirun
005
"Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala."– (QS.67:5)
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
Walaqad zai-yannaassamaa-addunyaa bimashaabiiha waja'alnaahaa rujuuman li-sysyayaathiini wa-a'tadnaa lahum 'adzaabassa'iir(i)
006
"Dan orang-orang yang kafir kepada Rabb-nya, memperoleh azab Jahanam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali."– (QS.67:6)
وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Walil-ladziina kafaruu birabbihim 'adzaabu jahannama wabi-asal mashiir(u)
007
"Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya, mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak,"– (QS.67:7)
إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ
Idzaa ulquu fiihaa sami'uu lahaa syahiiqan wahiya tafuur(u)
008
"hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: 'Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia), seorang pemberi peringatan?'."– (QS.67:8)
تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ
Takaadu tamai-yazu minal ghaizhi kullamaa ulqiya fiihaa faujun saalahum khazanatuhaa alam ya'tikum nadziirun
009
"Mereka menjawab: 'Benar ada', sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: 'Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu (Muhammad) tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar'."– (QS.67:9)
قَالُوا بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلا فِي ضَلالٍ كَبِيرٍ
Qaaluuu bala qad jaa-anaa nadziirun fakadz-dzabnaa waqulnaa maa nazzalallahu min syai-in in antum ilaa fii dhalalin kabiirin
010
"Dan mereka berkata: 'Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya tidaklah kami termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala'."– (QS.67:10)
وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Waqaaluuu lau kunnaa nasma'u au na'qilu maa kunnaa fii ashhaabissa'iir(i)
011
"Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala."– (QS.67:11)
فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لأصْحَابِ السَّعِيرِ
Faa'tarafuu bidzanbihim fasuhqan ashhaabissa'iir(i)
012
"Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Rabb-nya, Yang tidak tampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar."– (QS.67:12)
إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ
Innal-ladziina yakhsyauna rabbahum bil ghaibi lahum maghfiratun wa-ajrun kabiirun
013
"Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati."– (QS.67:13)
وَأَسِرُّوا قَوْلَكُمْ أَوِ اجْهَرُوا بِهِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
Wa-asirruu qaulakum awiijharuu bihi innahu 'aliimun bidzaatish-shuduur(i)
014
"Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Maha Halus, lagi Maha Mengetahui."– (QS.67:14)
أَلا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
Alaa ya'lamu man khalaqa wahuwallathiiful khabiir(u)
015
"Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rejeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan."– (QS.67:15)
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ ذَلُولا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Huwal-ladzii ja'ala lakumul ardha dzaluulaa faamsyuu fii manaakibihaa wakuluu min rizqihi wa-ilaihinnusyuur(u)
016
"Apakah kamu (aman) merasa terhadap Allah, yang di langit, bahwa Dia menjungkir-balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang,"– (QS.67:16)
أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ
Aamintum man fiissamaa-i an yakhsifa bikumul ardha fa-idzaa hiya tamuur(u)
017
"atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah, yang di langit, bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui, bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku."– (QS.67:17)
أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ
Am amintum man fiissamaa-i an yursila 'alaikum haashiban fasata'lamuuna kaifa nadziir(i)
018
"Dan sesungguhnya, orang-orang yang sebelum mereka, telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku."– (QS.67:18)
وَلَقَدْ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ
Walaqad kadz-dzabal-ladziina min qablihim fakaifa kaana nakiir(i)
019
"Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung, yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka. Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu."– (QS.67:19)
أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلا الرَّحْمَنُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيرٌ
Awalam yarau ilath-thairi fauqahum shaaffaatin wayaqbidhna maa yumsikuhunna ilaar-rahmanu innahu bikulli syai-in bashiirun
020
"Atau siapakah dia yang menjadi tentara (pengawal) bagimu, yang akan menolongmu selain daripada Allah Yang Maha Pemurah. Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu."– (QS.67:20)
أَمْ مَنْ هَذَا الَّذِي هُوَ جُنْدٌ لَكُمْ يَنْصُرُكُمْ مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ إِنِ الْكَافِرُونَ إِلا فِي غُرُورٍ
Am man hadzaal-ladzii huwa jundun lakum yanshurukum min duunir-rahmani inil kaafiruuna ilaa fii ghuruurin
021
"Atau siapakah dia ini yang memberi kamu rejeki, jika Allah menahan rejeki-Nya? Sebenarnya mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri."– (QS.67:21)
أَمْ مَنْ هَذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ بَلْ لَجُّوا فِي عُتُوٍّ وَنُفُورٍ
Am man hadzaal-ladzii yarzuqukum in amsaka rizqahu bal lajjuu fii 'utuu-win wanufuurin
022
"Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu, lebih banyak mendapat petunjuk, ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus."– (QS.67:22)
أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمْ مَنْ يَمْشِي سَوِيًّا عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Afaman yamsyii mukibban 'ala wajhihi ahda am man yamsyii sawii-yan 'ala shiraathin mustaqiimin
023
"Katakanlah: 'Dia-lah yang menciptakan kamu, dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati'. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur."– (QS.67:23)
قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ
Qul huwal-ladzii ansyaakum waja'ala lakumussam'a wal abshaara wal af-idata qaliilaa maa tasykuruun(a)
024
"Katakanlah: 'Dia-lah yang menjadikan kamu berkembang-biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nya-lah kelak kamu dikumpulkan'."– (QS.67:24)
قُلْ هُوَ الَّذِي ذَرَأَكُمْ فِي الأرْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Qul huwal-ladzii dzaraakum fiil ardhi wa-ilaihi tuhsyaruun(a)
025
"Dan mereka berkata: 'Kapankah datangnya ancaman itu, jika kamu adalah orang-orang yang benar'."– (QS.67:25)
وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Wayaquuluuna mata hadzaal wa'du in kuntum shaadiqiin(a)
026
"Katakanlah: 'Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah. Dan sesungguhnya, aku (Muhammad) hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan'."– (QS.67:26)
قُلْ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ
Qul innamaal 'ilmu 'indallahi wa-innamaa anaa nadziirun mubiinun
027
"Ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat) sudah dekat, muka orang-orang kafir itu menjadi muram. Dan dikatakan (kepada mereka), inilah (azab) yang dahulunya kamu selalu meminta-mintanya."– (QS.67:27)
فَلَمَّا رَأَوْهُ زُلْفَةً سِيئَتْ وُجُوهُ الَّذِينَ كَفَرُوا وَقِيلَ هَذَا الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تَدَّعُونَ
Falammaa ra-auhu zulfatan sii-at wujuuhul-ladziina kafaruu waqiila hadzaal-ladzii kuntum bihi tadda'uun(a)
028
"Katakanlah: 'Terangkanlah kepadaku, jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama dengan aku, atau memberi rahmat kepada kami, (maka kami akan masuk surga), tetapi siapakah yang dapat melindungi orang-orang yang kafir dari siksa yang pedih'."– (QS.67:28)
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَهْلَكَنِيَ اللَّهُ وَمَنْ مَعِيَ أَوْ رَحِمَنَا فَمَنْ يُجِيرُ الْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
Qul ara-aitum in ahlakaniyallahu waman ma'iya au rahimanaa faman yujiirul kaafiriina min 'adzaabin aliimin
029
"Katakanlah: 'Dia-lah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah kami bertawakal. Kelak kamu akan mengetahui siapakah dia yang berada dalam kesesatan yang nyata'."– (QS.67:29)
قُلْ هُوَ الرَّحْمَنُ آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ
Qul huwar-rahmanu aamannaa bihi wa'alaihi tawakkalnaa fasata'lamuuna man huwa fii dhalalin mubiinin
030
"Katakanlah: 'Terangkanlah kepadaku, jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?'."– (QS.67:30)
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَصْبَحَ مَاؤُكُمْ غَوْرًا فَمَنْ يَأْتِيكُمْ بِمَاءٍ مَعِينٍ
Qul ara-aitum in ashbaha maa'ukum ghauran faman ya'tiikum bimaa-in ma'iinin
Demikianlan yang admin bisa sajikan mengenaiBacaan Surah Al Mulk, Semoga bermanfaat dan memudahkan anda untuk membaca Ayat Al-qur'an . Terimalash selamat membaca.

Doa Qunut Nazilah dan Terjemahannya

$
0
0
Doa Qunut Nazilah dan Terjemahannya. Sahabat budiman kali ini admin akan mengulas mengenai doa qunut, Baik tapi sebelum kepada pembehasan mengenai doa kunut kita harus tahu apa sih pengertian qunut dan dalil mana yang memerintahkan kita untuk membaca Bacaan doa qunut. Hukum membaca Doa qunut. Silahkan simak pembahasan berikut ini. 

Pengertian Doa Qunut

Kata Qunut secara bahasa memiliki banyak makna, di antaranya:
الْمَشْهُورُ فِي اللُّغَةِ أَنَّ الْقُنُوتَ الدُّعَاءُ
“Yang populer dalam bahasa bahwa makna qunut adalah doa” (Lihat, 
 أَنَّ الْقُنُوتَ يُطْلَقُ عَلَى الدُّعَاءِ بِخَيْرٍ وَشَرٍّ ، يُقَال : قَنَتَ لَهُ وَقَنَتَ عَلَيْهِ
“Bahwa kata qunut digunakan dalam makna doa, baik doa kebaikan maupun kejelekan. Dikatakan: qanata lahu (berdoa kebaikan untuknya) dan qanata ‘alaih (berdoa kejelekan atasnya)”. (Lihat, Tahrir Alfazh at-Tanbih, hal. 73)

Nabi Muhammad Saw. melakukan qunut dalam berbagai keadaan dan cara (seperti banyak diriwayatkan dalam hadits-hadits tentang qunut ini). Pernah Nabi berqunut pada setiap lima waktu, yaitu pada saat ada nazilah (musibah). Saat kaum muslimin mendapat musibah atau malapetakan, misalnya ada golongan muslimin yang teraniaya atau tertindas. Pernah pula Nabi qunut muthlaq, tanpa sebab khusus.


Pendapat ulama pun berbeda-beda mengenai qunut dan muthlaq ini (seperti lazimnya, sesuai interpretasi dan pilihan menurut sandar kesahihan masing-masing terhadap hadis-hadis yang ada tentang itu). Ada yang berpendapat qunut muthlaq hanya dilakukan pada waktu shalat Witir sebelum rukuk (Hanafi) atau sesudah rukuk (Hanbali). Ada pula yang berpendapat bahwa qunut itu hanya disunnahkan pada waktu shalat Subuh sebelum ruku kedua (Maliki). Ada pula yang berpendapat bahwa qunut itu dilakukan waktu shalat Subuh dan shalat Witir pertengahan terakhir bulan Ramadlan setelah rukuk terakhir (Syafi’i). Untuk lebih luasnya, silahkan membaca Ibanat al-Ahkaam I/428-433; al-Fiqhu ‘alaa al-Madzhaahib al-Arba’ah I/336-340; dan Bidayat al-Mujtahid I/131-133).


Sejarah Penetapan Syariat Qunut 

Selama perjalanan dakwah Rasulullah saw., sungguh banyak musibah yang menimpa umat Islam, baik yang bersifat alami maupun karena faktor manusiawi, yaitu sifat hasud yang menimbulkan kezaliman.

Musibah karena faktor manusiawi pernah dialami oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya, terutama pada periode Mekah. Amar bin Yasir, Bilal bin Rabbah, dan sahabat lainnya, bahkan Rasul sendiri pernah diganggu oleh tokoh-tokoh Quraisy ketika salat di Masjidil Haram. Demikian pula ketika hijrah ke Madinah, musibah itu bukan berkurang bahkan terlalu banyak untuk dihitung. Meskipun demikian, pada umumnya musibah-musibah itu disikapi oleh beliau dengan berdoa biasa.

Namun ketika terjadi empat musibah besar, Rasulullah saw. menyikapinya secara berbeda. Sikap beliau itu menunjukkan bahwa musibah itu merupakan sesuatu yang “luar biasa” bagi beliau. Adapun musibah itu adalah sebagai berikut:

Pertama, pada tahun ke-2 hijrah, ketika pribadi-pribadi muslim berada dalam cengkraman kafir karena meninggalkan kemusyrikannya. Mereka mati terbunuh ketika hendak menemui Nabi saw. di Madinah, antara lain al-Walid bin al-Walid bin al-Mughirah, saudaranya Khalid bin al-Walid. Ia termasuk salah seorang di antara 70 orang dari kaum musyrik yang ditawan pada perang Badar. Setelah dibebaskan oleh saudaranya Hisyam dan Khalid, ia masuk Islam. Karena itu, ia dilecehkan dan ditahan oleh kaum musyrik di Mekah. Maka Nabi mendoakan keselamatan bagi dirinya waktu qunut, sebagaimana diterangkan oleh Abu Hurairah:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو فِي دُبُرِ صَلَاةِ الظُّهْرِ اللَّهُمَّ خَلِّصِ الْوَلِيدَ بْنَ الْوَلِيدِ وَسَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ وَعَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ وَضَعَفَةَ الْمُسْلِمِينَ مِنْ أَيْدِي الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ لَا يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا – رواه أحمد –
“SesungguhnyaRasulullah saw. pernah berdoa pada akhir salat dzuhur, ‘Ya, Allah, selamatkanlah al-Walid bin al-Walid, Salamah bin Hisyam, ‘Ayasy bin Abu Rabi’ah, dan kaum muslimin yang lemah, dari kezhaliman orang musyrik, mereka tidak mampu untuk keluar dari mereka’.” H.r. Ahmad

Pada riwayat Al-Bukhari diterangkan secara tegas dengan beberapa redaksi:

كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَدْعُوَ عَلَى أَحَدٍ أَوْ يَدْعُوَ لِأَحَدٍ قَنَتَ بَعْدَ الرُّكُوعِ فَرُبَّمَا قَالَ إِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اللَّهُمَّ أَنْجِ الْوَلِيدَ بْنَ الْوَلِيدِ …

Beliau bila hendak mendoakan kecelakan atas seseorang atau mendoakan kebaikan bagi seseorang, beliau qunut sesudah ruku (kadang-kadang Abu Huraerah berkata) sesudah mengucapkan sami’allahu liman hamidah, ya Allah selamatkanlah al-Walid bin al-Walid…

قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو فِي الْقُنُوتِ اللَّهُمَّ أَنْجِ سَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ اللَّهُمَّ…

Nabi saw. berdoa waktu qunut, ‘Ya Allah, selamatkanlah Salamah bin Hisyam, ya Allah… 


كَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ يَقُوْلُ اللَّهُمَّ أَنْجِ عَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ …


bila bangkit dari ruku terakhir beliau berdoa, ‘Ya Allah selamatkanlah Ayyasy bin Abu Mu’awiyah… 

Doa Nabi diijabah, ia dapat meloloskan diri dari tawanan itu dan bertemu dengan Nabi saw. waktu Umrah al-Qadha. Lalu ia mengirim surat kepada saudaranya Khalid bin al-Walid agar masuk Islam. Melalui wasilah al-Walid inilah Khalid pun tertarik kepada Islam. Setelah Rasulullah saw. kembali ke Madinah, al-Walid bermaksud menyusul beliau. Namun sebelum sampai tujuan, ia dibantai oleh kaum kafir. (lihat,Al-Ishabah fi Tamyizis Shahabah, Juz VI, h. 590; Al-Isti’ab, IV:118-119)

Kedua, pada tahun ke-3 hijiriah ketika kaum Quraisy ingin menuntut balas atas kematian para pemimpin dan tokoh mereka yang tewas pada perang badar. Kekuatan Quraisy yang berjumlah 3000 orang dengan motif balas dendam, menyerang kaum muslimin yang berjumlah 600 orang yang motifnya mempertahankan akidah, iman, dan agama Allah. Pada pertempuran ini, pahlawan-pahlawan teladan dari kalangan muslimin jatuh berguguran. Bahkan Rasul sendiri mengalami luka yang cukup serius, dengan wajah dan bibir pecah-pecah, serta dua buah gigi serinya tanggal. Nabi Muhamad berhasil lolos dari maut. Dengan segelintir sahabat yang masih hidup, beliau mendaki gunung Uhud, dan dapat menyelamatkan diri dari kejaran musuh. Menurut Ibnu Jarir, sambil mengusap darah yang bercucuran pada wajahnya, beliau mengatakan, “Mengapa berjaya kaum yang mewarnai wajah nabi mereka dengan darah, padahal ia menyeru mereka kepada Allah” (Al-Kamil fit Tarikh, II:155) Sedangkan dalam riwayat Muslim diterangkan.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُسِرَتْ رَبَاعِيَتُهُ يَوْمَ أُحُدٍ وَشُجَّ فِي رَأْسِهِ فَجَعَلَ يَسْلُتُ الدَّمَ عَنْهُ وَيَقُولُ كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ شَجُّوا نَبِيَّهُمْ وَكَسَرُوا رَبَاعِيَتَهُ وَهُوَ يَدْعُوهُمْ إِلَى اللَّهِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ( لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ ) - رواه مسلم -

“Sesungguhnya Rasulullah saw. pecah giginya pada perang Uhud dan luka di kepalanya, …dan beliau berkata, ‘Mengapa berjaya kaum yang melukai Nabi mereka dan memecahkan giginya, padahal ia menyeru mereka kepada Allah, maka Allah menurunkan (ayat) laisa laka minal amri syaiun.”

Ayat laisa laka minal amri syaiun (Q.s. Ali Imran:128) diturunkan pada tahun ke-3 hijriah. Adapun maksud ayat tersebut, Allah swt. menerangkan taqsim atau tanwi’ dengan menggunakan kata-kata au, yakni menerangkan golongan kafir yang menerima bermacam-macam nasib. Allah menakdirkan terjadinya peperangan, antara lain perang Uhud, yaitu Allah hendak membagi manusia kafir menjadi beberapa macam, ada sebagian yang musnah binasa, dan ada golongan yang lemah rendah, ada golongan yang diberi tobat, dan ada golongan yang disiksa, dan dalam ketentuan tersebut semuanya ada pada kekuasaan Allah, tidak ada sedikitpun wewenang dan kekuasaan pada kamu (wahai Muhamad) (Istifta, K.H.E. Abdurrahman)

Adapun sikap Rasulullah saw. dalam menghadapi peristiwa ini dapat kita lihat dari penjelasan para sahabat, antara lain Ibnu Umar:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَرَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ قَالَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ فِي الْأَخِيرَةِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ( لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ ) – رواه البخاري –

“Sesungguhnya Nabi saw. pada salat shubuh ketika bangkit dari ruku mengucapkan allahumma rabbana walakal hamdu, kemudian berdoa, ‘Ya Allah, laknatlah si Pola dan si Polan, maka Allah menurunkan (ayat) laisa laka minal amri…” H.r. Al-Bukhari

Sedangkan orang-orang yang didoakan oleh Nabi, dijelaskan pada riwayat Ahmad sebagai berikut:

اللَّهُمَّ الْعَنِ الْحَارِثَ بْنَ هِشَامٍ اللَّهُمَّ الْعَنْ سُهَيْلَ بْنَ عَمْرٍو اللَّهُمَّ الْعَنْ صَفْوَانَ بْنَ أُمَيَّةَ قَالَ فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ (لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ) قَالَ فَتِيبَ عَلَيْهِمْ كُلِّهِمْ – أحمد –

“Ya Allah laknatlah al-Harits bin Hisyam, ya Allah laknatlah Suhail bin Amr, ya Allah laknatlah Shafwan bin Umayyah (Ibnu Umar berkata) maka turun ayat ini laisa laka…(Ibnu Umar berkata) Lalu tobat mereka diterima” H.r. Ahmad

Ketiga, Rombongan ‘Adhl dan al-Qarah, kaum kafir dari kabilah Banu Lihyan, memohon kepada Rasulullah agar mengirimkan para muballigh. Tapi ternyata mereka berkhianat, 8 orang di antara utusan Rasul yang dipimpin Ashim bin Tsabit (kakek Ashim bin Umar bin Khatab) itu dibunuh dengan cara yang kejam, di pangkalan air milik Hudzail di daerah yang disebut ar-Raji’ (sekitar Hijaz), sedangkan 2 orang ditangkap dan ditawan, yang kemudian dibawa ke Mekah dan dijual. Kedua orang tersebut ialah Khubaib bin ‘Adi dan Zaid bin ad-Datsinah. Dalam keadaan terkepung dan sebelum dibunuh, Ashim berdoa:

أَللَّهُمَّ أَخْبِرْ عَنَّا نَبِيَّكَ

“Ya Allah, kabarkanlah kepada nabi-Mu tentang kami” .

Peristiwa itu terkenal dengan nama ar-Raji’ (Lihat, Fathul Bari, VII:130-131; Tarikh at-Thabari, II:77; As-Sirah an-Nabawiyyah libni Hisyam, IV:123;)

Keempat, rombongan Ri’lin dan Dzakwan, kaum kafir dari kabilah Banu Sulaim, mengundang mubaligh-mubaligh Islam, dan berjanji akan menjamin keamanannya. Tapi ternyata mereka berkhianat, membunuh secara biadab 70 orang al-qurra. Al-Qurra adalah mereka yang pada siang hari giat mencari rezeki dengan jalan yang halal, kemudian hasilnya dipergunakan memenuhi keperluan maka para ahli Suffah. Para Ahlu Suffah adalah para pelajar yang menetap di serambi mesjid Rasulullah saw. Al-Qurra itu sendiri pada malam harinya turut juga belajar kepada Rasulullah saw., pada setiap malam mereka giat mendirikan salat dan membaca Alquran. Peristiwa itu terkenal dengan nama Bi’ru Ma’unah. (lihat, Fathul Bari, VII:139, Zadul Ma’ad, III:214)

Kedua peristiwa di atas terjadi pada bulan dan tahun yang sama, yaitu bulan Shafar tahun ke-4 hijriah. Karena berdekatannya peristiwa tersebut, oleh Imam Al-Bukhari keduanya dijadikan judul secara bergandengan dalam kitab al-Maghazi. (lihat, Fathul Bari, VII:130)

Rasulullah saw. sangat terpukul setelah mendengar berita peristiwa tersebut. Anas bin Malik mengatakan:

قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرًا حِينَ قُتِلَ الْقُرَّاءُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَزِنَ حُزْنًا قَطُّ أَشَدَّ مِنْهُ – رواه البخاري –

“Sesungguhnya Nabi saw. berqunut sebulan lamanya ketika al-qurra dibunuh, dan saya tidak pernah melihat beliau berduka cita yang lebih mendalam dari itu” H.r. Al-Bukhari

Adapun sikap beliau terhadap peristiwa tersebut dapat dilihat pada keterangan-keterangan sebagai berikut: Ibnu Abas mengatakan:

قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرًا مُتَتَابِعًا فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَصَلَاةِ الصُّبْحِ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ إِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ عَلَى رِعْلٍ وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ وَيُؤَمِّنُ مَنْ خَلْفَهُ

Rasulullah saw. pernah berqunut selama sebulan berturu-turut diwaktu dluhur, ashar,maghrib, isya dan shubuh diakhir tiap-tiap salat sesudah beliau membaca samiallahu liman hamidah dari rakaat yang terakhir. Beliau mendoakan kecelakaan atas mereka kabilah-kabilah Bani Sulaim, yaitu bani Ri’il, Dzakwan dan Ushayyah, dan makmum yang ada di belakang mengaminkan beliau. H.R. Abu Daud, Sunan Abu Daud II:68; Ahmad, Musnad Ahmad I:301; Ibnu Khuzaimah, Sahih Ibnu Khuzaimah I:313; Al Hakim, Al Mustadrak I: 348; Al Baihaqi, As Sunanul Qubra II:200.

Anas mengatakan:

قَنَتَ شَهْرًا فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ عَلَى رِعْلٍ وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ وَبَنِي لِحْيَانَ – رواه البخاري –

“Beliau qunut sebulan lamanya pada salat subuh mendoakan kecelakaan atas kabilah-kabilah Arab, yaitu Ri’il, Dzakwan, Ushayyah, dan Banu Lihyan.” H.r. Al-Bukhari 

Al-Qasthalani berkata, “Dari doa ini akan disangka bahwa Banu Lihyan termasuk kaum yang membunuh al-Qura di Bi’ru Ma’unah. Padahal tidak demikian, karena yang membunuh al-Qura hanya Ri’il, Dzakwan, Ushayyah, dan sahabat mereka dari kaum Banu Sulaim, sedangkan Banu Lihyan adalah yang membunuh utusan ar-Raji’. Dan berita kematian mereka (peristiwa Bi’ru Ma’unah dan ar-Raji’) sampai kepada Nabi pada waktu yang sama, lalu beliau menduakan para sahabatnya yang terbunuh di dua tempat dengan du’a yang sama” Lihat, Bulughul Amani, juz. III, hal. 297

Ibnu Hajar mengatakan, “Dalil yang menunjukkan berdekatannya kedua peristiwa tersebut adalah hadis Anas bahwa Nabi menyatukan (penyebutan) antara Banu Lihyan dan Banu Ushayyah serta yang lainnya pada doa beliau” Fathul Bari, VIII:132

Keterangan-keterangan di atas menunjukkan bahwa keempat musibah di atas disikapi oleh Nabi saw. dengan sikap yang istimewa, berdoa secara khusus dan dengan amaliah yang khusus, yaitu setelah bangkit dari ruku pada rakaat terakhir di salat wajib. Amaliah ini oleh para sahabat diistilahkan dengan qunut.

Qunut dilakukan oleh Nabi saw. dengan memperhatikan kualitas orang yang terkena musibah itu, bukan kuantitasnya, bukan karena dahsyatnya peristiwa yang terjadi, melainkan karena hilangnya sokoguru kehidupan Islam untuk masa depan. Wafatnya kader-kader terbaik yang kuat akidahnya serta patuh terhadap Islam secara lahir batin. Kaum muslimin kehilangan “tangan-tangan suci” untuk perjuangan suci, kehilangan “putera-putera” Islam yang layak menempati kedudukan mulia. Bagaimanakah kehidupan masyarakat akan terselenggara dengan baik bila orang-orang seperti tidak muncul kembali ? Dengan wafatnya mereka maka hakikat Islam akan hilang dari muka Bumi.

Dengan demikian, tidak setiap musibah yang menimpa kaum muslimin layak disikapi dengan qunut, justru banyak peristiwa yang terjadi yang harus disikapi dengan introspeksi dan mencari solusi, bukan dengan qunut.

Dari keterangan-keterangan di atas, kami berkesimpulan bahwa Qunut dilakukan ketika terjadi musibah besar bagi Islam, yaitu terbunuhnya orang-orang yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. sokoguru kehidupan Islam untuk masa depan.
2. kader-kader terbaik yang kuat akidahnya serta patuh terhadap Islam secara lahir batin
3. “tangan-tangan suci” untuk perjuangan suci.
4. Putera-putera Islam yang layak menempati kedudukan mulia

Qunut Tiap Shubuh

Masalah qunut khusus pada salat shubuh merupakan masalah lama yang telah diperbincangkan oleh para ulama, ustadz, dan orang-orang awam. Ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa qunut Shubuh itu sunnah, bahkan ada pula yang berpendapat bahwa qunut itu bagian dari shalat, apabila tidak diker-jakan, maka shalatnya tidak sempurna, bahkan mereka katakan harus sujud sahwi. Ada pula yang berpendapat bahwa qunut Shubuh itu tidak boleh dikerjakan, bahkan ada pula yang berpendapat bahwa qunut Shubuh itu bid’ah. 

Nah Supaya Lebih Jelas dan Terarah, Mana yang mesti kita amalkan atau mesti kita tinggal, Silahkan simak beberapa pendapat Para Ulama:

Pendapat Ulama Yang Menyunnahkannya

Sebagian orang ada yang mengatakan: “Madzhab kami berpendapat sunnah berqunut pada shalat Shubuh, baik ada nazilah ataupun tidak ada nazilah.”

Apabila kita perhatikan kita dapat mengetahui bahwa yang melatarbelakangi pendapat mereka adalah ‘anggapan’ mereka tentang ke-shahih-an hadits tentang qunut Shubuh secara terus-menerus. Akan tetapi setelah dianalisa hemat kami semua hadis tersebut ternyata dha’if (lemah). Penjelasan kedaifannya dapat dibaca pada pembahasan selanjutnya.

Kemungkinan besar, ulama yang menyunahkannya belum mengetahui tentang kelemahan hadis-hadis itu. Bila kita bandingkan dengan pernyataan para ulama sebagai berikut:

1. Imam Ibnul Mubarak berpendapat tidak ada qunut pada salat Shubuh.

2. Imam Abu Hanifah berkata: “Qunut Shubuh (terus-menerus itu) dilarang.” Lihat,Subul as-Salam, I:378.

3. Abul Hasan al-Kurajiy asy-Syafi’i (wafat th. 532 H), beliau tidak mengerjakan qunut Shubuh. Dan ketika ditanya: “Mengapa demikian?” Beliau menjawab, “Tidak ada satu pun hadits yang shah tentang masalah qunut Shubuh!!”Lihat, Silsilah al-Ahaadits adh-Dha’iifah wa al-Maudhu’ah, II:388.

4. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata, “Tidak ada sama sekali petunjuk dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan qunut Shubuh terus-menerus. Jumhur ulama berkata: “Tidaklah qunut Shubuh ini dikerjakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan tidak ada satupun dalil yang sah yang menerangkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan demikian.” Lihat, Zaad al-Ma’aad, I:271 & 283, tahqiq Syu’aib al-Arnauth dan ‘Abdul Qadir al-Arnauth

5. Syaikh Sayyid Sabiq berkata, “Qunut Shubuh tidak disyari’atkan kecuali bila ada nazilah (musibah) itu pun dilakukan di lima waktu shalat, dan bukan hanya di waktu shalat Shubuh. Imam Abu Hanifah, Ahmad bin Hanbal, Ibnul Mubarak, Sufyan ats-Tsauri dan Ishaq, mereka semua tidak melakukan qunut Shubuh.” Lihat, Fiqh as-Sunnah, I:167-168

Di sini akan kami kemukakan hadis-hadis yang dijadikan pegangan oleh mereka yang berpendapat qunut Shubuh itu sunnah atau bagian dari shalat, dan pendapat para ulama-ulama yang berpendapat sebaliknya karena hadis-hadis itu dianggap daif.

Hadis Pertama

Dari Anas bin Malik, ia berkata:

مَا زَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِي الْفَجْرِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا

“Rasulullah saw. senantiasa berqunut pada salat shubuh hingga beliau berpisah dari dunia (wafat).” H.r. Ahmad, al-Musnad, III:162; ‘Abdurrazzaq, al-Mushannaf, III:110; Ibnu Abi Syaibah, al-Mushannaf, II:312; ath-Thahawi, Syarah Ma’an al-Atsar, I:244; ad-Daraquthni, Sunan ad-Daraquthni, II:39; al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, II:201; al-Baghawi, Syarh as-Sunnah, III:124; Ibn al-Jauzi, al-‘Ilal al-Mutanahiyah, I:441, No.753.

Semuanya telah meriwayatkan hadits ini dari jalan Abu Ja’far ar-Razi (yang telah menerima hadits ini) dari Rubaiyyi’ bin Anas, ia berkata, “Aku pernah duduk di sisi Anas bin Malik, lalu ada (seseorang) yang bertanya, ‘Apakah sesungguhnya Rasulullah saw, pernah qunut selama sebulan?’ Kemudian Anas bin Malik menjawab, ‘...(Seperti redaksi hadis di atas).

Keterangan: Hadis ini telah dinyatakan daif oleh para Ahli Hadis:

1. Imam Ibnu Turkamani yang memberikan ta’liq (ko-mentar) atas Sunan Baihaqi membantah pernyataan al-Baihaqi yang mengatakan hadits itu shahih. Ia berkata: “Bagaimana mungkin sanadnya shahih? Sedang perawi yang meriwayatkan dari Rubaiyyi’, yaitu Abu Ja’far ‘Isa Bin Mahan Ar-Razi, diperbincangkan oleh para Ahli Hadits. (Lihat, as-Sunan al-Kubra, I:202)

[1]. Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam an-Nasa-i ber-kata, “Ia bukan orang yang kuat riwayatnya”. [2]. Imam Abu Zur’ah berkata, “Ia banyak salah”. [3]. Imam al-Fallas berkata, “Ia buruk hafalannya”. [4]. Imam Ibnu Hibban menyatakan bahwa ia sering membawakan hadis-hadis munkar dari orang-orang yang masyhur” (Lihat, Mizan al-I’tidal, III:319, Tarikh Baghdad, XI:146, Tahdzib at-Tahdzib, XII:57)

2. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata, “Abu Ja’far ini telah didaifkan oleh Imam Ahmad dan imam-imam yang lain… Syaikh kami Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata kepadaku, ‘Sanad hadits ini (hadits qunut Shubuh) sama dengan sanad hadits (yang ada dalam Mustadrak al-Hakim, II:323-324) tentang ma-salah Ruh yang diambil perjanjian dalam surat al-A’raf:172…Ibnul Qayyim berkata, “Maksud dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ialah bahwa Abu Ja’far ‘Isa bin Mahan ar-Razi adalah orang yang sering membawakan hadis-hadis munkar. Yang tidak ada seorang pun dari Ahli Hadits yang berhujjah dengannya ketika dia menyendiri (dalam periwayatannya).” Saya katakan: “Dan di antara hadis-hadis itu ialah hadis qunut Shubuh terus-menerus.”(Lihat, Zaad al-Ma’aad, I:276)

3. Al-Hafizh Ibnu Katsir ad-Damsyqiy asy-Syafi’i dalam kitab tafsirnya juga menyatakan bahwa riwayat Abu Ja’far ar-Razi itu munkar.

4. Al-Hafizh az-Zaila’i dalam kitabnya Nashb ar-Raayah (II;132) sesudah membawakan hadits Anas di atas, ia berkata: “Hadits ini telah dilemahkan oleh Ibnul Jauzi di dalam kitabnya at-Tahqiq dan al-‘Ilalul Muta-nahiyah, ia berkata: Hadits ini tidak sah, karena sesungguhnya Abu Ja’far ar-Razi, namanya adalah Isa bin Mahan, dinyatakan oleh Ibnul Madini: ‘Ia sering keliru.’”

5. Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata, “Hadis Anas munkar.” Lihat,Silsilah al-Ahaadits adh-Dha’iifah, No. 1238.

Hadis Kedua

قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَأَحْسِبُهُ قَالَ رَابِعٌ حَتَّى فَارَقْتُهُمْ 

Rasulullah saw. pernah qunut, begitu juga Abu bakar, Umar, Usman. dan saya (rawi) menyangka dan yang keempat berkata sampai saya berpisah dengan mereka”. H.r. ad-Daruquthni, Sunan ad-Daruquthni, II:166-167 dan al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, II:201, Keduanya telah meriwayatkan hadits yang kedua ini dari jalan Isma’il bin Muslim al-Makki dan Ibnu Ubaid (yang keduanya telah terima hadits ini ) dari al-Hasan al-Bashri (yang telah terima hadits ini) dari Anas (bin Malik).

Penjelasan para ahlis hadis tentang rawi hadis diatas

1. Isma’il bin Muslim al-Makki, ia adalah seorang yang lemah haditsnya. Abu Zur’ah berkata, “Ia adalah seorang perawi yang lemah.” Imam Ahmad dan yang lainnya berkata, “Ia adalah seorang munkarul hadits.”Imam an-Nasa-i dan yang lainnya berkata, “Ia seorang perawi yang matruk (seorang perawi yang ditinggalkan atau tidak dipakai, karena tertuduh dusta).”Imam Ibnul Madini berkata, “Tidak boleh ditulis haditsnya ...". Lihat, Mizan al-I'tidal, I:248 No. 945, Taqrib at-Tahdzib, I:99 No. 485.

2. Amr bin Ubaid bin Bab (Abu ‘Utsman al-Bashri), adalah seorang Mu’tazilah yang selalu mengajak manusia untuk berbuat bid’ah. Imam Ibnu Ma’in berkata, “Tidak boleh ditulis haditsnya.”Imam an-Nasa-i berkata: “Ia matrukul hadits.”Lihat, Mizan al-I'tidal III:273 No. 6404, Taqrib at-Tahdzib, I:740 No. 5087.

3. Hasan bin Abil Hasan Yasar al-Bashri, namanya yang sudah masyhur adalah Hasan al-Bashri. Al-Hafizh adz-Dzahabi dan al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Ia adalah seorang Tabi’in dan seorang yang mempunyai keutamaan, akan tetapi ia banyak me-mursal-kan hadits dan sering melakukan tadlis. Dan dalam hadits di atas, ia memakai sighat ‘an (dari)” Lihat, Mizan al-I’tidal, I:527, Tahdzib at-Tahdzib, II:231, Taqrib at-Tahdzib, I:202 No. 1231.

Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa hadis yang kedua di atas itu derajatnya dha’ifun jiddan (sangat lemah), sehingga hadis tersebut tidak dapat dijadikan penguat (syahid) bagi hadis Anas di atas. Dan sekaligus juga tidak dapat dijadikan sebagai hujjah.

Qunut Pada Salat Witir

Sepanjang pengetahuan kami, hadis tentang qunut pada salat witir diriwayatkan dari beberapa orang sahabat; Al-Hasan bin Ali, Ibnu Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali bin Abu Thalib

Hadis qunut pada salat witir dari sahabat Al-Hasan bin Ali diriwayatkan melalui beberapa jalan dengan redaksi yang agak berbeda.

A. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Abu Daud, Al-Baghawi, Ath-Thabrani, dan Al-Hakim melalui rawi Abu Ishaq as-Sabi’i, dari Buraid bin Abu Maryam, dari Abu Al-Haura, dengan redaksi sebagai berikut:

قَالَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِىٍّ رضى الله عنهما عَلَّمَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَلِمَاتٍ أَقُولُهُنَّ فِى الْوِتْرِ قَالَ ابْنُ جَوَّاسٍ فِى قُنُوتِ الْوِتْرِ « اللَّهُمَّ اهْدِنِى فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِى فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِى فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِى شَرَّ مَا قَضَيْتَ إِنَّكَ تَقْضِى وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ ».

Al-Hasan bin Ali berkata, “Rasulullah saw. Telah mengajarkan kepadaku beberapa kalimat yang aku ucapkan pada witir. Kata Ibnu Jawwas dengan lafal “pada qunut witir”: Allaahummah dinii fiiman hadaita.. (lihat, Sunan At-Tirmidzi, II:328, Sunan Abu Daud, I:329, Syarh as-Sunnah, III:172, al-Mu’jam al-Kabir, III:73 hadis No. 2701, 2702, 2703, 2706, 2707, 2713, Al-Mustadrak, III:173)

B. Diriwayatkan oleh An-Nasai (Sunan An-Nasai, III:275) melalui rawi-rawi yang sama dengan di atas, dengan redaksi

عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَاتٍ أَقُولُهُنَّ فِي الْوِتْرِ فِي الْقُنُوتِ اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ إِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darimi, dan Ath-Thabrani dengan lafazh فى قنوت الوتر (lihat, Sunan Ibnu Majah, II:49-50; Musnad Ahmad I:200;Sunan Ad-Darimi, I:373; Al-Mu’jam al-Kabir, III:74 hadis No. 2705, 2712)

C. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani (Al-Mu’jam al-Kabir, III:72 hadis No. 2700 ) melalui rawi Hisyam bin Urwah, dari Aisyah, dari Al-Hasan bin Ali, dengan redaksi

عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دُعَاءَ الْقُنُوْتِ فِى الْوِتْرِ اللَّهُمَّ اهْدِنَا فِيمَنْ هَدَيْتَ ، وَعَافِنَا فِيمَنْ عَافَيْتَ ، وَتَوَلَّنَا فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ ، وَبَارِكْ لَنَا فِيمَا أَعْطَيْتَ ، وَقِنَا شَرَّ مَا قَضَيْتَ ، إِنَّكَ تَقْضِى وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ ، وإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ

D. Diriwayatkan oleh Abdurrazaq (Al-Mushannaf III:117) melalui rawi Al-Hasan bin Umarah, dari Buraid bin Abu Maryam, dari Abu al-Haura, dengan lafazh

وَعَلَّمَنِي كَلِمَاتٍ أَدْعُوْ بِهِنَّ فِي آخِرِ الْقُنُوْتِ اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ فَإِنَّكَ تَقْضِي ، وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ ، وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

E. Diriwayatkan oleh Abu Ya’la (Musnad Abu Ya’la XII:127, No. 6759) melalui rawi Syu’bah, dari Ibnu Abi Maryam, dengan redaksi

قال ابن أبي مريم: سمعت السعدي يقول. قلت للحسن ما تحفظ من رسوالله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: سمعته يدعو فى هذا الدعاء اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ...

F. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani (Al-Kabir III:75 hadis No. 2708) melalui rawi Al-Hasan bin Ubaidillah, dari Ibnu Abi Maryam, dari Abu Al-Haura, dengan lafazh

قلت للحسن بن علي ... وعقلت عنه الصلوات الخمس وكلما أقولهن عند انقضائهن قال اللهم اهدني فيمن هديت ...

G. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi (as-Sunan al-Kubra, III:38, No. 5055) dan Al-Hakim (al-Mustadrak, III:188, No. 4800) melalui rawi Hisyam bin Urwah, dari Urwah, dari Aisyah, dengan redaksi

عَلَّمَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى وِتْرِى إِذَا رَفَعْتُ رَأْسِى وَلَمْ يَبْقَ إِلاَّ السُّجُودُ :« اللَّهُمَّ اهْدِنِى فِيمَنْ هَدَيْتَ ، وَعَافِنِى فِيمَنْ عَافَيْتَ ، وَتَوَلَّنِى فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ ، وَبَارِكْ لِى فِيمَا آتَيْتَ ، وَقِنِى شَرَّ مَا قَضَيْتَ ، إِنَّكَ تَقْضِى وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ ، إِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ - المستدرك على

Sedangkan hadis Ibnu Mas’ud diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan Ad-Daraquthni melalui rawi Alqamah dengan redaksi

بِتُّ مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- لأَنْظُرَ كَيْفَ يَقْنُتُ فِى وِتْرِهِ ، فَقَنَتَ قَبْلَ الرُّكُوعِ

“Aku bermalam bersama Nabi saw. Aku benar-benar melihat bagaimana beliau qunut pada witirnya. Beliau qunut sebelum ruku’.” Lihat, as-Sunan al-Kubra, III:41, No. 5060 dan Sunan Ad-Daraquthni II:32, No. 4.

Demikian pula diriwayatkan Ad-Daraquthni melalui rawi Suwaid bin Ghaflah dari sahabat Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali dengan redaksi

عَنْ سُوَيْد بْنِ غَفَلَةَ، قَالَ سَمِعْت أَبَا بَكْرٍ. وَعُمَرَ. وَعُثْمَانَ. وَعَلِيًّا، يَقُولُونَ: قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي آخِرِ الْوِتْرِ، وَكَانُوا يَفْعَلُونَ ذَلِكَ

Dari Suwaid bin Ghaflah, ia berkata, “Aku mendengar Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali mereka berkata, ‘Rasulullah saw. qunut di akhir witir’. Dan mereka pun melakukan hal itu”. Lihat, Sunan Ad-Daraquthni, II:22

Hadis yang semakna diriwayatkan pula oleh Ibnu Majah (Sunan Ibnu Majah II:5) melalui rawi Said bin Abdurrahman bin Abza, dari sahabat Ubay bin ka’ab.

Berdasarkan riwayat-riwayat di atas, sebagian ulama menetapkan adanya qunut pada salat witir.

Hukum Membaca doa qunut

Berikut ini adalah hadist-hadist mengenai doa qunut, Silahkan simak dibawah ini: 

HADITS PERTAMA 

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَنَتَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرًا مُتَتَابِعًا فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَصَلاَةِ الْصُّبْحِ فِيْ دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ إِذَا قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، مِنَ الرَّكْعَةِ اْلأَخِرَةِ يَدْعُوْ عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ بَنِيْ سُلَيْمٍ عَلَى رِعْلٍ وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ، وَيُؤَمِّنُ مَنْ خَلْفَهُ. (وَكَانَ أَرْسَلَ يَدْعُوْهُمْ إِلَى اْلإِسْلاَمِ فَقَتَلُوْهُمْ . قَالَ عِكْرِمَةُ : هَذَا مِفْتَاحُ الْقُنُوْتِ).

اخرجه أبو داود رقم (1443) وابن الجارود رقم (106) وأحمد (1/ 301-302) والحاكم (1/325-326) والبيهقي (2/200) وقال الحاكم: صحيح على شرط البخاري ووافقه الذهبي . 


Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah qunut selama satu bulan secara terus-menerus pada shalat Zhuhur, ‘Ashar, Maghrib, Isya dan Shubuh di akhir setiap shalat, (yaitu) apabila ia mengucap Sami’Allahu liman hamidah di raka’at yang akhir, beliau mendo’akan kebinasaan atas kabilah Ri’lin, Dzakwan dan ‘Ushayyah yang ada pada perkampungan Bani Sulaim, dan orang-orang di belakang beliau mengucapkan amin. 

Hadits ini telah diriwayatkan oleh Abu Dawud[1], Ibnul Jarud[2], Ahmad[3], al-Hakim dan al-Baihaqi[4]. Dan Imam al-Hakim menambahkan bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus para da’i agar mereka (kabilah-kabilah itu) masuk Islam, tapi malah mereka membunuh para da’i itu. ‘Ikrimah berkata: Inilah pertama kali qunut diadakan. 

Lihat Irwaa-ul Ghalil II/163

HADITS KEDUA


عَنْ أنَسٍ قَالَ: قَنَتَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرًا بَعْدَ الرُّكُوْعِ يَدْعُو عَلَى حَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ ثُمَّ تَرَكَهُ.





خرجه البخاري رقم: (4089) والنسائي (2/203204) والطحاوي (1/245) وأحمد (3/115 و180 و217 و261 و3/191 و249) وهذا لفظه وسنده صحيح على شرط الشيخين وهو عند مسلم رقم: (677) دون قوله: بعد الركوع) 




Dari Anas, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah qunut selama satu bulan setelah bangkit dari ruku’, yakni mendo’a kebinasaan untuk satu kabilah dari kabilah-kabilah Arab, kemudian beliau meninggal-kannya (tidak melakukannya lagi).”

Diriwayatkan oleh Ahmad[5], Bukhari[6], Muslim[7], an-Nasaa-i[8], ath-Thahawi[9].

Dalam hadits Ibnu Abbas dan hadits Anas dan beberapa hadits yang lainnya menunjukkan bahwa pertama kali qunut dilakukan ialah ketika Bani Sulaim yang terdiri dari Kabilah Ri’lin, Hayyan, Dzakwan dan ‘Ushayyah meminta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mau mengajarkan mereka tentang Islam.

Maka, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus kepada mereka tujuh puluh orang qurra’ (para penghafal al-Qur'an), sesampainya mereka di sumur Ma’unah, mereka (para qurra’) itu dibunuh semuanya. Pada saat itu, tidak ada kesedihan yang lebih menyedihkan yang menimpa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selain kejadian itu. Maka kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam qunut selama satu bulan, yang kemudian beliau tinggalkan. 

Di antaranya adalah hadits Ibnu ‘Umar dan Abu Hu-rairah di bawah ini:



وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ فِي الرَّكْعَةِ اْلأَخِرَةِ مِنَ الْفَجْرِ يَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ الْعَنْ فُلاَنًا وَفُلاَنًا وَفُلاَنًا بَعْدَمَا يَقُوْلُ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ . فَأَنْـزَلَ اللَّهُ: 



Dari Ibnu Umar, “Sesungguhnya ia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau mengangkat kepalanya dari ruku’ di raka’at yang terakhir ketika shalat Shubuh, ia membaca: “Allahummal ‘an fulanan wa fulanan wa fulanan (Ya Allah laknatlah si fulan dan si fulan dan si fulan) sesudah ia membaca Sami’allaahu liman hamidahu. Kemudian Allah menurunkan ayat (yang artinya): ‘Sama sekali soal (mereka) itu bukan menjadi urusanmu, apakah Allah akan menyiksa mereka atau akan mengampuni mereka. Maka sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang zhalim.’” [Ali ‘Imraan: 128]

Hadits shahih riwayat Ahmad (II/147) 

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ اِذَا أَرَادَ أَنْ يَدْعُوَ عَلَى أَحَدٍ أَوْ يَدْعُوَ ِلأَحَدٍ قَنَتَ بَعْدَ الرُّكُوْعِ، فَرُبَّمَا قَالَ: إِذَا قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اَللَّهُمَّ اَنْجِ الْوَلِيْدَ بْنَ الْوَلِيْدِ، وَسَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ، وَعَيَّاشَ بْنَ أَبِيْ رَبِيْعَةَ وَالْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ. اَللَّهُمَّ اشْدُدُ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ، وَاجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ سِنِيْنَ كَسِنِيْ يُوْسُفَ. 
قَالَ: يَجْهَرُ بِذَلِكَ، وَكَانَ يَقُوْلُ فِيْ بَعْضِ صَلاَتِهِ فِي صَلاَةِ الْفَجْرِ: اَللَّهُمَّ الْعَنْ فُلاَنًا وَفُلاَنًا. ِلأَحْيَاءٍ مِنَ الْعَرْبِ حَتَّى أَنْزَلَ اللَّهُ: 

Dari Abu Hurairah, “Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, apabila hendak mendo’akan kecelakaan atas seseorang atau mendo’akan kebaikan untuk seseorang, beliau mengerjakan qunut sesudah ruku’, dan kemungkinan apabila ia membaca: Sami’allahu liman hamidah, (lalu) beliau membaca, ‘Allahumma… dan seterusnya (yang artinya: Ya Allah, selamatkanlah Walid bin Walid dan Salamah bin Hisyam dan ‘Ayyasy bin Abi Rabi’ah dan orang-orang yang tertindas dari orang-orang Mukmin. Ya Allah, keraskanlah siksa-Mu atas (kaum) Mudhar, Ya Allah, jadikanlah atas mereka musim kemarau seperti musim kemarau (yang terjadi pada zaman) Yusuf.’”

Abu Hurairah berkata, “Nabi keraskan bacaannya itu dan ia membaca dalam akhir shalatnya dalam shalat Shu-buh: Allahummal ‘an fulanan… dan seterusnya (Ya Allah, laknatlah si fulan dan si fulan) yaitu (dua orang) dari dua kabilah bangsa Arab, sehingga Allah menurunkan ayat: ‘Sama sekali urusan mereka itu bukan menjadi urusanmu... (dan seterusnya).’” 

Hadits shahih riwayat Ahmad ii/255 dan al-Bukhari No 4560

Di dalam hadits shahih riwayat Imam al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya no. 1004 disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah qunut pada shalat Shubuh dan Maghrib.

Lafazhnya adalah sebagai berikut:


عَنْ اَنَسٍ قَالَ: كَانَ الْقُنُوْتُ فِي الْمَغْرِبِ وَالْفَجْرِ.





Dari Anas, ia berkata, “Qunut itu ada dalam shalat Maghrib dan Shubuh.”

Dan dalam hadits yang shahih pula disebutkan bahwa Abu Hurairah pernah qunut pada shalat Zhuhur dan ‘Isya sesudah mengucapkan Sami’allahu liman hamidahu (setelah bangkit dari ruku’ (di saat sedang i’tidal).), ia berdo’a untuk kebaikan/kemenangan kaum Mukminin dan melaknat orang-orang kafir. Kemudian Abu Hurairah berkata: “Shalatku ini menyerupai shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Lafazh haditsnya secara lengkap adalah sebagai berikut:


وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : َلأُقَرِّبَنَّ بِكُمْ صَلاَةَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ يَقْنُتُ فِي الرَّكْعَةِ اْلآخِرَةِ مِنْ صَلاَةِ الظُّهْرِ وَالْعِشَاءِ اْلأَخِرَةِ وَصَلاَةِ الصُّبْحِ بَعْدَ مَا يَقُوْلُ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ. فَيَدْعُوْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَيَلْعَنُ الْكُفَّارَ.





Dan dari Abu Hurairah, ia berkata, “Sungguh aku akan mendekatkan kamu dengan shalat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka, Abu Hurairah kemudian qunut dalam raka’at yang akhir dari shalat Zuhur, ‘Isya dan shalat Shubuh, sesudah ia membaca: ‘Sami’allahu liman hamidah.’ Lalu ia mendo’akan kebaikan untuk orang-orang Mukmin dan melaknat orang-orang kafir.”

Hadits shahih riwayat Ahmad (II/255), al-Bukhari (no. 797) dan Muslim (no.676 (296), ad-Daraquthni (II/37 atau II/165) cet. Darul Ma’rifah.

Memang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah qunut pada shalat Shubuh, begitu juga Abu Hurairah, akan tetapi ingat, bahwa hal itu bukan semata-mata dilakukan pada shalat Shubuh saja! Sebab apabila dibatasi pada shalat Shubuh saja, maka hal ini akan berten-tangan dengan riwayat yang sangat banyak sekali yang menyebutkan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan qunut pada lima waktu shalat yang wajib. Menurut hadits yang keenam bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak qunut melainkan apabila beliau hendak mendo’akan kebaikan atau mendo’akan kebinasaan atas suatu kaum. Maka apabila beliau qunut itu menunjukkan ada musibah yang menimpa ummat Islam dan dilakukan selama satu bulan[10]

[Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M]
_______ Sumber: Ust.A mukhtar
Footnote
[1]. Dalam kitab al-Musnad (I/301-302).
[2]. Dalam kitab Mustadrak-nya (I/225-226).
[3]. Dalam kitab Sunanul Kubra (II/200 & II/212).
[4]. Dalam kitab al-Musnad III/115, 180, 217, 261 & III/191, 249.
[5]. Di dalam kitab Shahih-nya no. 4089.
[6]. Dalam kitab Shahih-nya no.677 (304), tanpa lafazh “ba’dar ruku’.”
[7]. Dalam kitab Sunan-nya II/203-204.
[8]. Dalam kitab Syarah Ma’anil Atsar (I/245). 
[9]. Dan hadits ini telah diriwayatkan pula oleh Abu Dawud ath-Thayalisi dalam Musnad-nya no.1989, Abu Dawud no.1445, sebagaimana juga telah disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab Bulughul Maram no.287, lihat juga kitab Irwaa-ul Ghalil II/163.
[10]. Sebelum ini telah disebutkan hadits-hadits yang menunjukkan adanya qunut pada shalat Shubuh, Zhuhur, ‘Ashar, dan ‘Isya, adapun yang menerangkan adanya qunut pada shalat Maghrib, adalah hadits Bara’ bin ‘Azib:


وَعَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْنُتُ فِي صَلاَةِ الصُّبْحِ وَالْمَغْرِبِ. 





Dari Baraa’ bin ‘Azib, “Sesungguhnya Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam pernah qunut dalam shalat Shubuh dan Maghrib.” 


Hadits shahih riwayat Ahmad IV/285, Muslim no.678 (306), Abu Dawud no.1441, at-Tirmidzi no.401, an-Nasaa-i II/202, ad-Dara-quthni II/36, al-Baihaqi II/198, ath-Thahawi II/242, Abu Dawud ath-Thayalisi dalam Musnad-nya no.737, lafazh ini milik Muslim. Dikutip dari tulisan Ust. Amin Mukhtar.

Silahkan Simak Doa Qunut Nazilah dan Terjemahannya dibawah ini: 

Doa Qunut Nazilah


اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ
Ya Allah ! Ampunilah kami, kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat. Persatukanlah hati mereka. Perbaikilah hubungan di antara mereka dan menangkanlah mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka”.
اَللَّهُمَّ الْعَنْ كَفَرَةَ أَهْلَ الْكِتَابِ الَّذِيْنَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَيُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ وَيُقَاتِلُونَ أَوْلِيَائَكَ
Ya Allah! Laknatlah orang-orang kafir ahli kitab (yahudi dan nashrani) yang senantiasa menghalangi jalan-Mu, mendustakan rasul-rasul-Mu, dan memerangi wali-wali-Mu.
اَللَّهُمَّ خَالِفْ بَيْنَ كَلِمِهِمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِيْ لاَ تَرُدُّهُ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ
Ya Allah! Cerai beraikanlah persatuan dan kesatuan mereka. Goyahkanlah langkah-langkah mereka, dan turunkanlah atas mereka siksa-Mu yang tidak akan Engkau jauhkan dari kaum yang berbuat jahat”.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ
Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah! Sesungguhnya hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan, meminta ampunan, dan senantiasa memuji-Mu atas kebaikan yang diberikan. Kami tidak kufur kepada-Mu, dan kami berlepas diri serta meninggalkan orang-orang yang durhaka kepada-Mu”.
اَللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ. نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ بِالْكُفَّارِ مُلْحِقٌ
Ya Allah! Hanya kepada Engkau kami beribadah, hanya karena Engkau kami shalat dan sujud, hanya kepada Engkau pula kami berusaha dan berkhidmat. Kami sangat mengharap rahmat-Mu dan kami pun takut akan siksa-Mu, karena sesungguhnya siksa-Mu itu tidak akan pernah berkurang atas orang-orang kafir”.


Terjemahan Semuanya:

“ Ya Allah, sesungguhnya kami bermohon pertolongan Mu, kami meminta ampun kepada Mu, kami memohon petunjuk dari Mu, kami beriman kepada Mu, kami berserah kepada Mu dan kami memuji Mu dengan segala kebaikan, kami mensyukuri dan tidak mengkufuri Mu, kami melepaskan diri daripada sesiapa yang durhaka kepada Mu. Ya Allah, Engkau yang kami sembah dan kepada Engkau kami bersalat dan sujud, dan kepada Engkau jualah kami datang bergegas, kami mengharap rahmat Mu dan kami takut akan azab Mu kerana azab Mu yang sebenar akan menyusul mereka yang kufur Ya Allah, Muliakanlah Islam dan masyarakat Islam. Hentikanlah segala macam kezaliman dan permusuham, Bantulah saudara-saudara kami di mana sahaja mereka berada. Angkatlah dari mereka kesusahan, bala, peperangan dan permusuhan. Ya Allah, selamatkanlah kami dari segala keburukan dan janganlah Engkau jadikan kami tempat turunnya bencana, hindarkanlah kami dari segala bala kerana tidak sesiapa yang dapat menghindarkannya melainkan Engkau, ya Allah.”

Demikialah Pembahasan mengenai Doa Qunut. Semoga bermanfaat, Saya yakin anda semuanya pasti lebih bijak dalam memilih pendapat mana yang harus kita amalkan dan pendapat mana yang harus kita tinggalkan. Semuanya tergantung kepada pemahaman masing, Mudah-mudah dengan adanya tulisan ini sedikitnya bisa menambah keilmuan dan keyakinan akan sunnah Rosulullah SAW. Terimakasih, Mohon maaf jika ada tulisan yang salah baik latin maupun arab, ataupun sumber. Segera hubungi admin. Terimakasih

5 Rukun Islam Dan 6 Rukun Iman Serta Penjelasannya

$
0
0
Rukun Islam. Sahabat yang dirahmati Allah SWT, Kali ini admin akan membahas mengenai rukun islan dan rukun iman. dikutip dari wikipedia Rukun Islam (Arab: أركان الإسلام arkān al-Islām; atau أركان الدين arkān al-dīn; "pilar-pilar agama") adalah lima tindakan dasar dalam Islam, dianggap sebagai pondasi wajib bagi orang-orang beriman dan merupakan dasar dari kehidupan Muslim. 

Rukun Islam ada lima perkara, yaitu:

1. Mengucap dua kalimah syahadah.


Syahadat ini memiliki makna mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati lalu mengamalkannya melalui perbuatan. Adapun orang yang mengucapkannya secara lisan namun tidak mengetahui maknanya dan tidak mengamalkannya maka tidak ada manfaat sama sekali dengan syahadatnya.


Makna Syahadat (الشهادة asy-syahādah) berasal dari bahasa Arab berstatus sebagai kata benda masdar شَهَادَة , hasil perobahan dari kata kerja lampau (fi`il Madhi): syahida (شَهِدَ) yang artinya ia telah memberikan persaksian (he give witness); dengan dikasrahkan huruf Ha` (شَهِدَ بكسرالهاء). Arti harfiah syahadat adalah memberikan persaksian (witness, bear witness); memberikan ikrar setia, memberikan pengakuan (giving testimony).
Secara terminologi, syahadat diartikan sebagai pernyataan diri segenap jiwa dan raga atas persaksian bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah (Rasul-Nya).

Dua Kalimat Syahadat
Syahadat terdiri 2 kalimat persaksian yang disebut dengan syahadatain, yaitu:
  • Asyhadu an-laa ilaaha illallaah (ا شهد أن لا إله إلا الله) yg artinya: Saya bersaksi tiada Tuhan Selain Allah
  • Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah (و اشهد أن محمد ر سو ل الله) yg artinya: dan saya bersaksi bahwanya Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

Pengertian Syahadat menurut istilah
Menurut para ulama tauhid ushul al-din (pokok-pokok ilmu agama), berdasarkan 2 kalimat yang terdapat dalam syahadatain, menunjukkan tentang 2 makna, yaitu:


Pengakuan ketauhidan (Syahadat Tauhid).
Artinya, seorang muslim hanya boleh mengakui dan menyembah satu Tuhan, yaitu Allah (Makna Keesaan Tuhan: mengesakan Allah). Bukti Persaksian Syahadat Tauhid yaitu dengan tidak menyekutukan Allah dalam setiap perbuatan, amal ibadah, niat (i`tikad), dll (Poleteisme, berbuatsyirik)

Pengakuan Kerasulan (Syahadat Rasul).
Artinya, seorang muslim wajib mempercayai semua hal yg disampaikan / datang dari Rasulullah. Bukti Persaksian Syahadat Rasul seperti: mengikuti sunnah Rasulullah, menerima hadis Nabi Muhammad sebagai panduan wajib umat Islam.Syahadat Menurut Islam
Menurut pejelasan mayoritas Ulama, syahadat termasuk di dalam 5 rukun Islam (arkān-al-Islām أركان الإسلام) atau rukun agama (arkān ad-dīn أركان الدين) dan ditampilkan pada rukun pertama. Melaksanakan syahadat hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimah.
Penggunaan Kalimat Syahadat

Kalimat syahadat dapat ditemukan pada beberapa ritual ibadah keislaman berikut ini:

Ketika seseorang pertama kali masuk Islam menjadi Muallaf, orang tersebut diwajibkan membaca ikrar 2 kalimat syahadat.
  • Di dalam bacaan sholat pada bagian gerakan duduk tahiyyat sholat.
  • Saat ritual membaca Ijab Kabul ikrar pernikahan dalam Islam
  • Dalam hal-hal lainnya yg berhubungan dengan Islam

2. Mendirikan solat.

وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.

Shalat merupakan ibadah yang sangat agung kedudukannya dan Shalat mendapat perhatian dan prioritas utama dalam Islam. Keutamaan salat dan kedudukannya diantara ibadah-ibadah yang lain
telah dijelaskan dalam Islam. Ia merupakan sarana penghubung antara seorang hamba dengan Tuhannya. Ia juga merupakan gambaran ketaatan seorang hamba akan segala perintah Tuhannya.

3. Menunaikan zakat


 وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ
Pengertian Zakat

Secara bahasa zakat memiliki dua makna (1) an-namau waz ziyadah (tumbuh dan bertambah), (2) at-Tathhir (membersihkan). Sedangkan secara istilah zakat berarti

إِعْطَاءُ جُزْءٍ مَخْصُوْصٍ مِنْ مَالٍ مَخْصُوْصٍ بِوَضْعٍ مَخْصُوْصٍ لِمُسْتَحِقِّهِ

Mengeluarkan bagian yang khusus dari harta yang khusus dengan ketentuan yang khusus bagi mustahiqnya.

Di dalam Alquran kata zakat disebut sebanyak 31 kali yang tersebar di 16 surat sebagai berikut: a. al-Baqarah 5 kali, b. an-Nisa 2 kali, c. al-Maidah 2 kali, d. al-A'raf 1 kali, e. at-Taubah 4 kali, f. Maryam 2 kali, g. al-Anbiya 1 kali, h. al-Hajj 2 kali, i. an-Nur 2 kali, j. an-Naml 1 kali, k. Luqman 1 kali, l. al-Ahzab 1 kali, M. Fushilat 1 kali, N. Mujadilah 1 kali, o. al-Muzammil 1 kali, p. al-Bayyinah 1 kali

Selain menggunakan kata zakat, Alquran menggunakan pula kata shadaqah sebagai kata ganti zakat, seperti

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ – التوبة : 103 -

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Q.s. At-Taubah:103

Berikut ini adalah Tabel Zakat:


TABEL HARTA YANG WAJIB DIZAKATI


No

Jenis Harta

Nishab

Haul

Persentase dan waktu pengeluaran
1

Perak sebagai simpanan

600 gram perak
Masa waktu 1 tahun
2,5 %, dibayar tiap tahun
2

Emas sebagai simpanan

90 gram emas
Masa waktu 1 tahun
2,5 %, dibayar tiap tahun
3
Perak sebagai perhiasan
Tanpa nishab

Tidak ada

2,5 %, satu kali selama dimilki, dibayar sebelum dipake.
4

Emas sebagai perhiasan

Tanpa nishab

Tidak ada

2,5 %, satu kali selama dimilki
5
Uang simpanan tunai atau dalam bentuk surat berhaga 
senilai  90 gram emas
Masa waktu 1 tahun
2,5 %, dibayar tiap tahun
6
Rikaz (barang temuan, harta karun)
Tidak ada

Tidak ada

20 %, dibayar saat diperoleh
7
Ma’adin (barang tambang), seperti besi, timah, bauksit, almunium, tembaga, emas, perak, batubara,

Tidak ada

Tidak ada
2,5 %, dibayar saat diperoleh
8
Arudh tijarah (Barang dagangan)

Tidak ada

Tidak ada
2,5 % dari modal (barang) yang terjual
9
Zira’ah (hasil pertanian)
5 wasaq (± 6,5 kwintal)
Tidak ada
10 % kalau disiram air hujan dan 5 % kalau dengan tenaga manusia. Dikeluarkan setiap kali panen
10
Zakat fitrah
Tidak ada
Tidak ada
1 sha’ (2,5 Kg beras), dibagikan kpd mustahiq setelah shubuh sebelum id selesai.



AL-AN’AM (BINATANG TERNAK).

Menurut dalil yang ada bahwa binatang ternak yang dizakati itu hanya tiga saja, yaitu, Unta, sapi dan kambing. Adapun selain dari tiga macam tersebut belum ditemukan riwayatnya yang jelas.

Ketiga macam binatang tersebut ada nisab dan haulnya, serta ada syarat tambahan yaitu yang mencari makan sendiri. (syarat tambahan ini dalailnya tegas pada kambing dan unta, untuk sapi belum jelas riwayatnya)

Nisab dan rincian jumlah yang harus dizakati.

a. Nisab unta lima ekor. b. Nisab sapi 30 ekor. c. Nisab kambing 40 ekor.

Rincian pembagian unta :
- 5 ekor s/d 9 ekor, zakatnya : 1 ekor kambing
- 10 ekor s/d 14 ekor, zakatnya : 2 ekor kamibing.
- 15 ekor s/d 19 ekor, zakatnya : 3 ekor kamibing.
- 20 ekor s/d 24 ekor, zakatnya : 4 ekor kambing.
- 25 ekor s/d 34 ekor, zakatnya : 1 ekor bintu makhadh (unta betina umur 1 tahun)
- 35 ekor s/d 45 ekor, zakatnya : 1 ekor bintu labun (unta betina umur 2 tahun)
- 46 ekor s/d 60 ekor, zakatnya : 1 ekor hiqqah (unta betina umur 3 tahun)
- 61 ekor s/d 75 ekor, zakatnya ; 1 ekor (unta betina umur 3 tahun)
- 76 ekor s/d 90 ekor, zakatnya : 2 ekor bintu labun.
- 91 ekor s/d 120 ekor, zakatnya : 2 ekor hiqqah.

Apabila lebih dari 120 ekor, maka tiap-tiap 40 ekor zakatnya seekor bintu labun, dan tiap-tiap 50 ekor zakatnya seekor hiqqah.

Rincian pembagian sapi

- tiap 30 ekor sapi zakatnya seekor sapi jantan atau betina yang berumur setahun (tabi’ atau tabi’ah).

- tiap 40 ekor sapi zakatnya seekor sapi betina yang berumur dua tahun (musinnah).

- Kalau seseorang memiliki 120 ekor sapi, maka ia boleh memilih untuk mengeluarkan zakatnya antara 4 ekor tabi’/tabi’ah atau 3 ekor musinnah.

- Kalau seseorang punya 100 ekor sapi, maka ia harus keluarkan zakatnya seekkor musinnah dan dua ekor tabi’/tabi’ah, tidak boleh ia keluarkan tiga ekor tabi’/tabi’ah. Dan begitulah seterusnya.

Rincian pembagian kambing

- 40 ekor s/d 120 ekor, zakatnya 1 ekor kambing
- 121 ekor s/d 200 ekor, zakatnya 2 ekor kambing
- 201 ekor s/d 300 ekor, zakatnya 3 ekor kambing
- apabila lebih dari 300 ekor kambing, maka setiap seratus zakatnya seekor kambing.
- Tentang zakat kambing ini tidak ditentukan umurnya, maka kita mengambil kebiasaannya, jadi bukan anak kambing yang masih menyusu.


5 % jika dalam pengelolaannya memerlukan biaya pengairan, dan 10 % bila diairi oleh hujan.


Para Mustahik Zakat

Kata mustahiq berasal dari kata haq yang artinya benar. Maka kata mustahiq digunakan untuk orang yang berhak menerima zakat. Sedangkan muzaki artinya orang yang membersihkan diri dan hartanya dalam arti yang khusus, yaitu yang membersihkan diri dan hartanya dengan cara mengeluarkan sebagian hartanya sesuai dengan ketentuan zakat. Jika bagi muzaki wajib mengeluarkan zakat maka bagi mustahik sekedar boleh menerima zakat. Maka yang dibenarkan menerima zakat atau dengan kata lain yang berhak menerima zakat adalah yang ditentukan oleh Allah swt. karena AlIah-lah yang menetapkan kewajiban zakat dengan segala ketentuan dan peraturannya. 
Tentang orang-orang yang berhak menerima zakat ini telah ditetapkan oleh Surat Al-Baraah ayat 60. Allah swt berfirman.

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنِ وَالْعَامِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَاْلغَارِمِيْنَ وَفِي سَبِيْلِ اللهِ وَابْنِ السَّبِيْلِ، فَرِيْضَةً مِنَ اللهِ وَالله ُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ.

Hanyalah zakat-zakat itu untuk para fakir, para miskin, amil-amil zakat, orangorang yang dijunakan hati mereka, memerdekakan hamba sahaya, orang-orang yang tenggelam di dalah hutang, fi sabilillah, dan Ibnu sabil, sebagai suatu kewajiban dari Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha bijaksana. Q.s. At-Taubah:60

Kriteria Ashnaf

1. Fuqara (Fakir)
orang yang tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (primer).

2. Masakin (Miskin)
orang yang mempunyai harta dan tenaga, tapi tidak mencukupi keperluan hidupnya (primer).
Dengan menerima bagian zakat tersebut diharapkan mereka (fakir & miskin) akan terlepas dari keadaan tersebut.

3-  Amilin
'Amilin ialah yang mendapat tugas untuk mengambil, memanggul, mengangkut yang berkaitan dengan tenaga kasar, dan diberi bagian zakat sekedar untuk mengganti dan menutup keperluan belanjanya.

4-  Mu'alafatu Qulubuhum (yang dijinakkan hati mereka)
a. Orang kafir yang apabila diberi Zakat dapat menghentikan gangguannya atau bahkan mendukung terhadap Islam dan Muslimin
b. Orang Muslim yang dikhawatirkan kemurtadannya atau masih perlu dukungan dan dorongan agar tetap di dalam keislaman.

5-  Riqab
Untuk membebaskan hamba sahaya baik dengan cara dibeli langsung atau melalui proses mukatabah, yaitu sihamba diberikan kesempatan untuk bebas tetapi harus berusaha mencari biaya sendiri untuk menebus kebebasan dirinya.

6-  Gharimin
Orang yang tenggelam di dalam hutang, yaitu orang yang pada waktu mampu ia banyak berhutang dan pada waktu ia jatuh manjadi fakir dalam ukuran tidak mampu untuk membayar hutang. Dan ia diberi seukuran utangnya agar terbebas dari penderitaannya.

7-  Fi Sabilillah
Sabilillah itu ialah jalan yang menjadi perantara sampainya kepada keridoan Allah swt. baik melalui perang fisik ataupun melalui pengkajian dan penyebaran ilmu Islam dan lain-lain yang bersifat memperjuangkan  dan meninggikan kalimat Allah.

8-  Ibnu Sabil
Orang yang kehabisan bekal atau ongkos di perjalanan sehingga terlantar, ia tidak dapat kembali ke kampungnya.


4. Berpuasa di bulan Ramadhan.


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ


“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas 


Puasa Merupakan ibadah kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya. Seorang hamba meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya demi Allah. Hal itu di antara sarana terbesar mencapai taqwa kepada Allah ta’ala.


5. Menunaikan haji di Mekah bagi yang mampu.

Kata Haji berasal dari bahasa arab dan mempunyai arti secara bahasa dan istilah. Dari segi bahasa haji berarti menyengaja, dari segi syar’i haji berarti menyengaja mengunjungi Ka’bah untuk mengerjakan ibadah yang meliputi thawaf, sa’i, wuquf dan ibadah-ibadah lainnya untuk memenuhi perintah Allah SWT dan mengharap keridlaan-Nya dalam masa yang tertentu.

Hukum Ibadah Haji

Mengenai hukum Hukum Ibadah Haji asal hukumnya adalah wajib ‘ain bagi yang mampu. Melaksanakan haji wajib, yaitu karena memenuhi rukun Islam dan apabila kita “nazar” yaitu seorang yang bernazar untuk haji, maka wajib melaksanakannya, kemudian untuk haji sunat, yaitu dikerjakan pada kesempatan selanjutnya, setelah pernah menunaikan haji wajib.

Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim yang mampu untuk mengerjakan. jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyari’atkan ibadah haji tersebut pada tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang mengatakan tahun ke sembilan hijrah.

Dalil / Perintah Tentang Ibadah Haji
1. Al-Qur’an

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an1 Surat Ali Imran ayat 97, yaitu :




Artinya : “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim[215]; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah[216]. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (QS. Ali Imran : 97).

2. Hadits

Nabi bersabda di dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh imam Ahmad yang artinya sebagai berikut :

“Dari ibnu Abbas, telah berkata Nabi SAW : Hendaklah kamu bersegera mengerjakan haji, maka sesungguhnya seseorang tidak tidak akan menyadari, sesuatu halangan yang akan merintanginya”. (H.R. Ahmad)

Setiap orang hanya diwajibkan mengerjakan ibadah haji satu kali saja dalam seumur hidupnya, tetapi tidak ada larangan untuk mengerjakan lebih dari satu kali.

 Syarat, Rukun, Wajib dan Sunat Haji

1. Syarat-syarat diwajibkannya Haji
  • Islam
  • Baligh
  • Berakal
  • Merdeka
  • Kuasa (mampu}
2. Rukun Haji
  • Ihram yaitu berpakaian ihram, dan niyat ihram dan haji
  • Wukuf di arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah; yaknihadirnya seseorangyang berihram untuk haji, sesudahtergelincirnya mataahari yaitu pada hari ke-9 Dzulhijjah.
  • Thawaf yaitu tawaf untuk haji (tawaf ifadhah)
  • Sa’i yaitu lari-lari kecil antara shafa dan marwah 7 (tujuh) kali
  • Tahallul; artinya mencukur atau menggunting rambut sedikitnya 3 helai untuk kepentingan ihram
  • Tertib yaitu berurutan

3. Wajib Haji

Yaitu sesuatu yang perlu dikerjakan, tapi sahnya haji tidak tergantung atasnya, karena boleh diganti dengan dam (denda) yaitu menyembelih binatang. berikut kewajiban haji yang mesti dikerjakan :
  • Ihram dari Miqat, yaitu memakai pakaian Ihram (tidak berjahit), dimulai dari tempat-tempat yang sudah ditentukan, terus menerus sampai selesainya ibadah haji.
  • Bermalam di Muzdalifah sesudah wukuf, pada malam tanggal 10 Dzulhijjah.
  • Bermalam di Mina selama2 atau 3 malam pada hari tasyriq (tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah).
  • Melempar jumrah ‘aqabah tujuh kali dengan batu pada tanggal 10 Dzulhijjah dilakukan setelah lewat tengah malam 9 Dzulhijjah dan setelah wukuf.
  • Melempar jumrah ketiga-tiganya, yaitu jumrah Ula, Wustha dan ‘Aqabah pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah dan melemparkannya tujuh kali tiap-tiap jumrah.
  • Meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan karena ihram.

4. Sunat Haji
  • Ifrad, yaitu mendahulukan urusan haji terlebih dahulu baru mengerjakan atas ‘umrah.
  • Membaca Talbiyah yaitu :“Labbaika Allahumma Labbaik Laa Syarikalaka Labbaika Innalhamda Wanni’mata Laka Walmulka Laa Syarika Laka”.
  • Tawaf Qudum, yatiu tawaaf yuang dilakukan ketika permulaan datang di tanah ihram, dikerjakan sebelum wukuf di ‘Arafah.
  • Shalat sunat ihram 2 raka’at sesudah selesai wukuf, utamanya dikerjakan dibelakang makam nabi Ibrahim.
  • bermalam di Mina pada tanggal 10 Dzulhijjah
  • thawaf wada’, yakni tawaf yang dikerjakan setelah selesai ibadah haji untuk memberi selamat tinggal bagi mereka yang keluar Mekkah.
  • berpakaian ihram dan serba putih.
  • berhenti di Mesjid Haram pada tanggal 10 Dzulhijjah.

Berikut ini  adalah Rangkuman Manasik Haji "sumber pp persis"




Haji

Sedangkan Rukun Iman ada 6 Yaitu : 

1. Iman kepada Allah


Seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga dia mengimani 4 hal: Mengimani adanya Allah. Mengimani rububiah Allah, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta kecuali Allah. Mengimani uluhiah Allah, bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah Ta’ala. Mengimani semua nama dan sifat Allah (al-Asma'ul Husna) yang Allah telah tetapkan untuk diri-Nya dan yang Nabi-Nya tetapkan untuk Allah, serta menjauhi sikap menghilangkan makna, memalingkan makna, mempertanyakan, dan menyerupakanNya.

2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah

Mengimani adanya, setiap amalan dan tugas yang diberikan Allah kepada mereka.

3. Iman kepada Kitab-kitab Allah

Mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah ucapan-Nya dan bukanlah ciptaanNya. karena kalam (ucapan) merupakan sifat Allah dan sifat Allah bukanlah makhluk. Muslim wajib mengimani bahwa Al-Qur`an merupakan penghapus hukum dari semua kitab suci yang turun sebelumnya.

4. Iman kepada Rasul-rasul Allah

Mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah Ta’ala pilih sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluknya. Akan tetapi mereka semua tetaplah merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya menyembah para nabi dan rasul adalah kebatilan yang nyata. Wajib mengimani bahwa semua wahyu kepada nabi dan rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala. Juga wajib mengakui setiap nabi dan rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita ketahui namanya.

5. Iman kepada Hari Akhir

Mengimani semua yang terjadi di alam barzakh (di antara dunia dan akhirat) berupa fitnah kubur (nikmat kubur atau siksa kubur). Mengimani tanda-tanda hari kiamat. Mengimani hari kebangkitan di padang mahsyar hingga berakhir di Surga atau Neraka.

6. Iman kepada Qada dan Qadar, yaitu takdir yang baik dan buruk

Mengimani kejadian yang baik maupun yang buruk, semua itu berasal dari Allah Ta’ala. Karena seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat dan sifat mereka begitupula perbuatan mereka adalah ciptaan Allah.

Demikianlah pembahasan mengenai Rukun Iman dan Rukun Islam, Semoga bermanfaat dan sedikitnya menambah wawasan anda mengenai hal tersebut. Terimakasih.

Bacaan Niat Puasa Senin Kamis Lengkap Arab, Latin dan Artinya

$
0
0
Niat Puasa Senin Kamis - Sahabat yang di rahmati Allah SWT, Segala sesuatu harus pake niat baik itu amalan wajib atau sunah,  amalan sunnah memiliki manfaat yang besar untuk jasmani dan rohani kita. Salah satu contohnya yaitu Puasa Senin Kamis Puasa yang dikerjakan pada 2 hari ini ternyata memiliki faedah yang besar yaitu seperti menurunkan kadar kolesterol, detoksifikasi racun hingga mengendalikan diri kita

Ada sebagian yang berpendapat bahwa Bacaan niat puasa senin kamis pun ada dua, yaitu niatnya berbeda terletak pada harinya saja.Niat boleh dalam hati maupun diucapkan secara lisan, Berikut bacaan lisan niatnya :

Bacaan Arab Niat Puasa Sunah Hari Senin

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ اْلاِثْنَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى


Artinya :
Saya niat puasa hari Senin, sunnah karena Allah ta’ala.


Dan untuk bacaan niat puasa senin kamis untuk hari kamis, bacaannya adalah sebagai berikut: 

Bacaan Arab Niat Puasa Sunah Hari Kamis

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ الْخَمِيْسِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى


Artinya :
Saya niat puasa hari Kamis, sunnah karena Allah ta’ala.

Adapun Niat Berbuka Puasa Senin Kamis


"ALLOHUMMA LAKA SUMTU WA ‘ALA RIZQIKA AFTORTU DZAHABA DZOMA-U WAB’TALLATIL URUUQU WATSABATAL AJRU, INSYAA ALLAAH"



“Ya Alloh hanya untuk-Mu aku berpuasa dgn rezki-Mu aku berbuka. Telah sirna dahaga, urat-urat telah basah pahala telah tetap insya Alloh Ta’ala.”

Puasa Senin Kamis ini boleh dikerjakan bulan apa saja terkecuali pada hari tasrik yaitu 1 Syawal dan 10 – 13 Dzulhijjah.Demikian informasi yang bisa saya sampaikan semoga bermanfaat untuk anda.


Melafalkan niat dalam ibadah termasuk masalah furu’iyah, yang diperselisihkan di kalangan ulama fuqaha, antara yang mengatakan sunnah dan tidak sunnah. Akan tetapi dari segi dalil, para ulama fuqaha yang mengatakan sunnah, memiliki dalil yang sangat kuat dan otoritatif. Sebelum menjelaskan dalil kesunnahan melafalkan niat dalam ibadah, ada baiknya kami paparkan terlebih dahulu, tentang pendapat para ulama fuqaha madzhab yang empat seputar melafalkan niat.

Ada tiga pendapat mengenai hukum melafalkan niat dalam ibadah.

Pertama, pendapat yang mengatakan sunnah, agar ucapan lidah dapat membantu memantapkan hati dalam niat ibadah. Pendapat ini diikuti oleh madzhab Hanafi dalam pendapat yang mukhtar, madzhab Syafi’i, dan madzhab Hanbali sesuai dengan kaedah madzhab. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Nujaim dalam al-Asybah wa al-Nazhair hal. 48, al-Imam al-Khathib al-Syirbini dalam Mughni al-Muhtaj juz 1 hal. 57, dan al-Imam al-Buhuti al-Hanbali dalam Kasysyaf al-Qina’ juz 1 hal. 87.

Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa melafalkan niat dalam ibadah adalah makruh. Pendapat ini diikuti oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dan sebagian ulama madzhab Hanbali. Hal ini juga diceritakan oleh Ibnu Nujaim dalam al-Asybah wa al-Nazhair hal. 48 dan al-Buhuti dalam Kasysyaf al-Qina’ juz 1 hal. 87.

Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa melafalkan niat dalam ibadah adalah boleh (mubah), akan tetapi sebaiknya ditinggalkan. Kecuali bagi orang yang waswas, maka melafalkan niat disunnahkan baginya, untuk menghilangkan keraguannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Arafah dalam Hasyiyah al-Dusuqi ‘ala al-Syarh al-Kabir juz 1 hal. 233-234 dan al-Shawi dalam al-Syarh al-Shaghir juz 1 hal. 304.

Demikian pendapat para ulama fuqaha madzhab empat tentang hukum melafalkan niat dalam ibadah.

Sedangkan dalil yang dijadikan dasar para ulama yang menganjurkan melafalkan niat dalam ibadah adalah hadits sebagai berikut ini:

عن أَنَسٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ لَبَّيْكَ بِعُمْرَةٍ وَحَجٍ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

“Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata (ketika akan menunaikan ibadah haji dan umrah): “Aku penuhi panggilan-Mu, untuk menunaikan ibadah umrah dan haji.” HR Muslim.

Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalmam melafalkan niat dalam ibadah haji dan umrah. Apabila dalam satu ibadah, melafalkan niat itu dianjurkan, maka dalam ibadah lainnya juga dianjurkan, karena sama-sama ibadah. Dalam hadits lain juga diriwayatkan:

عَنْ عَائِشَة َأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَوْمًا : هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ غَدَاءٍ ؟ قَالَتْ لَا ، قَالَ : فَإِنِّي إذَنْ أَصُومُ ، قَالَتْ : وَقَالَ لِي يَوْمًا آخَرَ أَعِنْدَكُمْ شَيْءٌ ؟ قُلْتُ نَعَمْ ، قَالَ : إذَنْ أُفْطِرُ وَإِنْ كُنْتُ فَرَضْتُ الصَّوْمَ ” رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيّ وَصَحَّحَ إسْنَادَهُ

“Diriwayatkan dari Aisyah, bahwa pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya: “Apakah kalian mempunya makanan untuk sarapan?” Ia menjawab: “Tidak ada.” Lalu beliau bersabda: “Kalau begitu, aku berniat puasa.” Aisyah berkata: “Suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku: “Apakah kalian mempuanyai sesuatu (makanan)?” Aku menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Kalau begitu, aku niat berbuka, meskipun tadi aku bermaksud puasa.” HR. al-Daraquthni dan ia menshahihkan sanadnya.”

Dalam hadits di atas, jelas sekali Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melafalkan niatnya untuk menunaikan ibadah puasa. Dalam ibadah puasa, melafalkan niat disunnahkan, berarti dalam ibadah yang lain juga dianjurkan karena sama-sama ibadah.

Perlu diketahui, bahwa dalam niat puasa, tidak harus menggunakan redaksi nawaitu shauma ghadin (saya niat puasa besok), bahkan boleh juga dengan redaksi ashumu ghadan (aku niat puasa besok) atau inni sha’imun ghadan (sungguh aku puasa besok). Demikian pula, dalam niat shalat, tidak harus dengan redaksi ushalli (saya niat shalat). Niat itu Urusan hati, Jadi tidak mesti di ucapkan.

Demikianlah ulasan mengenai Bacaan Niat Puasa Senin Kamis, Mudah-mudahan bermanfaat, terimakasih
Viewing all 149 articles
Browse latest View live